Drama: Kenapa PBNU Kesal dengan Pertemuan 5 Nahdliyin dan Presiden Israel? Ini Penjelasannya!

Lukman Sanjaya
6 Min Read
Drama Geopolitik: Kenapa PBNU Kesal dengan Pertemuan 5 Nahdliyin dan Presiden Israel? Ini Penjelasannya! (Ilustrasi)
Drama Geopolitik: Kenapa PBNU Kesal dengan Pertemuan 5 Nahdliyin dan Presiden Israel? Ini Penjelasannya! (Ilustrasi)
- Advertisement -

jfid – Dalam sebuah drama geopolitik yang bisa dibilang tidak terduga, lima anggota Nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Savic Ali, dengan tegas menyatakan bahwa pertemuan ini tidak mencerminkan sikap organisasi.

“Kemungkinan besar kunjungan mereka dilakukan atas nama pribadi. Kami tidak tahu apa tujuan mereka dan siapa yang mensponsori kunjungan ini.

Ini adalah tindakan yang sangat disesalkan,” ungkap Savic dalam sebuah pernyataan resmi pada Senin (15/7/2024).

Ad imageAd image

Sikap PBNU terhadap kunjungan ini bukan hanya soal protokol organisasi, tetapi juga menyentuh sentimen politik yang lebih dalam dan kompleks.

Nahdlatul Ulama, dengan lebih dari 90 juta anggotanya di seluruh Indonesia, selalu berada di garis depan dalam mendukung perjuangan Palestina.

“Israel hingga saat ini tidak mengakui Palestina dan terus melakukan agresi militer yang telah menelan ribuan korban jiwa.

Israel masih menjatuhkan bom dan peluru kepada warga Palestina. Korbannya banyak sekali, termasuk warga sipil,” tegas Savic.

Pernyataan ini jelas menyoroti ketidakpahaman lima Nahdliyin tersebut terhadap peta geopolitik yang lebih luas.

Bagaimana mungkin mereka, yang seharusnya memahami sejarah panjang konflik Israel-Palestina, bisa mengabaikan implikasi simbolis dari pertemuan tersebut? Dalam konteks ini, tindakan mereka tidak hanya sekadar salah langkah, tetapi juga menunjukkan kebutaan politik yang mengejutkan.

Ketidakpahaman Terhadap Geopolitik

Bagi PBNU, kunjungan lima Nahdliyin ini adalah tamparan bagi kebijakan dan prinsip dasar organisasi.

Hingga saat ini, PBNU belum mengetahui siapa sponsor keberangkatan tersebut. Namun yang jelas, ketidakjelasan ini justru menambah kekecewaan.

“Ini menunjukkan ketidakpahaman terhadap geopolitik dan perasaan warga NU,” tambah Savic.

Pernyataan Savic tersebut seolah menggambarkan situasi yang lebih pelik: bagaimana mungkin mereka yang berada dalam posisi pengaruh, bahkan dalam kapasitas pribadi, bisa bertindak tanpa memahami dampak geopolitik dari langkah mereka? Dalam dunia yang semakin terhubung, setiap tindakan yang melibatkan aktor internasional selalu membawa implikasi yang luas dan mendalam.

Ketidakpahaman ini tidak hanya mempermalukan diri mereka sendiri, tetapi juga merusak citra Nahdlatul Ulama di mata internasional.

Implikasi Bagi Citra NU

Tidak bisa dipungkiri, tindakan lima Nahdliyin ini telah mencoreng citra Nahdlatul Ulama di mata publik.

Selama ini, NU dikenal sebagai organisasi yang tegas berdiri di pihak Palestina dan mengecam keras agresi militer Israel. Kunjungan ini tentu saja bertentangan dengan sikap tersebut.

“Meskipun kunjungan tersebut dilakukan secara pribadi, kelimanya dikenal sebagai warga dan aktivis NU, yang pada akhirnya memperburuk citra NU di mata publik,” jelas Savic.

Dengan latar belakang ini, PBNU kini harus bekerja keras untuk memperbaiki citra dan menjaga kepercayaan publik.

Salah satu langkah yang telah diambil adalah intensifikasi komunikasi dengan pihak Palestina.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, baru-baru ini bertemu dengan Duta Besar Palestina, Zuhair al-Shun, untuk membahas situasi terkini dan langkah-langkah yang bisa diambil NU dalam mendukung Palestina.

“Kemarin, Ketua Umum Gus Yahya bertemu dengan Dubes Palestina untuk membicarakan perkembangan yang terjadi di Palestina, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh NU dalam mendukung kemerdekaan Palestina dan menghentikan kekerasan terhadap rakyat Palestina,” terang Savic.

Klarifikasi dan Potensi Sanksi

Pertanyaan besar yang kini mengemuka adalah, apakah akan ada sanksi bagi lima Nahdliyin tersebut? Savic Ali menyatakan bahwa PBNU akan melakukan klarifikasi terlebih dahulu sebelum mengambil langkah lebih jauh.

Namun, pesan yang jelas telah disampaikan: keberangkatan mereka sulit diterima dan melukai perasaan warga Nahdliyin.

“Tidak seharusnya warga NU berkunjung ke Israel. Ini menunjukkan ketidakpahaman terhadap geopolitik dan perasaan warga NU,” tegasnya.

Dalam analisis lebih dalam, pertemuan ini mungkin mencerminkan lebih dari sekadar tindakan individu yang salah langkah.

Ini adalah cermin dari betapa pentingnya memahami konteks politik dan sosial dalam setiap tindakan yang melibatkan diplomasi internasional.

Ketika individu yang seharusnya memahami dan mewakili nilai-nilai suatu organisasi bertindak bertentangan, dampaknya bisa sangat merusak, baik secara internal maupun eksternal.

Menghadapi Masa Depan

Nahdlatul Ulama kini berada di persimpangan jalan. Tindakan lima Nahdliyin ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kesadaran politik dan tanggung jawab sosial dalam setiap tindakan, terutama yang melibatkan aktor internasional.

Di saat yang sama, ini juga menjadi momentum bagi NU untuk menegaskan kembali komitmennya terhadap prinsip-prinsip dasar yang selama ini dipegang teguh.

Sebagai organisasi besar dengan pengaruh luas, NU harus terus bekerja keras untuk menjaga integritas dan kepercayaan yang telah dibangun selama ini.

Kunjungan lima Nahdliyin ini mungkin menjadi noda dalam perjalanan panjang NU, tetapi juga bisa menjadi titik balik untuk memperkuat komitmen dan kesadaran politik di kalangan anggotanya.

- Advertisement -
Share This Article