jfid – Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Israel mengganti nama wilayah Tepi Barat menjadi “Yudea-Samaria”?
Apakah ini hanya sekadar perubahan istilah, atau ada agenda politik yang lebih besar di balik langkah ini?
Pada 9 Februari 2025, Komite Kabinet parlemen Israel (Knesset) secara resmi menyetujui RUU untuk mengganti nama Tepi Barat menjadi “Yudea-Samaria.”
Langkah ini bukan hanya soal kosmetik, tetapi merupakan bagian dari strategi politik Israel untuk memperkuat klaim mereka atas wilayah tersebut.
Artikel ini akan mengungkap alasan di balik keputusan ini, dampaknya terhadap Palestina, serta respons internasional yang menyertainya.
Apa Itu ‘Yudea-Samaria’?
Secara historis, “Yudea-Samaria” adalah istilah yang digunakan dalam tradisi Yahudi untuk merujuk pada wilayah yang saat ini dikenal sebagai Tepi Barat.
Namun, dalam konteks modern, istilah ini memiliki makna politik yang signifikan bagi Israel.
Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel menduduki wilayah Tepi Barat, yang sejak itu diakui secara internasional sebagai wilayah pendudukan.
Meskipun demikian, Israel terus memperluas pemukiman ilegal di wilayah tersebut, menciptakan ketegangan dengan warga Palestina.
RUU yang disahkan oleh Komite Kabinet parlemen Israel ini bertujuan untuk menyeragamkan penggunaan istilah “Yudea-Samaria” dalam teks hukum Israel.
Menurut anggota parlemen sayap kanan Israel, Simcha Rothman, perubahan ini mencerminkan “pengakuan legislated atas hak historis Orang Yahudi atas tanah tersebut.”
Namun, bagi Palestina, perubahan ini bukan sekadar soal nama. Ini adalah upaya sistematis untuk menghapus identitas mereka di wilayah yang telah mereka huni selama berabad-abad.
Alasan Utama Israel Mengganti Nama Tepi Barat
Langkah Israel untuk mengganti nama Tepi Barat menjadi “Yudea-Samaria” didorong oleh beberapa alasan utama:
a. Klaim Historis dan Agama
Israel menggunakan istilah “Yudea-Samaria” untuk mencerminkan klaim historis dan agama atas wilayah tersebut.
Menurut Rothman, penggunaan istilah ini adalah upaya untuk “mengoreksi distorsi sejarah” dan menegaskan bahwa tanah tersebut adalah milik bangsa Yahudi sejak zaman kuno.
b. Legitimasi Politik dan Hukum
Perubahan nama ini juga bertujuan untuk melegitimasi pendudukan Israel secara hukum dan politik.
Dengan menggunakan istilah “Yudea-Samaria,” Israel berusaha menciptakan narasi bahwa wilayah tersebut adalah bagian integral dari negara mereka, bukan wilayah pendudukan seperti yang diakui oleh komunitas internasional.
c. Strategi Aneksasi Sistematis
Palestina melihat langkah ini sebagai awal dari aneksasi penuh Tepi Barat. Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut ini sebagai “eskalasi tindakan sepihak dan ilegal Israel yang membuka jalan bagi aneksasi penuh terhadap Tepi Barat.”
Palestina Identitas yang Terancam
Perubahan nama Tepi Barat menjadi “Yudea-Samaria” memiliki dampak serius terhadap Palestina, baik secara budaya maupun politik:
a. Penghapusan Identitas Budaya
Bagi warga Palestina, Tepi Barat bukan hanya sebuah wilayah geografis, tetapi juga bagian integral dari identitas mereka.
Perubahan nama ini dianggap sebagai upaya untuk menghapus jejak keberadaan Palestina di wilayah tersebut.
b. Pelanggaran Hukum Internasional
Menurut hukum internasional, Tepi Barat adalah wilayah pendudukan. Perubahan nama ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Otoritas Palestina mengecam keras langkah ini sebagai “tindakan ilegal yang bertentangan dengan hukum internasional.”
c. Ancaman Terhadap Solusi Dua Negara
Solusi dua negara, yang bertujuan untuk mendirikan negara Palestina merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza, semakin sulit direalisasikan akibat langkah ini.
Penggunaan istilah “Yudea-Samaria” melemahkan gagasan tentang negara Palestina yang berdaulat dan menguatkan klaim Israel atas wilayah tersebut.
Respons Internasional
Langkah Israel ini tidak hanya memengaruhi Palestina, tetapi juga hubungan internasional. Berikut adalah beberapa respons global terhadap perubahan nama ini:
a. Kecaman dari Negara-negara Arab
Negara-negara Arab, termasuk Liga Arab, mengecam keras keputusan Israel ini. Mereka menyebut langkah ini sebagai provokasi yang dapat memperburuk konflik di Timur Tengah.
b. Desakan dari Organisasi Internasional
PBB dan organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International menyerukan intervensi untuk menghentikan upaya Israel mengubah status wilayah Palestina.
Majelis Umum PBB bahkan mendorong pembentukan negara Palestina dan menyerukan Israel untuk mundur dari wilayah pendudukan.
c. Respons Pasif Dunia Barat
Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, cenderung diam atau memberikan dukungan terselubung kepada Israel.
Anggota Kongres AS seperti Claudia Tenney dan Senator Tom Cotton bahkan mendukung penggunaan istilah “Yudea-Samaria” dalam dokumen resmi AS.
Apakah dunia akan tetap diam melihat pelanggaran hukum internasional ini?
Kesimpulan: ‘Yudea-Samaria’ Bukan Sekadar Istilah, Tetapi Alat Politik
Istilah “Yudea-Samaria” bukan sekadar perubahan nama, tetapi alat politik yang dapat merusak identitas Palestina dan memperburuk konflik di Timur Tengah.
Langkah ini adalah eskalasi serius yang harus diwaspadai oleh dunia internasional.
Jika tanahmu direbut dan namanya diubah oleh pihak lain, apa yang akan kamu lakukan?
Pertanyaan ini patut direnungkan ketika kita melihat apa yang terjadi di Tepi Barat hari ini. Mari bersama-sama mendukung perdamaian dan keadilan bagi Palestina.
FAQ (Frequently Asked Questions)
Q1: Mengapa Israel mengganti nama Tepi Barat menjadi Yudea-Samaria?
Jawaban: Untuk memperkuat klaim historis dan legitimasi politik atas wilayah tersebut.
Q2: Apa dampaknya bagi Palestina?
Jawaban: Perubahan ini mengancam identitas budaya Palestina dan melemahkan prospek negara Palestina merdeka.
Q3: Bagaimana respons internasional terhadap keputusan ini?
Jawaban: Negara-negara Arab dan organisasi internasional mengecam keras, tetapi beberapa negara Barat cenderung pasif.