jfid – CIREBON – Sebuah kisah pilu datang dari Kota Cirebon, Jawa Barat. Seorang bocah berusia 13 tahun, yang kita kenal dengan inisial ARP, mengalami depresi berat setelah handphone (HP) yang dibelinya dari hasil menabung dijual oleh ibunya. Kisah ini menjadi viral dan mengundang simpati masyarakat luas.
ARP adalah seorang siswa Sekolah Dasar (SD) yang tinggal di Kampung Gunung Sari Bedeng, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.
Ia dikenal sebagai anak yang rajin menabung dan berhasil membeli HP dari hasil menabungnya sendiri. Namun, karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit, ibunya terpaksa menjual HP tersebut.
Dampak Psikologis
Setelah kejadian tersebut, ARP mengalami perubahan perilaku yang signifikan. Ia menjadi pendiam, sering menyendiri, dan bahkan sering mengamuk di sekolah.
Perubahan sikap ARP ini terjadi sejak Agustus 2023, dan kondisinya semakin memburuk hingga ia memutuskan untuk berhenti sekolah.
Menurut ibunya, Siti Anita, ARP sudah 10 bulan mengalami depresi dan kerap membuat ulah baik di rumah maupun lingkungannya. “Dia berhenti sekolah pas naik kelas 6 SD,” ucap Siti Anita.
Upaya Penanganan
Melihat kondisi anaknya seperti itu, Siti Anita kemudian berinisiatif meruqyah namun tidak kunjung mendapatkan hasil positif. Anita juga membawa anaknya berobat secara medis dan dinyatakan mengalami depresi.
Namun hingga kini kondisi ARP tidak kunjung membaik karena terbentur masalah ekonomi untuk membawa berobat sang anak secara rutin.
Harapan Orang Tua
Anita berharap kondisi anaknya bisa kembali normal dan bisa sekolah seperti anak lainnya. “Saya kepengin anak saya ini bisa kembali lagi kayak dulu,” ucapnya.
Kesimpulan
Kisah ARP ini mengingatkan kita semua tentang pentingnya komunikasi dan pemahaman dalam keluarga.
Selain itu, kisah ini juga menjadi cermin bagi kita semua bahwa masalah ekonomi dapat berdampak luas, tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga psikologis, terutama pada anak-anak.