jfid – Cerita dari Kamarullah, tentang kisah-kisah kepahlawanan manusia Madura. 10 November, adalah peristiwa berdarah dengan gugurnya ribuan pejuang kemerdekaan di Surabaya. Setelah 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta mendeklarasikan kemerdekaan. Namun, Tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Kamarullah menceritakan, jika pada 29 Oktober 1945. Pihak Indonesia dengan sekutu melakukan kesepakatan gencatan senjata. Ke esokan harinya, pimpinan sekutu (gubernur Surabaya), Brigadir Jendral Mallaby tewas mengenaskan. Karena mobil yang dikendarainya di bom.
Tepat 10 November, pertempuran pecah di Surabaya. Kamarullah menceritakan tentang sosok Candra Hasan (putra Madura), Resimen komando 35 atau resimen Jokotole.
Candra Hasan menurut Kamarullah adalah Pahlawan yang hilang dari kesejarahan. Menurutnya, Candra Hasan, saat terdesak pertempuran di Madura dengan Belanda. Resimen Komando 35 diperintahkan untuk mundur ke Jawa, tepatnya di Kediri.
Pada peristiwa tewasnya pimpinan Tentara Inggris, resimen Jokotole yang dipimpin Candra Hasan, merangsek dari Kediri menuju Surabaya dan terlibat dalam petempuran sengit di Surabaya. Perjuangan Candra Hasan tidak selesai pada 10 November 1945.
Kala itu, Madura dalam keadaan genting. Kamarullah menceritakan, jika Madura masih ada campur tangan belanda. Karena, Madura secara administratif tergabung menjadi bagian Indonesia pada tahun 1948.
Setelah 10 November 1945, perjuangan resimen 35, pimpinan Candra Hasan masih belum usai. Karena Belanda masih menduduki Wilayah Madura. Kamarullah mengisahkan, jika Candra Hasan memimpin pasukan resimen Jokotole dengan rakyat Madura bertempur habis-habissan di Arek Lancor (Alun-alun Pamekasan).
Kamarullah, juga mengingatkan pada masyarakat Madura, jika perlu mengingat dan merefleksikan perjuangan para Pahlawan asal Madura.
“Jangan sekali-kali melupakan perjuangan Candra Hasan. Dan Madura memiliki Abdul Halim Perdanakusuma putra Madura. Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur menjalankan tugas perjuangan untuk menjaga kedaulatan, memiliki sejarah panjang keterlibatannya menjaga NKRI,” cerita Kamarullah.
Kamarullah menyebut, jika manusia Madura (Abdul Halim Perdanakusuma) terlibat perang Dunia II hingga menjadi Komodor Angkatan udara. Bahkan, Madura disebutnya sebagai tanah pejuang dan kesatria.
Kamarullah juga menyebut, jika Negara lupa pada jasa-jasa Syeh Khona Kholil dan Pangeran Trunojoyo yang luput dari daftar nama Pahlawan Nasional.
Bayangkan, jika tidak ada Syeh Khona Kholil Bangkalan, mungkin tidak ada Hasyim Asy’ari, dan mungkin tidak ada NU dan tidak ada perjuangan kaum santri. Karena Syeh Khona Kholil adalah guru bagi Ulama besar Nusantara.
Juga pangeran Trunojoyo yang dengan gagah melawan Belanda adalah wujud kekesatrian manusia Madura.
Catatan, Sumber teks: Cerita Lisan Kamarullah yang dihimpun Deni Puja Pranata.