jfid – Banda Aceh – Ratusan mahasiswa yang menolak keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh mengusir paksa 135 orang imigran tersebut dari tempat penampungan sementara di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) pada Rabu (27/12). Aksi ini berlangsung ricuh dan menyebabkan tangis pengungsi pecah.
Massa mahasiswa yang berasal dari kampus Al Washliyah, Universitas Abulyatama dan Bina Bangsa Getsempena menyerbu basement gedung BMA, tempat pengungsi Rohingya ditempatkan. Mereka menarik paksa, melempar botol air mineral, dan menendang barang-barang milik pengungsi.
Pengungsi Rohingya yang terdiri dari anak-anak, pria dan wanita hanya terdiam dan menangis ketakutan. Sebagian bahkan terlihat meminta ampun. Petugas dari kepolisian dan Satpol PP tidak mampu membendung massa yang jumlahnya sekitar 500 orang.
Setelah berhasil mengeluarkan pengungsi Rohingya dari gedung BMA, massa mahasiswa mengangkut mereka ke mobil truk yang disediakan. Kemudian mereka diantar ke kantor Kemenkumham Aceh yang jaraknya dari BMA hanya sekitar 1 kilometer.
Koordinator lapangan aksi dari Abulyatama, Muhammad Khalis, mengatakan bahwa pihaknya mendukung aspirasi masyarakat yang menolak pengungsi Rohingya di Aceh, untuk segera dipindahkan atau dipulangkan ke negaranya. Menurutnya, etnis Rohingya yang datang ke Aceh bukan lagi sebagai pengungsi melainkan mencari kerja.
Hingga pukul 17:00 WIB, massa mahasiswa masih memadati kantor Kemenkumham Aceh. Mereka mendesak agar pihak terkait bersikap terkait etnis Rohingya tersebut.
Pengungsi Rohingya yang berada di gedung BMA merupakan bagian dari 135 orang yang mendarat pada 10 Desember 2023 di pesisir Kabupaten Aceh Besar.
Mereka diduga menjadi korban penyelundupan manusia yang dilakukan oleh seorang warga negara Indonesia yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka.