Ad image

Gempa Guncang Maroko, 2.000 Lebih Korban Jiwa

jfid By jfid
7 Min Read
- Advertisement -

jfid – Gempa bumi yang mengguncang Maroko pada Jumat malam, 9 September 2023, telah menewaskan lebih dari 2.000 orang lebih dan melukai ribuan lainnya. Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter itu merusak banyak bangunan, terutama di daerah pegunungan Atlas Tinggi, dan menyebabkan kepanikan di kota-kota besar seperti Marrakech dan Safi.

Salah satu korban yang selamat dari gempa adalah Fatima, seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun yang tinggal di desa Tafeghaghte, sekitar 70 km barat daya Marrakech. Dia bercerita tentang pengalamannya saat gempa terjadi.

“Saya sedang memasak di dapur bersama anak-anak saya, ketika tiba-tiba saya merasakan tanah bergoyang-goyang. Saya kira itu hanya angin kencang, tapi ternyata itu gempa. Saya langsung berteriak memanggil suami saya yang sedang bekerja di ladang. Saya menggendong anak bungsu saya dan menarik anak sulung saya untuk keluar dari rumah. Tapi sebelum kami sempat keluar, atap rumah kami roboh dan menimpa kami,” kata Fatima.

Fatima mengalami luka-luka di kepala dan tangannya, sementara anak-anaknya mengalami patah tulang dan luka bakar akibat api yang menyala dari kompor gas. Suaminya juga terluka parah karena tertimpa puing-puing rumah mereka. Mereka berhasil diselamatkan oleh tetangga dan relawan yang datang membantu.

“Sekarang kami tinggal di tenda darurat yang disediakan oleh pemerintah dan organisasi kemanusiaan. Kami tidak punya apa-apa lagi selain pakaian yang kami kenakan. Kami tidak tahu bagaimana nasib kami ke depan. Kami hanya bisa berdoa dan berharap ada bantuan lebih banyak untuk membangun kembali rumah dan kehidupan kami,” ujar Fatima dengan mata berkaca-kaca.

Fatima adalah salah satu dari ribuan korban gempa yang menghadapi situasi sulit dan tidak pasti. Menurut laporan media lokal, sebagian besar korban tewas dan luka-luka berasal dari daerah pedesaan yang sulit dijangkau oleh tim penyelamat. Banyak rumah-rumah tradisional yang dibangun dari tanah liat dan batu yang tidak kuat menahan guncangan gempa.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyebab dan dampak gempa Maroko, kami menghubungi Profesor Philippe Vernant, seorang ahli tektonik aktif yang telah melakukan penelitian di Maroko selama lebih dari 10 tahun. Dia adalah dosen di Universitas Montpellier, Prancis, dan juga anggota dari Institut Penelitian untuk Pembangunan (IRD).

Profesor Vernant menjelaskan bahwa gempa Maroko disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik Afrika dan Eurasia atau Iberia (bagian Spanyol) yang saling bertabrakan. Akibatnya, terjadi patahan atau retakan di permukaan bumi yang melepaskan energi dalam bentuk gelombang seismik.

“Gempa ini adalah salah satu jenis gempa yang menyebabkan naiknya pegunungan Atlas Tinggi. Gempa ini tidak terjadi di daerah seismik yang paling aktif di Maroko, tapi masih termasuk dalam batas lempeng tektonik. Gempa ini cukup kuat, sekitar 6,8 atau 6,9 skala Richter, yang berarti ada pergeseran sekitar satu meter pada garis patahan dalam beberapa detik, sepanjang beberapa kilometer. Tentu saja, ini mengguncang daerah tersebut dengan sangat hebat,” kata Profesor Vernant.

Profesor Vernant menambahkan bahwa kedalaman gempa juga mempengaruhi tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Semakin dekat dengan permukaan bumi, semakin besar efek dari retakan tersebut.

“Awalnya, gempa ini diperkirakan terjadi pada kedalaman sekitar 25-30 km, tapi tampaknya semakin naik, mendekati 10 km. Semakin dekat dengan permukaan, semakin besar efek dari retakan tersebut. Ini yang terjadi di Prancis pada tahun 2019 di daerah Teil di Ardeche selatan. Itu adalah gempa ‘kecil’, tapi karena terjadi pada kedalaman hanya satu kilometer, itu mengguncang banyak hal,” ujarnya.

Profesor Vernant juga mengingatkan bahwa gempa susulan atau aftershock dapat terjadi setelah gempa utama. Meskipun biasanya lebih lemah, gempa susulan dapat menyebabkan runtuhnya bangunan yang sudah melemah oleh gempa utama.

“Gempa susulan pasti akan terjadi. Secara tradisional, kita cenderung mengatakan bahwa gempa susulan berkurang dalam intensitas, tapi kita tidak bisa menjamin itu. Kita harus tetap waspada dan berhati-hati, terutama bagi orang-orang yang tinggal di daerah rawan gempa,” katanya.

Profesor Vernant berharap bahwa gempa Maroko dapat menjadi pelajaran bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Dia menyarankan agar ada upaya untuk memperkuat bangunan-bangunan yang rentan terhadap gempa, serta meningkatkan edukasi dan sosialisasi tentang cara bertindak saat gempa terjadi.

“Kita tidak bisa menghindari gempa, tapi kita bisa mengurangi risikonya. Kita harus membangun rumah-rumah yang lebih tahan gempa, menggunakan bahan-bahan yang lebih kuat dan fleksibel, serta mengikuti standar konstruksi yang sesuai. Kita juga harus mengedukasi masyarakat tentang cara melindungi diri dan keluarga saat gempa, seperti berlindung di bawah meja atau di sudut ruangan yang kokoh, menjauh dari jendela atau benda-benda yang mudah jatuh, dan segera keluar dari bangunan setelah gempa berhenti,” tuturnya.

Profesor Vernant juga mengapresiasi respons cepat dari pemerintah Maroko dan komunitas internasional dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban gempa. Dia berharap bahwa bantuan tersebut dapat mencapai semua daerah yang terdampak, terutama yang sulit diakses.

“Saya turut berduka cita atas korban jiwa dan kerusakan akibat gempa Maroko. Saya mengagumi solidaritas dan dukungan dari pemerintah Maroko dan negara-negara lain dalam menangani situasi darurat ini. Saya berharap bahwa bantuan tersebut dapat disalurkan dengan cepat dan efektif kepada semua korban yang membutuhkannya,” pungkasnya.

- Advertisement -
Share This Article