jfid – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku diutus Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menemui Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (13/11) untuk mendesak AS agar mendorong Israel menghentikan serangan ke Jalur Gaza.
Kunjungan ini dilakukan setelah Jokowi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI di Riyadh, Arab Saudi, yang membahas situasi kemanusiaan di Gaza akibat agresi Israel.
Namun, upaya diplomasi Jokowi ini tampak sia-sia dan tidak make sense. Pasalnya, AS adalah sekutu utama dan pendukung Israel di dunia.
AS bahkan telah memveto rancangan resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza, dengan alasan perlu lebih banyak waktu untuk diplomasi yang dipimpin AS.
AS juga telah mengecam Iran, yang merupakan musuh Israel, sebagai penyuplai senjata untuk Hamas dan kelompok militan lainnya di Gaza.
Tanpa dukungan dari Rusia, China, dan Iran, yang merupakan negara-negara yang memiliki pengaruh dan kepentingan di Timur Tengah, upaya Jokowi untuk membela Palestina hanya akan menjadi angin lalu.
Rusia dan China bahkan telah memveto desakan AS agar Dewan Keamanan PBB bertindak terkait konflik Israel-Hamas dengan menyerukan jeda pertempuran untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan, perlindungan warga sipil, dan penghentian pengiriman senjata untuk Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza.
Iran sendiri telah mendesak negara-negara Islam untuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel, termasuk embargo minyak dan pengusiran duta besar Israel. Namun, hal ini malah ditolak oleh negara-negara Arab, yang merupakan produsen minyak utama di dunia.
Negara-negara Arab, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko, bahkan telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, dengan bantuan AS, dalam rangka normalisasi hubungan di kawasan.
Sementara itu, saat bertemu dengan Biden, Jokowi malah lebih fokus membahas kerjasama bilateral di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, energi, pertahanan, dan kesehatan.
Jokowi tidak menyampaikan secara tegas dan kuat posisi Indonesia mengenai Gaza, melainkan hanya menyebutkan bahwa Indonesia mengharapkan AS dapat berperan aktif dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Jokowi manut saja, diutus OKI temui Biden untuk hentikan serangan Israel ke Gaza. Padahal, Amerika jelas pro Israel. Tanpa Rusia, China, dan Iran, upaya itu sia-sia. Apalagi saat Jokowi bertemu dengan Biden, malah kerjasama bilateral.
Tidak make sense, negara-negara Arab OKI mengutus Jokowi ke AS, hanya terkesan mengulur-ulur waktu, pasalnya negara-negara Arab tolak usul Iran embargo minyak ke Israel.