Jfid – Di tengah hiruk-pikuk sidang Majelis Umum PBB, sebuah senyuman sinis terpancar dari wajah delegasi Israel.
Tidak, ini bukanlah senyuman Mona Lisa yang penuh misteri, melainkan senyuman yang sarat dengan ironi politik yang tebal.
Pada Jumat (10/5), saat voting mengenai status Palestina di PBB berlangsung, delegasi Israel tampak tidak bisa menyembunyikan reaksi mereka.
Senyuman yang Lebih dari Sekadar Ekspresi
Senyuman ini bukan sekadar refleks otot wajah, melainkan simbol dari pertarungan geopolitik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Bagi beberapa orang, senyuman tersebut mungkin sebanding dengan senyuman kucing Cheshire yang menghilang, meninggalkan hanya senyumnya di balik keputusan yang kontroversial.
Voting yang Menegangkan
Voting di PBB sering kali seperti pertandingan sepak bola tanpa bola; semua mata tertuju pada papan skor, menunggu hasil yang akan menentukan nasib jutaan orang.
Dalam kasus ini, skor akhir menunjukkan dukungan yang luar biasa terhadap kedaulatan Palestina atas sumber daya alam mereka, dengan 151 negara setuju, 6 menolak, dan 11 abstain.
Analogi yang Menggugah
Bayangkan jika dunia ini adalah sebuah pesta barbekyu besar-besaran, dan Palestina serta Israel adalah tetangga yang berbagi halaman belakang.
Resolusi ini seperti perjanjian untuk tidak mengambil sate milik orang lain tanpa izin.
Namun, senyuman sinis tersebut mengingatkan kita bahwa tidak semua tetangga setuju dengan aturan pesta.
Kutipan Inspiratif
Seperti kata Albert Einstein, “Perdamaian tidak bisa dipertahankan dengan kekuatan; itu hanya dapat dicapai dengan pengertian.”
Resolusi PBB ini mungkin tidak mengikat secara hukum, tetapi setidaknya memberikan ruang bagi pengertian dan dialog.
Anekdot yang Menarik
Pada suatu hari di New York, seorang turis bertanya kepada seorang delegasi PBB, “Bagaimana cara Anda menyelesaikan konflik?”
Delegasi itu tersenyum dan berkata, “Dengan senyuman, tentu saja!” Turis itu tertawa, tidak menyadari bahwa senyuman bisa memiliki banyak arti di gedung ini.
Penutup yang Memikat
Dalam labirin politik internasional, senyuman bisa menjadi lebih dari sekadar ekspresi kebahagiaan; itu bisa menjadi senjata, perisai, atau bahkan jembatan.
Mari kita berharap bahwa senyuman sinis dari delegasi Israel akan berubah menjadi senyuman yang tulus dalam mencari perdamaian yang langgeng.
Dengan artikel ini, kita diajak untuk tidak hanya melihat senyuman sebagai ekspresi sederhana, tetapi sebagai refleksi dari dinamika dunia yang kompleks.
Semoga, di balik setiap senyuman sinis, ada harapan untuk masa depan yang lebih cerah dan damai.