Khaled Meshaal: Sosok Penerus Haniyeh di Hamas

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
3 Min Read
Khaled Meshaal: Sosok Penerus Haniyeh di Hamas (Ilustrasi)
Seorang anggota Palestina dari brigade Ezzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, memeluk pemimpin Hamas Khaled Meshaal (tengah) sementara perdana menteri Hamas di Jalur Gaza Ismail Haniya (kiri) menyaksikan aksi unjuk rasa memperingati 25 tahun berdirinya gerakan Islam, di Kota Gaza pada tanggal 8 Desember 2012. Meshaal melakukan kunjungan pertamanya ke Gaza, bertepatan dengan peringatan 25 tahun berdirinya gerakan Islam.

jfid – Khaled Meshaal adalah salah satu tokoh paling menonjol dalam gerakan Hamas. Lahir pada tahun 1956 di Silwad, sebuah desa dekat Ramallah, Meshaal pindah ke Kuwait bersama keluarganya setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967.

Di Kuwait, ia terlibat dalam aktivitas politik dan menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, yang kemudian membawanya bergabung dengan Hamas pada tahun 1987.

Pada tahun 1997, Meshaal menjadi target upaya pembunuhan oleh Mossad, badan intelijen Israel. Dua agen Mossad menyuntikkan racun ke telinga Meshaal di luar kantornya di Amman, Yordania.

Namun, upaya ini gagal total berkat intervensi cepat dari pengawal Meshaal dan kemarahan Raja Hussein dari Yordania. Raja Hussein, yang marah dengan pelanggaran kedaulatan negaranya, mengancam akan membatalkan perjanjian damai dengan Israel kecuali penawar racun diserahkan.

Ad image

Raja Hussein memerintahkan penangkapan agen-agen Mossad yang terlibat dan menuntut Israel untuk menyerahkan penawar racun.

Israel, yang berada di bawah tekanan internasional dan ancaman dari Yordania, akhirnya menyerahkan penawar racun tersebut.

Selain itu, sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga membebaskan Sheikh Ahmed Yassin, pendiri dan pemimpin spiritual Hamas, dari penjara.

Setelah insiden tersebut, Meshaal terus memainkan peran penting dalam Hamas. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang karismatik dan strategis, yang mampu menggalang dukungan internasional untuk perjuangan Palestina.

Meshaal juga dikenal karena kemampuannya dalam mengelola hubungan dengan berbagai faksi dalam Hamas dan dengan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah.

Setelah kematian Ismail Haniyeh dalam serangan di Teheran, Meshaal disebut-sebut sebagai calon kuat untuk menggantikan posisi Haniyeh sebagai kepala biro politik Hamas.

Meshaal, yang telah lama menjadi simbol perlawanan Palestina, diharapkan dapat melanjutkan perjuangan Hamas di tengah situasi yang semakin kompleks dan berbahaya.

Dengan pengalaman dan jaringan internasionalnya, Meshaal dianggap mampu memimpin Hamas dalam menghadapi tantangan-tantangan baru.

Sebagai pemimpin Hamas, Meshaal akan menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan internasional, konflik internal, dan situasi kemanusiaan yang memburuk di Gaza.

Namun, dengan rekam jejaknya yang kuat dan dukungan dari berbagai faksi dalam Hamas, Meshaal diharapkan dapat membawa organisasi tersebut ke arah yang lebih stabil dan kuat.

Share This Article