jf.id – Dua politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sudjatmiko dan Efendi Simbolon, secara mengejutkan menyatakan dukungan mereka kepada Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (bacapres) 2024.
Kedua tokoh ini menginisiasi gerakan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) yang dideklarasikan di Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (18/8/2023) .
Langkah politik ini menimbulkan spekulasi tentang adanya perpecahan di tubuh PDIP terkait penetapan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) dari partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Pengamat politik dari Public Trust Institute, Fatkurohman, menilai bahwa dukungan elit PDIP ke Prabowo sangat merugikan Ganjar terutama di wilayah basis tokoh tersebut seperti Jawa Tengah Selatan dan Sumatera Utara .
Fatkurohman mengatakan bahwa Prabowo menggunakan strategi untuk menarik elektoral Joko Widodo (Jokowi) sebagai basisnya di pilpres mendatang.
Hal ini dilakukan dengan menggaet partai-partai pendukung Jokowi seperti Golkar dan PAN, serta tokoh-tokoh PDIP seperti Budiman dan Efendi. “Ini justru mengancam elektabilitas capres PDIP,” ujar Fatkurohman
Menurut hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, elektabilitas Prabowo sebesar 38,2 persen, unggul dari elektabilitas Ganjar yang sebesar 35,3 persen.
Sementara itu, elektabilitas Anies Baswedan sebesar 18,4 persen . Survei ini menunjukkan bahwa persaingan pilpres 2024 akan sangat ketat dan dinamis.
Sementara itu, PDIP mengatakan bahwa elektabilitas Ganjar dan Prabowo tidak bisa dibandingkan. Politikus PDIP FX Hadi Rudyatmo Rudy mengatakan bahwa nama Prabowo sudah lebih dikenal oleh masyarakat di berbagai penjuru Indonesia dibandingkan Ganjar.
Prabowo sudah pernah mencalonkan diri di ajang pilpres hingga tiga kali, serta saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan .
Rudy juga mengatakan bahwa Ganjar masih fokus menjalankan tugasnya sebagai gubernur Jawa Tengah hingga akhir masa jabatannya pada 5 September 2023. Setelah itu, Ganjar baru berhak berkeliling ke daerah-daerah lain untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat.
“Saat ini Pak Ganjar kan masih gubernur sehingga dari elektabilitasnya kalau diukur dengan Pak Prabowo ya tidak bisa dibanding-bandingkan,” kata Rudy .
Budiman sendiri mengatakan bahwa alasan dirinya mengundang Prabowo ke Semarang adalah untuk menunjukkan bahwa perpecahan itu sia-sia.
Budiman mengatakan bahwa perpecahan hanya skenario untuk membuat bangsa ini terus melihat ke masa lalu dan melupakan masa depan yang akan diisi oleh anak cucu. “Saya tidak gentar disanksi PDIP karena dukung Prabowo. Perpecahan itu sia-sia,” kata Budiman .