Dumpling Snack, Hasil Kreasi Mahasiswa Surabaya Saat Pandemi

honing alvianto bana By honing alvianto bana
4 Min Read

jfid – Masa Pandemi Covid-19 adalah masa yang paling sulit bagi semua orang. Namun, di tengah kehidupan yang serba berat akibat pandemic ini, kita dipaksa untuk tetap menghasilkan sesuatu, demi tetap berjalannya roda kehidupan.

Di tengah wabah yang berlangsung cukup lama dan tak menentu ini, banyak mahasiswa yang memilih berhenti melakukan berbagai aktivitas. Namun, berbeda dengan beberapa mahasiswa yang memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan produktif, dengan berjualan aneka olahan makanan.

Seperti yang dilakukan Rita Limbong, salah satu mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya. Ia bersama temannya Imel Ritonga memanfaatkan situasi saat ini untuk memulai usaha di bidang makanan olahan. Pasalnya, kini banyak warga yang lebih memilih membeli makanan secara online.

Rita mengisahkan bahwa ia dan Imel awalnya memilih berjualan makanan olahan untuk menambah pemasukan pribadi. Selain itu, menurutnya, ia tak ingin waktu luang mereka terbuang begitu saja. Oleh karena itu, mereka memilih berjualan untuk menambah penghasilan dan menghilangkan kebosanan.

Ad image

Perempuan kelahiran Tana Toraja, 22  Juli 1997 ini memulai usaha bersama temannya sekitar tiga bulan lalu. Bermodal uang dua ratus ribu, Rita mengajak Imel untuk memberanikan diri berinovasi membuat snack dengan beberapa variasi rasa.

Bermodal uang kiriman dan sisa  tabungannya, ia bersama Imel untuk mengekslorasi resep membuat snack untuk menambah pemasukan. “Kalau ditanya bagaimana memulai dan berapa modalnya, ya awalnya hanya ingin menambah pemasukan pribadi sambil mengisi waktu luang. Kan, awalnya, kami hanya bermodalkan uang patungan sebesar Rp 500 ribu, untuk memulai usaha sejak awal bulan Oktober lalu dengan nama produk Dumpling Snack. Puji Tuhan, saat ini produk mereka sudah memiliki banyak pelanggan di beberapa wilayah di Kota Surabaya, khususnya di daerah Tegalsari dan sekitarnya,” katanya, Sabtu, 24 November 2020.

Aneka rasa dari Dumpling Snack yang dibuatnya meliputi rasa Balodo, rasa sapi panggang, BBQ, dan rasa jagung.

Ia mengaku, sejauh ini tantangan terberat  mereka adalah meyakinkan konsumen sebab produk seperti ini sudah banyak di pasaran.

“Saya dan Imel harus bernegosiasi dengan pemilik toko dan warung kopi  bahwa produk ini laku dijual. Kami  berikan beberapa bungkus produk  kami agar dicoba secara cuma-cuma terlebih dahulu, setelah itu, kami beri masukan kepada mereka agar produk kami lebih terlihat,” cerita Rita.

Produk mereka terdiri dari berbagai citra rasa, harga, serta dikemas dalam beberapa bungkusan dengan takaran yang berbeda. Harganya bervariasi, mulai dari Rp2.000 hingga Rp10.000, tergantung jenis makanan dan besar-kecilnya bungkus snack. “Bungkusan yang kecil kami jual dengan harga 2.000 rupiah per bungkus. Sedangkan yang satunya kami jual dengan harga 10.000 rupiah perbungkus,” kata Rita.

Sasaran atau pasar utama yang mereka tuju yakni mahasiswa, warung kopi, dan toko kelontong. “Kami menargetkan untuk kalangan mahasiswa, masyarakat yang suka nongkrong diwarung kopi, dan toko. Tapi berhubung sekarang banyak mahasiswa yang pulang kampung, ya kami maksimalkan saja diberbagai warung kopi dan toko. Puji Tuhan, responnya baik, bahkan kami sudah  mengirim produk kami sampai NTT,” tutur Rita.

Ia pun mengatakan sebagai pemula dibidang bisnis snack, hal yang mereka kedepankan adalah menjaga kualitas produk sembari terus melakukan inovasi sehingga dapat menjaga loyalitas pelanggan dan memperluas bisnis.

“Mudah-mudahan saja ini bisa menjadi bekal di kemudian hari untuk menjadi lebih berkembang dan besar,” ucapnya dengan senyuman khas Orang Toraja.

Share This Article