Jangankan Hamas Dicap Teroris, Pejuang 10 November 45 Dicap Muslim Fanatics oleh AS

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
14 Min Read
Indonesia: Sahabat Palestina, Tetapi Bukan Musuh Israel
Indonesia: Sahabat Palestina, Tetapi Bukan Musuh Israel
- Advertisement -

jfid – Konflik Israel dan Palestina yang kembali memanas dalam beberapa pekan terakhir telah menarik perhatian dunia, termasuk Indonesia. Banyak orang Indonesia yang menyuarakan dukungan dan solidaritas kepada rakyat Palestina yang menjadi korban kekerasan dan penjajahan Israel.

Namun, di tengah gelombang simpati tersebut, ada pula sebagian orang yang menyalahkan atau mencibir perjuangan Palestina, khususnya kelompok Hamas yang bergerilya melawan Israel.

Salah satu tokoh agama di Indonesia, Buya Rozi, dalam ceramahnya pernah mengatakan Hamas itu teroris secara tidak langsung, karena menggunakan bom bunuh diri dan roket untuk menyerang Israel dan sebagainya (anda bisa cek sendiri di Youtube). Ceramah tersebut ditonton oleh salah seorang tokoh agama A dan kemudian diceritakan ke jemaahnya.

Si Buya ini pernah mengkafirkan Gus Dur, lalu tak lama mungkin dia tobat dan mengatakan Gus Dur itu waliullah, dan karena dalam doktrin agama yang tahu bahwa seseorang itu wali atau tidak, ya hanya wali juga, mungkin seolah-seolah olah ingin mengatakan dirinya juga wali, karena mempelajari ilmu kewalian.

Ad image

“Ini kita kasih tau nih, kenapa ada orang kayak Gus Dur. Dulu itu saya pernah menjadi pembenci Gus Du, Pak. Saya mengkafirkan dia, karena didoktrin Gus Dur itu kafir, musyrik,” kata Buya tersebut.

Kembali ke soal Hamas, secara pribadi pun tidak sampai pada kesimpulan apakah saya harus mengatakan hamas itu teroris, membunuh sesama muslim, beraliran syiah, and whatever. Informasi terlalu simpang siur. Saya diskusi dengan seseorang yang mendengar salah satu jemaah (audiens) seorang tokoh agama diatas, dari pembicaraannya, palestine yes hamas no.

Hamas memang keturunan Ikhwanul Muslimin, secara umum, bisa dikatakan bahwa al-Banna adalah sosok yang kontroversial di Mesir. Di satu sisi, ia dihormati sebagai seorang ulama, intelektual, dan pemimpin gerakan Islam yang berusaha untuk merevitalisasi masyarakat Islam di tengah tantangan zaman. 

Ia juga dikenal sebagai seorang guru, imam, dan aktivis sosial yang peduli dengan masalah-masalah rakyat. Banyak pengikutnya yang menganggapnya sebagai seorang mujahid dan syahid yang gugur karena membela Islam. Saya pernah membaca buku tentang Ikhwanul Muslimin, saat masih kelas 6 MI Alhuda Gapura (saat perpustakaan masih beroperasi, sekarang? entah).

Di sisi lain, al-Banna juga dikritik sebagai seorang radikal, ekstremis, dan revolusioner yang menentang pemerintahan monarki Mesir pada masa itu. Ia juga dituduh sebagai dalang di balik beberapa aksi terorisme dan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota-anggota Ikhwanul Muslimin.

Banyak pihak yang menganggapnya sebagai ancaman bagi stabilitas dan keamanan negara dan tokoh agama A tersebut adalah alumni mesir yang mungkin saja tanpa verifikasi, percaya satu sumber, dan tanpa membaca lebih banyak, jemaahnya percaya saja. Mereka bukan percaya pada fakta, tapi pada tokoh agama tersebut. Inilah yang disebut propaganda.

Sikap apriori itu penting dalam berpikir, dalam bidang filsafat dan data mining, apriori apriori adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman, atau dengan kata lain, asumsi yang dibuat tanpa bergantung pada bukti empiris sedangkan dalam data mining, apriori adalah sebuah algoritma yang digunakan untuk mencari pola hubungan antara item-item dalam sebuah dataset.

Kenapa apriori penting? Seperti yang dikatakan Harry Truman, Presiden AS, “if you can not convince them, make them confuse”, yang artinya jika Anda tidak bisa meyakinkan mereka, buatlah mereka bingung. Orang bingung cendrung mempercayai informasi dari otoritas tertentu. Seperti apapun informasi dari alite atas (agama, birokrasi) dianggap valid.

Sebagai contoh, dalam videonya Buya Rozy, mengatakan bahwa Hamas menyebut Yasser Arafat sebagai “antek Israel”. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Hamas secara terbuka menyebut Yasser Arafat sebagai “antek Israel” dan dalam video tersebut, Buya itu mengatakan sudah tujuh kali masuk ke Israel dan agaknya beliau labih pro Yasir Arafat.

Ya, memang Hamas kontra dengan Yasir Arafat dan Yasir Arafat pamornya turun. Kenapa?

Naiknya Pamor Hamas dan Organisasi Militan Palestina, pada tahun 1993, ketika menolak Kesepakatan Oslo, di mana PLO yang dipimpin oleh Fatah setuju bahwa Israel memiliki hak untuk eksis mendapat penolakan keras dari Hamas, membuat organisasi-organisasi ini semakin populer di kalangan masyarakat Palestina, yang menambah tekanan pada Yasser Arafat.

Tak hanya itu Tuduhan Korupsi pada Yasir Arafat. Beberapa ahli politik menuduh Yasser Arafat sebagai sosok korup dan haus kekuasaan. Ia bahkan dikabarkan menumpuk harta sebanyak 1,3 miliar dolar AS.

Kendati Yasir berhasil membawa alestina di meja perundingan internasional (1974) dan pada 1976, PLO memperoleh keanggotaan penuh di dalam Liga Arab lewat cara damai, tapi masih dimusuhi Israel bahkan juga dicap teroris oleh Amerika Serikat.

Baru dalam perjanjian Oslo I (13 September 1993) yang ditandatangani di Gedung Putih AS. dan Oslo II (1995) di mesir, status cap teroris terhadap oslo itu dicabut. Ya begitulah, suka-suka Amerika. Bahkan Yasir arafat dicap sebagai gembongnya.

Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa salah satu alasan Hamas menolak Oslo adalah Ekspansi permukiman Yahudi di Palestina yang dimulai sejak akhir abad ke-191. Hamas, sejak awal pendiriannya, menolak negosiasi yang akan menyerahkan bagian apa pun dari Palestina.

Mereka mengecam Perjanjian Oslo 1993 antara Israel dan PLO. Salah satu alasan penolakan ini adalah ekspansi permukiman Yahudi di wilayah pendudukan. Menurut Hamas, ekspansi ini melanggar hak-hak historis dan nasional bangsa Palestina.

Salah satu permukiman pertanian Yahudi pertama, Betah Tekv, didirikan pada tahun 1878 dan kemudian dibangun kembali pada tahun 1882. Ekspansi ini didukung oleh miliuner Yahudi Rothschild dan Dana Moneter Nasional Yahudi (Kirin Kaimit), yang didirikan oleh organisasi Zionis internasional.

Namun, ekspansi permukiman Yahudi di wilayah pendudukan meningkat pesat setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967. Sejak itu, Israel telah membangun banyak permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Yordania.

Setelah Perjanjian Oslo, Israel terus membangun permukiman baru di wilayah pendudukan. Hal ini memperburuk hubungan antara Israel dan Palestina dan berkontribusi pada penolakan Hamas terhadap Perjanjian Oslo.

Dan.. gak akan ada titik temu kalau bicara pasca adanya negara Israel. Di Palestina terjadi perang saudara, antara Hamas dan Fata, meski sudah baikan, Ini pun biasa terjadi disetiap negara yang terjajah, ada yang lunak ke penjajah, ada yang keras ke penjajah.

Bayangkan saja jika tidak ada resolusi jihad dari KH. Hasyim Asy’ari, atau Bung Tomo tidak teriak “merdeka atau mati!”, penjajah akan terus ada di bumi nusantara.

Buat yang mencoba netral, anti-Hamas, pro Fatah. Israel menginvasi masuk ke Palestina itu lebih banyak daripada Hamas menyerang Israel dalam 20 tahun terakhir ini hal ini harus dipahami jangan sampai memberikan kesan ketika milisi Hamas atau ketika Palestina bergerak itu artinya teroris.

Hamas menyerang negara berdaulat Israel yang sebenarnya adalah Israel-lah yang teroris menyerang kedaulatan Palestina. Buktinya Simon Peres presiden ke-9 Israel, masih pakai visa palestina sebelum masuk ke palestina, datang sebagai Imigran.

Sampai kapanpun Hamas tidak akan pernah mengijinkan Israel mengambil tanah Palestina, begitu juga Isreal yang didukung PBB akan tetap ngotot. Terus bolak balik sampai kapan?. Secara logika, tidak akan pernah terjadi gencatan senjata. Warga Gaza pun, sudah siap syahid untuk itu.

Ingat bahwa kemerdekaan harus dihapuskan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri- kemanusiaan dan peri-keadilan.

Siapa yang menjajah? ya Isreal. Nama “Palestina” pertama kali disebutkan dalam literatur kuno oleh Herodotus, sejarawan Yunani, pada abad ke-5 SM, yaitu di Bible 1905. Jadi, faktanya sudah jelas bahwa Israel adalah penjajah sebab dari awalnya, palestina sudah eksis sebelum Isreal.

So, propagada mana yang ingin anda ikuti?

Propaganda adalah teknik persuasi yang bertujuan untuk mempengaruhi pikiran dan perilaku orang dengan menyebarkan informasi yang bias, salah, atau menyesatkan. Propaganda sering digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu, misalnya politik, ekonomi, atau ideologi.

Media barat adalah salah satu alat propaganda yang paling ampuh dalam membangun narasi dan opini publik tentang konflik di Timur Tengah. Media barat cenderung memihak Israel dan menggambarkan Palestina sebagai pihak yang agresif, radikal, dan teroris.

Media barat juga mengabaikan konteks sejarah dan politik yang melatarbelakangi konflik tersebut, serta mengesampingkan hak-hak dasar dan kemanusiaan rakyat Palestina.

Hal ini sudah dilakukan sejak dulu, sama halnya dengan media barat yang menyebut para pejuang di Pertempuran 10 November Surabaya sebagai “muslim fanatics”.

Perlawanan dan pertempuran heroik di Surabaya 10 November 1945 melawan tentara sekutu yang dilakukan rakyat Indonesia yang digerakkan para kyai, santri dengan semangat jihad fi sabilillah mengusir penjajah, namun pihak barat mencap sebagai “muslim fanatics”.

Demikianlah judul headline yang ditulis koran Amerika, The New York Times, edisi 20 November 1945: MOSLEM FANATICS FIGHT IN SURABAYA. Koran tersebut melaporkan bahwa tentara Inggris menghadapi perlawanan sengit dari para pejuang Islam di Surabaya yang bersenjatakan bambu runcing dan granat tangan. Koran tersebut juga menyebut bahwa para pejuang Islam itu dipimpin oleh seorang pemimpin fanatik bernama Bung Tomo.

Padahal, Pertempuran Surabaya adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini menunjukkan semangat juang tinggi rakyat Indonesia untuk membela tanah airnya dari penjajahan asing.

Pertempuran ini juga mengubah pandangan dunia tentang Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan berhak merdeka.

Para pejuang berani mati di Palestina yang berjuang untuk mempertahankan agamanya, nyawa, akal, keturunan dan harta , dikatakan sebagai “teroris” oleh konsep yang diciptakan oleh Barat yang menjadi “wayang” nya Yahudi Israel.

Namun, Israel yang menjajah Palestina, Amerika yang menghancurkan Irak dan Afghanistan, Thailand yang membunuh umat Islam di Pathani, Filipina yang memerangi umat Islam di Moro, dan sebagainya, tidak disebut “teroris”.

Dalam sebuah kajian ilmiah menyatakan, mayoritas rakyat Amerika tidak percaya dengan isu terorisme 11 September 2001, Usama, dan sebagainya itu. Seorang profesor Amerika mengatakan, “terorisme” berlaku hampir di semua negara dari dan oleh berbagai agama, suku, dan kaum.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia harus cerdas dan kritis dalam menyikapi informasi yang kita terima, terutama dari media barat. Kita harus mencari sumber-sumber yang kredibel, objektif, dan berimbang.

Kita harus memahami konteks dan latar belakang dari setiap peristiwa yang terjadi. Kita harus bersikap adil dan proporsional dalam memberikan penilaian dan pendapat. Jadi pertanyaan dari mana Israel tahu-tahu punya sebuah wilayah ya dari menjajah dengan menggunakan kekuatan PBB dengan menggunakan kekuatan negara adidaya Inggris, Perancis Amerika dan mendukung militernya, punya uang dan pencitraan narasi (propaganda).

Namun kalau yang namanya penjajah ya tetap saja penjajah jangan dibilang mempertahankan kedaulatan negara. Kita juga harus berempati dan bersolidaritas dengan saudara-saudara kita yang tertindas dan terzalimi di mana pun mereka berada. Kita harus berdoa dan berusaha untuk membantu mereka dengan segala cara yang kita bisa.

Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam dan bangsa Indonesia. Kita harus menghormati perbedaan dan keragaman yang ada di antara kita.

Kita harus mengingat pesan Bung Tomo yang menggugah semangat rakyat Surabaya untuk melawan penjajah: “Saudara-saudara sekalian! Apakah kita akan menyerah? Tidak! Tidak! Tidak! Seribu kali tidak! Saudara-saudara sekalian! Apakah kita akan mundur? Tidak! Tidak! Tidak! Seribu kali tidak! Saudara-saudara sekalian! Apakah kita akan menang? Ya! Ya! Ya! Seribu kali ya!”

- Advertisement -
Share This Article