Ad image

Henry Kissinger dan Indonesia: Kisah Cinta dan Luka

Deni Puja Pranata By Deni Puja Pranata
8 Min Read
Henry Kissinger Dan Indonesia: Kisah Cinta Dan Luka
Henry Kissinger Dan Indonesia: Kisah Cinta Dan Luka
- Advertisement -

jfid – Henry Kissinger, mantan menteri luar negeri Amerika Serikat yang meninggal dunia pada usia 100 tahun, adalah salah satu tokoh diplomatik paling berpengaruh dan kontroversial di abad ke-20. Dia memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat selama era Perang Dingin, termasuk hubungannya dengan Indonesia.

Awal Pertemuan

Hubungan Henry Kissinger dengan Indonesia dimulai pada tahun 1965, ketika dia mengunjungi Jakarta sebagai peneliti politik dari Harvard University. Dia bertemu dengan Presiden Soekarno, yang saat itu sedang menghadapi krisis politik dan ekonomi akibat konfrontasi dengan Malaysia dan konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kissinger mengaku terkesan dengan karisma Soekarno, tetapi juga menyadari bahwa rezimnya tidak stabil dan rentan terhadap kudeta militer. Dia menulis dalam memoarnya, Years of Upheaval, bahwa dia berusaha meyakinkan Soekarno untuk mengurangi konfrontasinya dengan Malaysia dan mendekatkan diri dengan Amerika Serikat, tetapi tanpa hasil.

Tak lama setelah kunjungan Kissinger, terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, yang diduga dilakukan oleh PKI untuk merebut kekuasaan dari Soekarno. Peristiwa ini memicu pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan PKI oleh militer dan kelompok anti-komunis, yang menewaskan sekitar 500 ribu hingga satu juta orang.

Kissinger, yang saat itu menjadi penasehat Gubernur New York Nelson Rockefeller, mendukung tindakan keras militer Indonesia untuk menumpas PKI. Dia menilai bahwa hal ini akan menguntungkan kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara, yang sedang berperang melawan komunisme di Vietnam.

Masa Keemasan

Hubungan Henry Kissinger dengan Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1967, ketika dia menjadi penasihat keamanan nasional Presiden Richard Nixon. Dia menjadi salah satu arsitek dari kebijakan luar negeri Nixon, yang dikenal dengan nama Détente, yaitu upaya untuk meredakan ketegangan dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok.

Salah satu langkah Détente yang dilakukan oleh Kissinger adalah mengatur pertemuan rahasia antara Nixon dan Mao Zedong di Beijing pada tahun 1972, yang membuka hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pertemuan ini juga berdampak positif bagi hubungan Amerika Serikat dan Indonesia, yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Soeharto, yang menggantikan Soekarno setelah kudeta militer tahun 1966.

Soeharto, yang mengubah Indonesia menjadi negara anti-komunis dan pro-Barat, mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat, baik secara politik maupun ekonomi. Kissinger, yang mengunjungi Indonesia beberapa kali selama menjabat sebagai penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri, menjalin hubungan dekat dengan Soeharto dan para pejabat tinggi Indonesia lainnya.

Kissinger memuji Soeharto sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, moderat, dan pragmatis, yang mampu menjaga stabilitas dan pertumbuhan Indonesia. Dia juga menganggap Indonesia sebagai sekutu penting Amerika Serikat di Asia Tenggara, yang dapat membantu menyeimbangkan pengaruh Tiongkok dan Uni Soviet di kawasan tersebut.

Masa Kelam

Hubungan Henry Kissinger dengan Indonesia tidak selalu mulus dan harmonis. Ada beberapa isu yang menjadi sumber ketegangan dan konflik antara kedua negara, yang melibatkan peran Kissinger sebagai pembuat kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Salah satu isu yang paling kontroversial adalah invasi militer Indonesia ke Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada tahun 1975. Timor Timur, yang saat itu merupakan koloni Portugal, sedang berjuang untuk meraih kemerdekaan, tetapi dihadang oleh ambisi Indonesia untuk mengintegrasikannya ke dalam wilayahnya.

Invasi ini mendapat persetujuan diam-diam dari Kissinger dan Nixon, yang menganggap bahwa Indonesia berhak untuk menentukan nasib Timor Timur, dan bahwa Amerika Serikat tidak boleh mengganggu urusan dalam negeri Indonesia. Kissinger juga mengabaikan laporan-laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh militer Indonesia terhadap rakyat Timor Timur, yang menimbulkan korban jiwa sekitar 200 ribu orang selama 24 tahun pendudukan.

Kissinger juga terlibat dalam penjualan senjata ilegal kepada Indonesia, yang melanggar larangan Kongres Amerika Serikat untuk memberikan bantuan militer kepada negara-negara yang melakukan agresi terhadap negara lain. Pada tahun 1975, Kissinger mengizinkan pengiriman senjata senilai 112 juta dolar AS kepada Indonesia, yang digunakan untuk melancarkan invasi ke Timor Timur.

Isu lain yang menjadi sumber ketegangan adalah peran Kissinger dalam mendukung rezim Soeharto yang korup dan otoriter. Meskipun menyadari bahwa Soeharto melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, penindasan terhadap oposisi politik, dan penyalahgunaan kekayaan alam Indonesia, Kissinger tetap memberikan dukungan politik dan ekonomi kepada Soeharto, dengan alasan bahwa hal ini penting untuk menjaga stabilitas dan keamanan Indonesia.

Kissinger juga dianggap sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab atas krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1990-an, yang mengakibatkan runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Kissinger, yang saat itu menjadi konsultan politik dan bisnis, diduga memberikan nasihat-nasihat yang salah kepada Soeharto, yang memperburuk kondisi ekonomi Indonesia dan memicu kemarahan rakyat.

Masa Akhir

Hubungan Henry Kissinger dengan Indonesia tidak berakhir setelah dia meninggalkan jabatannya sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat pada tahun 1977. Dia tetap aktif sebagai konsultan politik dan bisnis, yang sering berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan para pemimpin dan pebisnis Indonesia.

Kissinger juga tetap mengikuti perkembangan politik dan ekonomi Indonesia, yang mengalami berbagai perubahan dan tantangan setelah reformasi tahun 1998. Dia memberikan komentar dan saran tentang berbagai isu yang dihadapi oleh Indonesia, seperti demokratisasi, desentralisasi, terorisme, pluralisme, dan hubungan internasional.

Salah satu kunjungan terakhir Kissinger ke Indonesia adalah pada tahun 2015, ketika dia menghadiri konferensi Asia-Afrika di Jakarta dan Bandung, yang memperingati 60 tahun Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Pada kesempatan itu, dia bertemu dengan Presiden Joko Widodo, yang menyampaikan penghargaan kepada Kissinger atas kontribusinya bagi hubungan Indonesia-Amerika Serikat.

Namun, kunjungan Kissinger ke Indonesia juga selalu menuai protes dan kritik dari berbagai pihak, terutama dari para aktivis hak asasi manusia, yang menuntut agar Kissinger diadili sebagai penjahat perang atas keterlibatannya dalam invasi Indonesia ke Timor Timur dan dukungannya terhadap rezim Soeharto.

Henry Kissinger meninggal dunia pada 29 November 2023, di rumahnya di Kent, Connecticut, Amerika Serikat. Dia meninggalkan warisan yang kompleks dan kontradiktif bagi hubungan Indonesia-Amerika Serikat, yang penuh dengan kisah cinta dan luka.

- Advertisement -
Share This Article