jfid – Foto ngopi bareng antara bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan Menko Polhukam Mahfud Md menjadi sorotan publik. Banyak yang menilai foto tersebut sebagai sinyal bahwa keduanya akan berpasangan di Pilpres 2024. Namun, apakah benar demikian? Dan bagaimana peluang serta tantangan mereka jika benar-benar maju bersama?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami menghubungi beberapa narasumber yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang politik, hukum, dan komunikasi. Berikut adalah cerita dan pandangan mereka tentang isu Ganjar-Mahfud.
Pengamat Politik: Ganjar-Mahfud Bisa Jadi Alternatif yang Menarik
Salah satu narasumber yang kami wawancarai adalah pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Asep Kurnia. Menurutnya, Ganjar-Mahfud bisa menjadi alternatif yang menarik bagi pemilih yang menginginkan perubahan dari status quo.
“Ganjar-Mahfud bisa menjadi pasangan yang menawarkan visi dan misi yang berbeda dari pemerintahan sekarang. Ganjar dikenal sebagai gubernur yang dekat dengan rakyat, inovatif, dan berani mengkritik kebijakan pusat. Mahfud juga punya rekam jejak yang baik sebagai mantan ketua MK, hakim konstitusi, dan akademisi. Mereka berdua punya kapasitas dan integritas yang tinggi,” ujar Asep.
Asep menambahkan, Ganjar-Mahfud juga bisa menarik dukungan dari berbagai kalangan, baik dari partai politik maupun masyarakat sipil. “Ganjar sudah mendapat dukungan dari PDIP, partai terbesar di parlemen. Mahfud juga punya basis massa yang luas, terutama dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan akademisi. Mereka bisa menjadi magnet bagi partai-partai lain yang ingin bergabung,” kata Asep.
Namun, Asep juga mengingatkan bahwa Ganjar-Mahfud tidak akan mudah melaju ke Pilpres 2024. Mereka harus menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar. “Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana mereka bisa menyatukan visi dan misi mereka. Ganjar dan Mahfud punya latar belakang dan pandangan yang berbeda-beda. Mereka harus bisa menemukan titik temu dan kompromi yang bisa diterima oleh semua pihak,” ucap Asep.
Selain itu, Asep juga menyebut bahwa Ganjar-Mahfud harus siap bersaing dengan pasangan-pasangan lain yang juga memiliki elektabilitas tinggi, seperti Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Prabowo Subianto-AHY, atau Ridwan Kamil-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). “Mereka harus bisa menunjukkan keunggulan dan kelebihan mereka dibandingkan dengan pasangan lain. Mereka juga harus bisa menjawab isu-isu strategis yang menjadi perhatian publik, seperti ekonomi, kesehatan, hukum, dan keamanan,” tutur Asep.
Pakar Hukum: Ganjar-Mahfud Harus Bisa Menjaga Independensi dan Kredibilitas
Narasumber lain yang kami hubungi adalah pakar hukum dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Zainal Arifin. Ia mengatakan bahwa Ganjar-Mahfud harus bisa menjaga independensi dan kredibilitas mereka jika ingin maju ke Pilpres 2024.
“Independensi dan kredibilitas adalah modal utama bagi calon presiden dan wakil presiden. Mereka harus bisa menunjukkan bahwa mereka tidak terikat atau terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan tertentu, baik dari partai politik maupun kelompok-kelompok lain. Mereka juga harus bisa membuktikan bahwa mereka bersih dari kasus-kasus hukum atau korupsi,” kata Zainal.
Zainal menilai bahwa Ganjar-Mahfud memiliki potensi untuk memenuhi syarat tersebut. “Ganjar dan Mahfud memiliki rekam jejak yang relatif bersih dari kasus-kasus hukum atau korupsi. Mereka juga tidak terlihat sebagai boneka atau antek dari pihak-pihak tertentu. Mereka punya otoritas dan kemandirian dalam mengambil keputusan,” ucap Zainal.
Namun, Zainal juga mengingatkan bahwa Ganjar-Mahfud harus bisa menjaga dan mempertahankan independensi dan kredibilitas mereka. “Mereka harus bisa menolak segala bentuk intervensi atau tekanan dari pihak-pihak yang ingin mengendalikan atau memanfaatkan mereka. Mereka juga harus bisa menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam setiap langkah dan tindakan mereka,” tutur Zainal.
Selain itu, Zainal juga menyarankan agar Ganjar-Mahfud bisa menawarkan program-program hukum yang konkret dan realistis kepada publik. “Mereka harus bisa memberikan solusi-solusi hukum yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, seperti penegakan hukum, pemberantasan korupsi, perlindungan hak asasi manusia, dan reformasi birokrasi. Mereka juga harus bisa memberikan jaminan-jaminan hukum yang bisa menumbuhkan kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara,” kata Zainal.
Praktisi Komunikasi: Ganjar-Mahfud Harus Bisa Membangun Narasi dan Citra yang Positif
Narasumber ketiga yang kami wawancarai adalah praktisi komunikasi dari Lembaga Komunikasi Publik (LKP), Rina Widiastuti. Ia mengatakan bahwa Ganjar-Mahfud harus bisa membangun narasi dan citra yang positif jika ingin maju ke Pilpres 2024.
“Narasi dan citra adalah faktor penting dalam komunikasi politik. Mereka harus bisa menyampaikan pesan-pesan politik yang bisa meyakinkan dan menggerakkan publik. Mereka juga harus bisa menciptakan citra diri yang positif dan menarik di mata publik,” kata Rina.
Rina menilai bahwa Ganjar-Mahfud memiliki kelebihan dalam hal narasi dan citra. “Ganjar dan Mahfud memiliki gaya komunikasi yang santai, humoris, dan humanis. Mereka bisa berkomunikasi dengan berbagai kalangan, baik dari elite maupun grass root. Mereka juga punya citra diri yang baik sebagai pemimpin yang peduli, responsif, dan berprestasi,” ujar Rina.
Namun, Rina juga mengingatkan bahwa Ganjar-Mahfud harus bisa mengelola narasi dan citra mereka dengan baik. “Mereka harus bisa menghindari konflik-konflik komunikasi yang bisa merusak narasi dan citra mereka. Mereka juga harus bisa mengantisipasi serangan-serangan komunikasi dari pihak-pihak yang ingin menjatuhkan mereka. Mereka harus bisa menjaga konsistensi dan kredibilitas dalam berkomunikasi,” ucap Rina.
Selain itu, Rina juga menyarankan agar Ganjar-Mahfud bisa memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi politik yang efektif. “Media sosial adalah media yang sangat penting dalam era digital saat ini. Mereka harus bisa memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan narasi dan citra mereka secara luas dan cepat. Mereka juga harus bisa berinteraksi dengan publik secara langsung dan personal melalui media sosial,” kata Rina.