Korut Kecam Latihan Militer Gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat

Ummu Alvina
5 Min Read
Korut Kecam Latihan Militer Gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat (Ilustrasi)
Korut Kecam Latihan Militer Gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat (Ilustrasi)

jfid – Ketegangan di Semenanjung Korea kembali memuncak setelah Korea Utara (Korut) secara terbuka mengkritik latihan militer gabungan antara Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS).

Dalam serangkaian pernyataan yang dilansir oleh media pemerintah Korut, Pyongyang menyebut latihan tersebut sebagai tindakan provokatif yang dapat memicu eskalasi konflik di kawasan tersebut.

Latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat selalu menjadi sumber ketegangan di Semenanjung Korea.

Kritik terbaru dari Korut muncul di tengah upaya internasional untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi diplomatik bagi isu nuklir Korea Utara

Latihan militer gabungan ini, yang dikenal sebagai “Ulchi Freedom Shield,” merupakan latihan tahunan yang melibatkan ribuan tentara dari kedua negara.

Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk meningkatkan kesiapan militer dalam menghadapi kemungkinan serangan dari Korut.

Latihan ini melibatkan berbagai skenario, termasuk serangan udara, operasi darat, dan pertahanan laut.

Media pemerintah Korut, KCNA, menyatakan bahwa latihan militer ini adalah “tindakan bermain api yang berbahaya dan nekat,” serta menuduh AS dan Korsel berusaha untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan rencana perang melawan Korut.

“Latihan ini jelas merupakan persiapan untuk invasi terhadap negara kita,” demikian pernyataan yang dilansir KCNA.

Latihan militer ini melibatkan pasukan dari Korea Selatan dan Amerika Serikat. Selain itu, beberapa latihan gabungan juga melibatkan pasukan dari Jepang, yang semakin meningkatkan kekhawatiran Korut mengenai potensi pembentukan aliansi militer regional yang mirip dengan NATO.

Latihan “Ulchi Freedom Shield” ini dijadwalkan berlangsung selama dua minggu, dimulai pada akhir Juni dan berakhir pada awal Juli.

Latihan tahunan ini biasanya diadakan pada bulan Agustus, namun tahun ini dimajukan karena peningkatan ketegangan di kawasan tersebut.

Latihan militer ini dilakukan di berbagai lokasi di seluruh Korea Selatan, termasuk pangkalan militer di dekat perbatasan dengan Korea Utara. Beberapa latihan juga dilakukan di wilayah perairan Korea Selatan.

Latihan militer ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan interoperabilitas pasukan Korea Selatan dan Amerika Serikat dalam menghadapi kemungkinan serangan dari Korea Utara.

“Kami harus siap menghadapi segala kemungkinan,” kata seorang pejabat militer Korea Selatan yang tidak ingin disebutkan namanya.

“Latihan ini sangat penting untuk memastikan bahwa kami dapat merespons dengan cepat dan efektif terhadap setiap ancaman dari Korut.”

Latihan ini melibatkan berbagai skenario tempur, termasuk simulasi serangan rudal, operasi penyelamatan sandera, dan evakuasi warga sipil.

Pasukan dari kedua negara bekerja sama untuk melaksanakan operasi-operasi ini dengan lancar dan efektif.

“Kerja sama kami dengan pasukan AS sangat penting dalam memastikan keamanan di Semenanjung Korea,” ujar pejabat militer tersebut.

Seorang pejabat tinggi militer Korut mengkritik AS atas perluasan bantuan militernya ke Ukraina, yang menurutnya mencerminkan kebijakan agresif AS di berbagai belahan dunia.

“AS tidak hanya mengancam perdamaian di Semenanjung Korea, tetapi juga di Eropa dengan meningkatkan bantuan militernya ke Ukraina,” kata pejabat tersebut dalam pernyataan yang disiarkan oleh KCNA.

Korut juga menekankan bahwa situasi di Semenanjung Korea berada dalam fase terburuk akibat apa yang mereka sebut sebagai “kegilaan militan” dari pemerintahan Presiden Korea Selatan, Yun Seok-yeol.

“Permusuhan dan antagonisme telah melewati ambang batas dan dapat berubah menjadi situasi yang tidak terduga,” tambah pernyataan tersebut.

Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan, ditambah dengan keterlibatan Amerika Serikat, menciptakan situasi yang sangat berbahaya di Semenanjung Korea.

Latihan militer gabungan ini mungkin hanya salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi dinamika regional, tetapi dampaknya tidak bisa diabaikan.

Dengan meningkatnya ketegangan, komunitas internasional diharapkan untuk terus mendorong dialog dan diplomasi guna mencegah eskalasi lebih lanjut.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article