jfid – Pada KTT G20 yang baru-baru ini berlangsung, dunia disuguhi sebuah pertemuan yang cukup menuai kontroversi.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, tampak begitu ramah saat menyambut Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi, dengan jabat tangan hangat.
Mereka berdua tersenyum dan terlibat dalam percakapan yang mesra, sebuah pemandangan yang mengejutkan mengingat Biden pernah mengkritik MBS secara keras dan menyebutnya sebagai paria internasional.
Pertemuan ini menjadi sorotan karena MBS telah menjadi sasaran kritik tajam atas pelanggaran hak asasi manusia, termasuk keterlibatannya dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Namun, Biden tampaknya memilih untuk menjaga hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.
Pertemuan antara Biden dan MBS di KTT G20 ini sangat berbeda dari interaksi mereka sebelumnya.
Meskipun Biden menuai banyak kritik atas salam jabat tangan tinju yang ia berikan kepada MBS tahun lalu, kali ini dia memilih untuk menunjukkan sikap yang lebih harmonis. Kesopanan yang diperlihatkan sangat kontras dengan pertemuan sebelumnya.
Mohammed bin Salman sendiri adalah sosok kontroversial di kancah internasional. Pejabat intelijen Amerika Serikat bahkan menyimpulkan bahwa Pangeran tersebut memberikan persetujuan atas pembunuhan Jamal Khashoggi, seorang penulis berbasis di Amerika Serikat, pada tahun 2018.
Arab Saudi juga telah mendapat kritik tajam terkait pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Kontroversi ini telah berdampak signifikan pada hubungan antara Amerika Serikat dan Saudi.
Tanggapan publik terhadap pertemuan ini sangat bervariasi. Sejumlah orang mengkritik Presiden Biden karena terlihat terlalu dekat dengan Putra Mahkota Saudi.
Fred Ryan, mantan penerbit dan CEO The Washington Post, bahkan menyatakan bahwa jabat tangan hangat yang diberikan oleh Biden kepada MBS kali ini lebih memalukan daripada jabat tangan tinju yang pernah terjadi.
“Ini menunjukkan tingkat keakraban dan kenyamanan yang memberikan penebusan yang tidak pantas kepada MBS,” ujar Ryan.
Hatice Cengiz, tunangan Jamal Khashoggi, juga menegaskan bahwa Biden tampaknya mengingkari janji kampanyenya setelah peristiwa jabat tangan tinju tahun lalu.
Namun, sebagian orang melihat pertemuan ini sebagai usaha untuk menjaga hubungan diplomatik yang sudah ada dengan Arab Saudi.
Hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi telah berjalan sejak tahun 1933, ketika hubungan diplomatik penuh antara kedua negara ini didirikan dan diformalisasi melalui Perjanjian Bantuan Pertahanan Bersama tahun 1951.
Meskipun ada perbedaan pendapat antara keduanya, mereka telah menjadi sekutu sejak saat itu.
Kendati hubungan ini mengalami beberapa ketegangan, seperti perbedaan pandangan terkait Israel dan embargo minyak tahun 1973, pembunuhan Jamal Khashoggi menjadi puncak pergeseran signifikan dalam dinamika hubungan ini.
Tetapi, hubungan ini diperkuat oleh kunjungan yang dilakukan oleh administrasi Trump ke Arab Saudi pada Mei 2017.
Meskipun ada kritik atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Arab Saudi, Amerika Serikat tetap menjalin hubungan kerjasama yang kuat dengan Arab Saudi, terutama dalam sektor energi dan keamanan.
Secara keseluruhan, pertemuan antara Presiden Biden dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di KTT G20 telah memicu beragam reaksi dari publik.
Ada yang mengkritik Biden karena terlalu akrab dengan MBS, sementara yang lain melihat pertemuan ini sebagai usaha untuk menjaga hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah pertemuan ini merupakan langkah maju dalam diplomasi atau pengkhianatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia. Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut.