Benarkah Indonesia Tidak Mampu Menciptakan Starlink-nya Sendiri?

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read
BTS Akan Terdistrupsi jika Starlink masuk Indonesia?
BTS Akan Terdistrupsi jika Starlink masuk Indonesia?

jfid – Pernah nggak sih kalian lagi asik scrolling TikTok, tiba-tiba buffering? Pasti bikin kesal banget, ya kan?

Nah, bayangkan kalau ada teknologi yang bisa bikin kita bebas dari yang namanya buffering.

Eits, tunggu dulu, apakah mungkin Indonesia bisa menciptakan teknologi kayak Starlink-nya Elon Musk? Yuk, kita bahas dengan santai dan sedikit guyonan ala warung kopi.

Jadi gini, Starlink itu seperti pesawat luar angkasa yang nongkrong di atas kepala kita, memberikan internet cepat tanpa pandang bulu, di mana pun kita berada. Di gunung, di hutan, atau bahkan di pantai yang sinyalnya sering kalah sama ombak.

Ad image

Nah, pertanyaannya, kenapa Indonesia nggak bisa bikin yang seperti ini? Apakah kita terlalu sibuk ngurusin banjir dan macet?

Pertama-tama, mari kita tengok data. Berdasarkan laporan dari Speedtest Global Index, kecepatan internet di Indonesia tuh berada di urutan 90-an dari 180 negara. Ketinggalan jauh dari negara-negara tetangga.

Kalau diibaratkan lomba lari, kita ini masih jalan santai sambil makan gorengan di pinggir jalan, sementara negara lain udah sprint dengan sepatu kets paling canggih.

Tapi jangan salah, kita ini punya talenta kok! Anak-anak bangsa banyak yang pinter-pinter. Ada teman saya, namanya Budi (bukan nama sebenarnya, tapi biar lebih dramatis aja), dia jago coding, lulus dari universitas ternama di luar negeri.

Sayangnya, dia sekarang kerja di luar negeri karena gaji dan fasilitas di sana lebih menarik daripada di sini. Jadi, otak-otak cemerlang kita banyak yang “ngibrit” ke negara lain.

Sebenernya, masalah utama kita tuh bukan di kemampuan, tapi di infrastruktur dan kebijakan. Bayangkan saja, kita ini kayak tim sepak bola yang punya pemain bagus, tapi nggak punya lapangan yang layak.

Sudah gitu, pelatihnya juga suka nggak jelas instruksinya. Makanya, banyak yang memilih main di lapangan tetangga yang rumputnya lebih hijau.

Ada juga cerita lucu dari Pak RT di kampung saya. Beliau bilang, “Dulu mah, kalau mau internet cepat, pasang aja antena di atas pohon kelapa. Sinyalnya langsung ngebut!”

Memang, solusi sederhana seperti ini seringkali jadi andalan masyarakat kita. Tapi, ya masa sih mau selamanya begitu? Kita ini butuh inovasi yang lebih dari sekadar nambah ketinggian antena.

Mengutip dari laporan World Bank, salah satu hambatan utama perkembangan teknologi di Indonesia adalah birokrasi yang ribet.

Kalau Elon Musk mungkin bisa langsung meluncurkan ribuan satelit dalam waktu cepat, kita di sini masih sibuk urus izin dan administrasi yang kayak benang kusut. Belum lagi kalau ada “tangan-tangan gaib” yang bikin prosesnya makin lambat.

Kita juga nggak bisa lepas dari tantangan geografis. Indonesia ini luas banget, terdiri dari ribuan pulau dengan kondisi yang berbeda-beda.

Kalau mau bikin jaringan internet yang merata, itu sama aja kayak nyuruh kurir ngirim paket ke tiap rumah di pulau terpencil. Capek, Pak!

Tapi ya, meski begitu, kita tetap harus optimis. Di balik segala kekurangan, ada peluang besar. Teknologi 5G misalnya, sudah mulai diperkenalkan di beberapa kota besar.

Memang, masih jauh dari kata sempurna, tapi setidaknya ini langkah awal menuju perubahan yang lebih baik. Siapa tahu, suatu saat nanti kita bisa punya teknologi sendiri yang bikin bangga, bukan cuma jadi penonton.

Share This Article