jfid – Serangan mendadak Hamas yang dinamai Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) jadi agresi yang paling akbar yang pernah dialami Israel sejak Perang Yom Kippur pada 1973. Bagaimana kronologis serangan mematikan yang telah menewaskan sekitar 300 orang Israel dan melukai ribuan lainnya tersebut?
Latar Belakang
Operasi Badai Al-Aqsa adalah nama yang diberikan oleh Hamas untuk serangan besar-besaran yang dilancarkan pada Sabtu, 7 Oktober 2023, terhadap Israel. Serangan ini merupakan respons dari Hamas terhadap kebijakan Israel yang dianggap menindas rakyat Palestina, terutama di Jalur Gaza dan Masjid Al-Aqsa.
Operasi ini juga bertepatan dengan hari raya Yahudi, Simchat Torah, dan 50 tahun setelah Perang Yom Kippur, ketika Mesir dan Suriah menyerang Israel untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai Israel pada tahun 1967.
Serangan Awal: Hujan Roket
Serangan ini dimulai sekitar pukul 06.30 waktu setempat, ketika Hamas menembakkan ribuan roket ke wilayah selatan Israel, memicu sirene peringatan di seluruh negeri. Hamas mengklaim telah meluncurkan 5.000 roket, sementara militer Israel mengatakan hanya ada 2.500 roket.
Roket-roket itu menargetkan posisi militer, bandara, dan permukiman sipil Israel. Seorang wanita tewas akibat roket tersebut, dan ratusan orang lainnya terluka.
“Kami mengumumkan dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa dan kami mengumumkan bahwa serangan pertama, yang menargetkan posisi musuh, bandara, dan benteng militer, melebihi 5.000 rudal dan peluru,” kata Mohammed Deif, kepala Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas.
Infiltrasi Pasukan Hamas
Serangan roket itu ternyata hanya sebagai pengalihan untuk operasi infiltrasi yang lebih berani dan belum pernah terjadi sebelumnya. Sekitar pukul 07.40 waktu setempat, militer Israel mengumumkan bahwa pejuang Palestina telah menyeberang ke wilayah Israel melalui berbagai titik.
Sebagian besar pejuang masuk melalui lubang-lubang di pagar keamanan yang memisahkan Gaza dan Israel. Beberapa pejuang bahkan menggunakan parasut bermotor atau perahu motor untuk mencapai pantai Israel.
Para pejuang Hamas berhasil menembus setidaknya tiga instalasi militer Israel di sekitar perbatasan, yaitu penyeberangan perbatasan Beit Hanoun (disebut Erez oleh Israel), pangkalan Zikim, dan markas besar divisi Gaza di Reim.
Di sana, mereka melakukan baku tembak dengan tentara Israel, menewaskan puluhan tentara dan menyandera beberapa lainnya. Mereka juga mengambil alih kendaraan militer dan senjata-senjata Israel.
Balasan Israel
Israel tidak tinggal diam menghadapi serangan Hamas. Sekitar pukul 09.45 waktu setempat, ledakan mulai terdengar di Gaza, menandakan bahwa angkatan udara Israel melakukan serangan balasan.
Militer Israel mengatakan telah menargetkan lebih dari 100 lokasi di Gaza yang terkait dengan Hamas, termasuk markas-markas, gudang senjata, terowongan-terowongan, dan peluncur roket.
Serangan udara itu menewaskan lebih dari 200 orang Palestina, termasuk beberapa pemimpin Hamas. Ribuan orang lainnya mengungsi dari rumah-rumah mereka yang hancur atau terancam hancur.
Dampak
Operasi Badai Al-Aqsa ini menandai babak baru dalam konflik antara Israel dan Palestina. Serangan ini merupakan serangan paling besar dan mematikan yang pernah dilakukan oleh Hamas sejak didirikan pada tahun 1987.
Serangan ini juga menunjukkan kemampuan militer Hamas yang meningkat secara signifikan, baik dalam hal jumlah maupun kualitas senjata-senjata mereka. Hamas juga berhasil melakukan infiltrasi ke wilayah Israel dengan cara-cara yang tidak terduga.
Serangan ini juga memicu reaksi dari berbagai pihak di dunia. Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Israel, mengutuk keras serangan Hamas dan mendesak agar mereka menghentikan serangan roket. Presiden AS Joe Biden juga menawarkan bantuan kepada Israel untuk mengatasi krisis ini.
Di sisi lain, beberapa negara Islam dan organisasi-organisasi pro-Palestina menyatakan dukungan dan solidaritas kepada Hamas dan rakyat Palestina. Mereka mengecam Israel sebagai negara penjajah dan pelanggar hak asasi manusia. Mereka juga mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan untuk mengakhiri penindasan Israel terhadap Palestina.
Serangan ini juga mempengaruhi situasi politik di dalam Israel dan Palestina. Di Israel, serangan ini memperburuk krisis politik yang sedang berlangsung, setelah pemilihan umum yang tidak menghasilkan pemerintahan yang stabil. Serangan ini juga menimbulkan ketegangan antara warga Yahudi dan Arab di Israel, yang saling menyerang dan membakar properti satu sama lain.
Di Palestina, serangan ini meningkatkan popularitas Hamas sebagai kelompok perlawanan yang berani dan tangguh. Serangan ini juga menantang otoritas Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang telah menunda pemilihan umum yang seharusnya digelar pada bulan Mei. Serangan ini juga memperlihatkan perpecahan antara faksi-faksi Palestina, terutama antara Hamas dan Fatah.
Kesimpulan
Operasi Badai Al-Aqsa adalah serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023. Serangan ini melibatkan ribuan roket dan infiltrasi pasukan ke wilayah Israel. Serangan ini menewaskan ratusan orang di kedua belah pihak, dan melukai ribuan lainnya.
Serangan ini juga memiliki dampak yang luas bagi konflik antara Israel dan Palestina, serta bagi situasi politik, sosial, dan ekonomi di kedua wilayah tersebut. Serangan ini juga menarik perhatian dunia, yang terbagi antara mendukung atau mengecam salah satu pihak.
Serangan ini merupakan peristiwa bersejarah yang akan berpengaruh bagi masa depan hubungan antara Israel dan Palestina.