jfid – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS pada 22-24 Agustus 2023 di Johannesburg, Afrika Selatan. KTT BRICS merupakan forum kerjasama antara lima negara berkembang, yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, yang memiliki peran signifikan dalam perekonomian dan politik global.
Kehadiran Jokowi dalam KTT BRICS menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya tawar yang tinggi dalam menjalin hubungan dengan negara-negara yang menjadi mesin pertumbuhan dunia. Selain itu, kehadiran Jokowi juga menunjukkan komitmen dan kapabilitas Indonesia dalam berpartisipasi dalam diplomasi global, memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang, dan meningkatkan peran Indonesia di forum internasional.
Manfaat Ekonomi dan Investasi
Salah satu manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dengan menghadiri KTT BRICS adalah peluang untuk menarik lebih banyak investasi di sektor infrastruktur dan teknologi digital. Infrastruktur merupakan sektor yang sangat penting bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan tengah berkembang. Negara-negara BRICS, terutama Cina dan India, telah membuktikan kemampuannya dalam membangun dan mendanai proyek-proyek infrastruktur tidak hanya di dalam negerinya, tetapi juga di negara-negara mitranya.
Teknologi digital juga merupakan sektor yang perlu diperkuat Indonesia, terutama dalam memperbaiki aksesibilitas internet, keterampilan digital masyarakat serta perlindungan data pribadi. Melalui KTT BRICS, Indonesia punya peluang menarik investasi, yang bisa juga dalam bentuk transfer pengetahuan, dari negara-negara BRICS. Ini merupakan momentum yang tepat, karena BRICS, berdasarkan Tindakan Kebijakannya (Policy Action), telah menargetkan untuk berinvestasi lebih banyak dalam infrastruktur digital dan memastikan bahwa kemajuan teknologi terdistribusi secara merata.
Indonesia, sebagai emerging power, tentu merupakan mitra yang menguntungkan bagi BRICS. Di bidang teknologi digital, Indonesia memiliki pasar yang besar dan potensial. Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah perusahaan rintisan (startup) paling banyak.
Sikap Indonesia terhadap BRICS
Indonesia telah menunjukkan sikap positif dan terbuka terhadap kerjasama dengan BRICS. Indonesia diundang dalam KTT BRICS sebagai salah satu dari 40 negara yang menaruh minat untuk menjadi bagian dari BRICS2. Beberapa negara lain yang tertarik bergabung dengan BRICS adalah Argentina, Arab Saudi, Gabon, Iran, Kazakhstan, Komoro, Republik Demokratik Kongo, Uni Emirat Arab (UEA), dan lain-lain.
Indonesia juga telah aktif berpartisipasi dalam acara “Friends of BRICS” bersama 14 negara undangan lain yang diadakan di Cape Town, Afrika Selatan, pada Jumat, 2 Juni 2023. Dalam acara tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pandangan Indonesia tentang isu-isu global seperti perdagangan internasional, perubahan iklim, ketidakadilan ekonomi, dan reformasi sistem keuangan internasional.
Presiden Jokowi juga telah mengangkat isu ekonomi global dan BRICS dalam KTT G7 Outreach di Hiroshima, Jepang, Mei lalu. Jokowi menekankan pentingnya kerjasama antara G7 dan negara-negara berkembang untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Jokowi juga berharap BRICS bisa ikut mendukung langkah ini dan tidak menjadi bagian dari ketidakadilan ekonomi.
Meskipun demikian, Indonesia belum secara resmi menyatakan niatnya untuk bergabung menjadi anggota BRICS. Indonesia masih menunggu perkembangan dan proses yang akan dilakukan oleh BRICS untuk menerima anggota baru. Negara-negara BRICS sendiri tampaknya masih berhati-hati dalam menimbang kebutuhan merekrut negara baru, mengingat tantangan dan perbedaan yang ada di antara mereka.
Kehadiran Jokowi dalam KTT BRICS merupakan langkah diplomasi yang strategis dan akan membawa sejumlah dampak positif bagi Indonesia. Indonesia akan memiliki peluang untuk menarik lebih banyak investasi di sektor infrastruktur dan teknologi digital dari negara-negara BRICS, yang merupakan mesin pertumbuhan global. Indonesia juga akan menunjukkan komitmen dan kapabilitasnya dalam berpartisipasi dalam diplomasi global, memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang, dan meningkatkan peran Indonesia di forum internasional.
Indonesia juga telah menunjukkan sikap positif dan terbuka terhadap kerjasama dengan BRICS, meskipun belum secara resmi menyatakan niatnya untuk bergabung menjadi anggota BRICS. Indonesia masih menunggu perkembangan dan proses yang akan dilakukan oleh BRICS untuk menerima anggota baru. Indonesia juga tetap menjaga keseimbangan dan kerjasama dengan negara-negara lain, termasuk G7, dalam menyelesaikan isu-isu global yang menjadi kepentingan bersama.