jfID – Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur dapat julukan “Bangkalan Kota Hipersek?”. Akibatnya, Kabupaten ujung barat Madura itu akhir-akhir ini marak kasus asusila.
Tajuk “Bangkalan Kota Hipersek?” muncul dari Ikatan Mahasiswa Bangkalan (Ikamaba) Surabaya, yang dijadikan tema besar dalam diskusi virtual kemarin malam, Sabtu (08/08/2020).
Diskusi itu menyikapi maraknya kasus asusila di Bangkalan, dengan tiga nara sumber diantaranya Mutmainnah, Fahkrillah dan Syafiuddin Asmoro.
Diantara tiga tokoh diatas, Syariuddin Asmoro anggota DPR-RI dapil Jawa Timur mengajak, seluruh elemen khususnya pemerintah daerah dalam hal ini Bupati, DPRD dan aperatur desa untuk bekerja sama menuntaskan kejahatan seksualitas di Bangakalan.
Dia mengaku, perlu kiranya pemerintah daerah kyai dan setiap dinas di Bangkalan satu pandangan untuk menutaskan problematika laten yang sering kali terjadi di kota Zikir dan Sholawat, agar tidak mendapat julukan yang negatif.
Dengan banyaknya anggaran Dana desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dananya tidak sedikit itu harusnya kata dia, desa mampu membuat agenda-agenda positif agar bisa mengurangi tindakan asusila di Bangkalan.
“Anggaran DD yang mencapai 1,3 M dan ADD yang mencapai 700 juta seharusnya digunakan tepat sasaran untuk memperdayakan masyarakat dan pemuda desa dengan membaut agenda-aganda positif otomatis jika banyak agenda positif masyarakat dengan sendirinya meminimalisir tindakan negatif,” ujar Dia.
Syafiuddin melanjutkan, aktivitas positif ini perlu di laksanakan oleh aperatur desa untuk menjadi benteng eksternal dalam penumpasan kasus ini. Karena kata dia, jika tidak, maka kekosongan aktivitas akan membuat pemuda melakukan hal-hal senonoh yang tidak di inginkan.
“Dengan begitu, pemuda juga sebagai regenerasi perlu benteng agama yang kuat sebab salah satu indikator untuk membentengi diri sebagai faktor internal untuk mengontrol nafsu libido agar tidak disalurkan pada hal yang tidak tepat,” katanya.
Selain itu, dia juga mempunyai target kedepan, bahwa pihaknya akan terus mendorong dengan sasaran setiap desa di Bangkalan harus ada mahasiswanya.
“Minimal 20 mahasiswa per desa, dengan adanya mahasiswa itu nanti, mininal bisa menyumbangkan ide kreatifnya untuk desa,” pungkasnya.
Laporan: Imam Faiq