Kepemimpinan Muhammadiyah

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
9 Min Read
- Advertisement -

jfid – Dalam Pandangan Islam, seorang pemimpin sering disebut dengan berbagai istilah, dalam Bahasa Arab, dikenal dengan nama imam, artinya ada di depan (dapat dijadikan teladan). Kata Imam melahirkan kata turunan ummi (ibu). Artinya seorang pemimpin yang bisa dijadikan rujukan (referensi). Kemudian melahirkan kata turunan berikutnya umat. Maka, seorang pemimpin sepatutnya berpihak dan mencintai umat yang dipimpinnya. Jika seorang pemimpin dapat dijadikan keteladanan dan dirujuk serta mencintai yang dipimpin, maka di samping pemimpin tersebut secara formal memiliki legalitas, maka secara informal legitimete.

Kedua, seorang pemimpin dikenal pula sebagai khalifah (pengganti). Maka, seorang pemimpin dituntut menyiapkan penerus dan pelanjut perjuangannya. Jadi, standar keberhasilan seorang pemimpin diantaranya ditentukan dalam keterampilannya dalam mencetak kader yang berkualitas. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia , Menurut Purwodarminta kader adalah seseorang yang disiapkan sedemikian rupa untuk memikul tugas-tugas penting kepemimpinan dalam keluarga, organisasi, institusi, partai dan negara.

Ketiga, seorang pemimpin dituntut memiliki ketegasan dalam memberikan intruksi (amir). Sebab, bagaimanapun kepandaian seorang pemimpin tetapi komando kebawah mengalami disfungsi, maka sebenarnya keberadaannya tidak efektif. Dua prajurit yang saling bekerjasama lebih baik daripada dua jendral yang saling berseberangan. Karena, kemampuan dalam membangun team work yang kompak, indikator keberhasilan kepemimpinan.

Keempat, seorang pemimpin adalah pengembala dan pelayan yang dipimpinnya (ra’in dan khadim). Dia dicintai oleh yang dipimpinnya jika ia benar-benar mendengar dan melayani mereka. Sebagaimana perkataan Umar bin Khathab yang terkenal; “Sayyidul Qaumi Khadimuhum” (penghulu suatu kaum adalah yang dapat melayani mereka). Kualitas kepemimpinan seseorang tidak ditentukan oleh banyaknya berorasi (katsratur riwayah), tetapi banyaknya mendengar dan melayani (katsratul istima’ war ri’ayah).

Ad image

Kelima, seorang pemimpin adalah yang dengan senang hati mengurus urusan yang dipimpinnya (waliyyul amr). Karena, ketika ia menjadi pemimpin bukanlah ia hanya milik keluarga dan kelompoknya, tetapi ia adalah milik umat. Oleh karena itu ia dituntut berjiwa besar (menampung segala karakter manusia). Ia dituntut berjiwa permadani (menampung berbagai watak manusia). Ia tidak berfikir duntuk kepentingan orang-orang terdekatnya saja, tetapi mengutamakan orang banyak, utamanya kaum lemah. Dimana kaum lemah adalah berjumlah mayoritas di mana pun dan kapan pun.

Keenam kriteria tersebut jika dilaksanakan dalam proses kepemimpinan, maka akan menjadi pemimpin yang legal dan legitimed. Ia pandai meletakkan dirinya, menyikapi dirinya, memandang dan mempersepsikan orang lain dalam sebuah komunitas. Ketika berada di depan dapat dijadikan teladan dan rujukan (ing ngarso sung tuladha), berada di tengah dapat membangun kelompok kerja (ing madya mangun karso), berada di belakang dapat memberikan motivasi (tut wuri handayani).

Pemimpin Dalam Perspektif Muhammadiyah
Keberadaan Muhammadiyah bisa dilihat dari tiga unsur yaitu, Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi atau jam”iyah, unsur anggota atau jamaah dan unsur imamiyah (kepemimpinan). Dan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari kepemimpinan adalah merumuskan kreteria pemimpin ideal menurut Muhammadiyah, sebagian dari kita ada yang berpendapat , pemimpin di Muhammadiyah harus memenuhi unsur PKB (Pinter,Kober,Bener), atau dengan istilah lain memiliki kreteria “3 U” yaitu “Mampu,Mau dan punya waktu” .

Tokoh Muhammadiyah yang sangat legendaris ,KH. AR Fakhrudin atau sering disapa dengan “Pak AR”, sebagaimana tertuang dalam buku Akhlak Pemimpin Muhammadiyah terbitan Suara Muhammadiyah. Beliau memberi pandangan yang sangat menarik untuk bisa kita jadikan rujukan berkaitan dengan kreteria ideal tentang siapakah pemimpin Muhammadiyah.

Menurut beliau Muhammadiyah adalah gerakan Islam, gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, bahkan gerakan tajdid. Karenanya yang dapat memimpin Muhammadiyah haruslah anggota Muhammadiyah yang faham maksud KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Yang berkartu anggota (nomor baku), benar-benar memahami maksud dan tujuan Muhammadiyah. Yang faham kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Yang mencintai dan memang memahami serta berkemauan untuk tercapainya maksud dan tujuan Muhammadiyah.

Yang dapat memimpin Muhammadiyah, yang harus kita ketengahkan hendaknya anggota Muhammadiyah yang benar-benar ber-Islam. Artinya melaksanakan ajaran dan perintah serta meninggalkan larangan Agama Islam seperti yang telah digariskan oleh Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Dia juga benar-benar berakhlak Islamiyah, Al Quran dan sunnah.

Pimpinan Muhammadiyah haruslah yang pantas menjadi panutan, menjadi contoh dalam melaksanakan agama Islam, beribadatnya, berumah tangganya, pekerti dan tingkah laku sehari-harinya. Mempunyai waktu yang cukup memadai untuk menekuni gerak Muhammadiyah. Jadi bukan yang mempunyai waktunya hanya kalau mau Musyda, Musywil, atau Muktamar, kalau mau ada pilihan Pimpinan atau pilihan panitia, atau pilihan utusan atau pilihan-pilihan lainnya dan sebagainya.

Pemimpin Muhammadiyah haruslah berakhlak utama Islami, tidak angkuh, tidak sombong, tidak mencela, memaki, menyebarkan kejelekan orang lain, tidak kasar omongannya, tidak suka mengadu domba, tidak suka mencemoohkan orang lain, apalagi sesama teman, sesama kawan anggota/Pimpinan Muhammadiyah Aisyiyah/Angkatan Muda dan sebagainya, bahkan sesama muslim/muslimat.

Pemimpin Muhammadiyah haruslah berakhlak utama Islami, patut menjadi contoh terutama dalam berkorban untuk agama, untuk ke-Islaman, untuk Muhammadiyah. Korban harta, fikiran, tenaga maupun korban perasaan, dan bukan malah yang menggerogoti milik Muhammadiyah atau makan harta Muhammadiyah. Pemimpin Muhammadiyah haruslah berakhlak utama Islami, patut menjadi contoh teladan dalam kekeluargaannya, dalam berukhuwah Islamiyahnya, dalam menyantuni para sesama anggota Pimpinan, baik Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, sampai Pimpinan Ranting sekalipun. Tidak mendendam, bahkan suka memaafkan, berkasih sayang terhadap sesama Muhammadiyah, sesama umat Islam.

Pemimpin Muhammadiyah haruslah berakhlak utama Islami, patut menjadi contoh teladan dalam menjalankan hidup bertetangga, dalam hidup berkeluarga, dalam hidup bersaudara dan hidup bermasyarakat, baik yang di perkotaan maupun yang di pelosok-pelosok desa. Pemimpin Muhammadiyah haruslah berakhlak utama Islami, patut menjadi contoh teladan dalam menjalankan hidup berkarang kampung, dapat bekerjasama dengan RW, dengan Kelurahan, dengan Camat, dengan Bupati, dengan Gubernur, pejabat pemerintah lainnya dan tidak menjilat,tidak juga apriori konfrontatif dalam bekerjasama dengan seluruh pejabat pemerintahan.

Pemimpin Muhammadiyah haruslah berakhlak utama Islami, patut menjadi contoh teladan terutama dalam berikhlas karena Allah, dalam bertakarrub kepada Allah dengan khusyu, tawadhu, dan penuh rasa khosyyah dan takwallah, serta dalam mensedekahkan hartanya untuk Muhammadiyah.

Dengan demikian Muhammadiyah ini Insya Allah akan dipimpin oleh Muslim-muslim yang mempunyai keinginan mengikuti akhlak Rasulullah .

Insya Allah, di Muhammadiyah, masih banyak orang yang sanggup mengatur dirinya untuk dapat dan patut memimpin Muhammadiyah. Walaupun tidak begitu lancar dan lincir dalam berpidato, baik yang kyai ataupun yang bukan kyai, baik yang sarjana maupun yang bukan sarjana, baik yang sudah tua yang agak tua ataupun yang masih muda dan belum begitu tua. Insya Allah di Muhammadiyah masih banyak warga Muhammadiyah, yang ikhlas dan berjiwa beribadah kepada Allah dan berpikiran maju, berkemauan aktif dan maju dalam berMuhammadiyah. Insya Allah, sekali lagi Insya Allah.

Fathin Hammam Salah Satu Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal memberikan sebuah gambaran kreteria pemimpin ideal di Muhammadiyah yaitu Pak AR, yang dikutip dalam buku beliau , semoga bisa menjadi tambahan wawasan dalam kita berorganisasi dan berjuang di Muhammadiyah.

Tentang Penulis: Ronald Chernenko, Mahasiswa Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

- Advertisement -
Share This Article