jfid – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah mengatakan, pencucian sarang burung walet bisa menjadi batu loncatan industri baru di NTB.
Hal tersebut disampaikan Bunda Niken, sapaannya, saat Meresmikan Galeri Produk dan Pencucian Sarang Walet di Desa Kateng, Praya Barat, Lombok Tengah, Jumat (18/6).
“Melihat peluang komoditas ekspor yang besar, industri pencucian sarang burung walet dapat mensejahterakan masyarakat,” ujarnya.
Bunda Niken berharap, industri pengolahan dan perusahaan ekspor yang baru memulai langkahnya ini dapat menyerap tenaga kerja, memberikan manfaat dan potensi ekonomi baru.
H. L. Saswadi, Ketua Yayasan Ammar Sasambo menjelaskan, pencucian sarang burung walet ini memiliki potensi ekonomi besar. Dalam satu kilo sarang walet yang dicuci oleh sepuluh orang tenaga pencuci dengan ongkos Rp 10 juta. Jika satu kuintal sarang burung yang dicuci maka setiap orang tenaga kerja mendapatkan gaji Rp 6 juta perbulan dengan lama waktu pencucian 20 hari.
“Selain akan menyerap tenaga kerja yang besar, kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat karena upah yang besar,” jelas Saswadi.
Saat ini unit usaha ekspor sarang burung walet yang dikelola yayasannya memiliki 13 apartemen walet sementara pelaku usaha yang bergabung sebanyak 157 orang dengan 360 apartemen.
“Masih banyak lagi potensi di luar NTB yang akan kami ajak bergabung karena PT Ading International sebagai eksportir telah memiliki izin resmi,” tambahnya.
Saat ini, yayasannya tengah melatih 30 orang tenaga pencuci sarang walet dengan nilai jual lebih tinggi dari yang sebelumnya diekspor bercampur kotoran dan bulu burung walet.