Bangkalan, Jurnalfaktual.Id- Maniah (49), begitu orang- orang memanggil sosok perempuan asal Desa Bangpendah, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan.
Dia sehari- hari bekerja sebagai cleaning service di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Banjar. Pekerjaan itu dijalaninya hampir satu tahun.
Maniah merupakan seorang ibu dari tiga anak bersaudara. Setiap hari Ia bekerja selama 7 jam. Masuk pukul 06.30, pulang 13.00 WIB. Upah yang diterima sebesar Rp. 750.000.
Maniah mengaku bersyukur bisa bekerja di puskesmas tersebut meski hanya menjadi tukang bersih- bersih. Kata dia, pimpinan puskesmas dan petugasnya sangat ramah.
Alasan lain, tempat bekerjanya saat ini bagi dia tidak begitu jauh dari rumah. Apalagi, upah yang diterima lumayan besar. Sehingga, Ia merasa tuhan sudah memberikan jalan untuk mengais rizeki.
Maniah berkata, kucuran gaji yang diterima setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Selain itu, nominal Rp. 750.000 itu juga diperuntukan bagi biaya pendidikan ketiga buah hatinya.
Maniah hidup tanpa suami (menjanda) sejak beberapa tahun lalu karena bercerai. Maniah mengaku berjuang sendirian agar ketiga buah hatinya mengenyam bangku pendidikan.
Kini, Anak pertama Maniah sudah duduk di kelas 3 SMK. Anak kedua dimasukkan ke salah satu pondok pesantren di Surabaya. Sementara anak paling muda duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Maniah mengaku tidak terbebani meski berjuang seorang diri untuk menyekolahkan anaknya. Kata dia, sebagai orang tua harus mengantarkan sang anak menuju kesuksesan.
“Saya tidak merasa capek mas walaupun harus cari nafkah sendirian. Karena bagi saya, sudah kewajiban agar anak- anak saya bisa berpendidikan dan berharap mendapat kehidupannya lebih baik dari saya,” ujarnya kepada jurnalfaktual.Id. Minggu (3/11/2019).
Sebelum dipekerjakan sebagai cleaning service di Puskesmas Banjar, Maniah mengatakan pernah bekerja sebagai tukang cuci. Pekerjaan itu ia jalani di Jakarta.
Adapun upah yang diterima sebesar Rp. 40.000 per- hari. “Dulu sebelum dipekerjakan disini saya kerja nyuci mas di jakarta. Saya merantau sejak berpisah dengan suami untuk kebutuhan hidup saya dan anak anak. Karena biaya disana besar, jadi tak cukup,” tuturnya.
Sejak bekerja di puskesmas Banjar, Ia merasa cukup dengan gaji yang diterima. Meski beban biaya hidup dan pendidikan anak- anaknya cukup besar. Sebab, Ia tak lagi menanggung biaya kontrakan.
“Kalau disini kan tinggal dirumah sendiri. Alhamdulillah mas bisa dikatakan cukup. Namanya hidup, memang harus bekerja keras. Yang penting bisa makan,” cetusnya.
Bagi Maniah, yang terpenting dalam hidupanya adalah bagaimana mengantarkan ketiga anaknya menempuh pendidikan tinggi. Meski harus banting tulang seorang diri, Ia mengaku tetap semangat menjalani hidup serba pas- pasan.
“Pendidikan itu penting mas, maka anak- anak saya harus sekolah, semoga saja nantinya mereka kehidupannya lebih baik dari pada ibunya ini.
Saya juga berharap mereka nantinya bisa bermanfaat kepada siapapun. Selain usaha seperti ini, saya selalu berdo’ a agar anak- anakku bisa sukses seperti anak orang- orang,” harap dia, sementara aliran air mata tampak membasahi kedua pipinya.
Penulis: Syahril