Covid-19 di Singapura Kembali Meledak: Apa Penyebabnya

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
4 Min Read

jfid – Singapura mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Pada Jumat (3/12/2023), negara itu melaporkan 9.015 kasus baru, meningkat dari 4.623 kasus pada hari sebelumnya. Jumlah total kasus Covid-19 di Singapura kini mencapai 247.534, dengan 1.057 kematian.

Apa yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di Singapura? Menurut Kementerian Kesehatan (MOH) Singapura, salah satu faktor utama adalah munculnya sub-varian baru dari varian Omicron, yang disebut XBB atau BA.2.10.

Sub-varian ini pertama kali terdeteksi di India pada Agustus 2022, dan kini telah menyebar ke beberapa negara lain, seperti Australia, Bangladesh, Denmark, Jepang, dan Amerika Serikat.

Singapura mengatakan bahwa sub-varian XBB lebih menular daripada varian Omicron lainnya, dan menyumbang 54 persen dari kasus lokal selama minggu 3-9 Oktober. Ini merupakan peningkatan dari minggu sebelumnya, ketika kasus XBB mencapai 22 persen dari kasus Covid-19 lokal.

Ad image

Sub-varian yang sebelumnya dominan, BA.5, kini diperkirakan menyumbang 21 persen kasus lokal, sementara sub-varian lain BA.2.75, diperkirakan menyumbang 24 persen kasus.

Singapura juga mengatakan bahwa ada bukti bahwa XBB mungkin mendorong peningkatan infeksi ulang. Pasalnya, sekitar 17 persen dari total kasus bulan lalu adalah kasus infeksi ulang.

Hal ini menunjukkan bahwa kekebalan dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi mungkin tidak cukup untuk melindungi dari sub-varian baru ini.

Namun, Singapura menegaskan bahwa sub-varian XBB tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian Omicron lainnya. Sebagian besar kasus Covid-19 di Singapura bersifat ringan atau tanpa gejala, dan hanya sekitar 1 persen yang membutuhkan perawatan intensif.

Singapura juga mengatakan bahwa vaksin Covid-19 masih efektif dalam mencegah penyakit yang parah dan kematian, meskipun mungkin kurang efektif dalam mencegah infeksi.

Gejala sub-varian XBB mirip dengan gejala Covid-19 pada umumnya, seperti demam, batuk, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, hilangnya rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, mual, muntah, atau diare.

Singapura mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.

Singapura juga mendorong masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19, terutama dosis ketiga atau booster, untuk meningkatkan kekebalan mereka.

Singapura merupakan salah satu negara dengan tingkat vaksinasi Covid-19 tertinggi di dunia, dengan lebih dari 85 persen penduduknya telah menerima dua dosis vaksin.

Namun, negara itu juga menghadapi tantangan dalam mengendalikan penyebaran virus, karena memiliki populasi padat, mobilitas tinggi, dan hubungan erat dengan negara-negara lain.

Singapura telah menerapkan beberapa pembatasan sosial dan ekonomi untuk menangani lonjakan kasus Covid-19, seperti mengurangi kapasitas tempat umum, menutup tempat hiburan malam, dan mewajibkan tes Covid-19 bagi pekerja sektor tertentu.

Menurut Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, kasus Covid-19 di Singapura sudah mulai menurun perlahan dan sudah melewati puncaknya.

Ia mengatakan bahwa negara itu akan terus beradaptasi dengan situasi pandemi, dan berharap dapat mencapai fase baru yang lebih normal dalam beberapa bulan ke depan.

Share This Article