Menengok Persiapan Pemilu di Negara Paling Bahagia di Asia, Antara Filosofi Kebahagiaan dan Tantangan Ekonomi

Lukman Sanjaya
3 Min Read

jfid – Sebuah pemandangan menakjubkan dari pegunungan Himalaya akan menjadi latar belakang bagi pemilihan umum di Bhutan pada 9 Januari 2024 mendatang.

Negara ini, terkenal dengan filosofi “Kebahagiaan Nasional Bruto,” bersiap menghadapi tantangan ekonomi yang semakin serius.

Dua partai utama, Bhutan Tendrel Party (BTP) dan Partai Demokrat Rakyat (PDP), tengah bersiap memperebutkan kepercayaan rakyat.

Keduanya berkomitmen pada filosofi yang mendasari keutamaan kesejahteraan warga daripada pertumbuhan ekonomi.

Namun, keresahan merajalela di kalangan pemilih terutama terkait nasib generasi muda.

Pengangguran kaum muda mencapai 29 persen, sementara pertumbuhan ekonomi melambat rata-rata 1,7 persen dalam lima tahun terakhir.

Generasi muda Bhutan semakin memilih untuk mencari peluang di luar negeri, terutama di Australia, meninggalkan negara mereka.

Pema Chewang, pemimpin BTP, menegaskan bahwa Bhutan kehilangan “bakat terbaik”nya. Dia berjanji untuk fokus pada sektor pembangkit listrik air, zona ekonomi khusus, serta industri halal guna menciptakan lapangan kerja yang dibutuhkan generasi muda.

Sementara itu, PDP di bawah kepemimpinan Tshering Tobgay juga mengakui tantangan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mereka merencanakan pengembangan sektor baja, semen, dan bahkan mata uang kripto demi memperbaiki perekonomian.

Pariwisata, meskipun hanya menjadi sebagian kecil dari perekonomian Bhutan, menjadi pendorong utama mata uang asing.

Namun, dampak pandemi masih terasa.

Pemerintah telah memangkas biaya harian pengunjung asing untuk menjaga industri ini berkelanjutan, namun jumlah wisatawan asing tetap rendah.

Dalam konteks ini, pengembangan pembangkit listrik tenaga air dan ekspor ke India menjadi fokus utama.

Kondisi alam Bhutan yang luar biasa telah menciptakan potensi besar untuk sektor ini, yang semakin dibutuhkan oleh India yang sedang mengalami dekarbonisasi.

Sementara itu, di seberang perbatasan, Nepal baru-baru ini menandatangani kesepakatan pembangkit listrik air yang menguntungkan India.

Ini menjadi sorotan karena India tengah mengubah strategi energinya.

Pemilu di Bhutan dianggap krusial dalam menentukan arah negara ini.

Apakah filosofi “Kebahagiaan Nasional Bruto” masih relevan atau Bhutan perlu melakukan transformasi besar untuk mengikuti perubahan global?

Antara mempertahankan identitas dan mengikuti arus perubahan, pilihan terletak di tangan rakyat Bhutan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article