jfid – Sebuah gempa bumi berkekuatan 7,6 skala richter mengguncang Jepang pada Senin (1/1/2024) pukul 15.51 waktu setempat.
Gempa tersebut berpusat di laut, sekitar 100 km di barat laut kota Nanao, prefektur Ishikawa, dengan kedalaman 10 km. Gempa ini dirasakan hingga Tokyo, yang berjarak sekitar 400 km dari pusat gempa.
Gempa ini memicu peringatan tsunami untuk beberapa wilayah di pantai barat dan utara Jepang, termasuk prefektur Ishikawa, Toyama, Niigata, dan Fukushima. Badan Meteorologi Jepang memperkirakan gelombang tsunami bisa mencapai ketinggian 5 meter di Noto, Ishikawa.
Kota Toyama, Toyama, juga melaporkan gelombang tsunami setinggi 0,8 meter. Pihak berwenang meminta masyarakat di daerah yang terancam tsunami untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau lebih jauh dari pantai.
Tidak hanya Jepang, negara tetangga seperti Korea Selatan juga merasakan dampak gempa tersebut. Korea Selatan melaporkan adanya tsunami kecil di sepanjang pantai timurnya. Gelombang tsunami setinggi 43 cm mencapai provinsi timur Gangwon, kata kantor berita Yonhap.
Akibat gempa dan tsunami, sejumlah kerusakan dan gangguan terjadi di Jepang. Sebanyak 32.500 rumah di Ishikawa mati listrik. Beberapa rumah juga hancur dan satuan tentara dikerahkan untuk membantu operasi penyelamatan.
Bullet Trains, kereta cepat Jepang, dihentikan antara Tokyo dan pusat gempa di Ishikawa, kata Japan Railways. Maskapai penerbangan Jepang ANA dan Japan Airlines juga membatalkan sebagian besar layanan mereka ke wilayah Niigata dan Ishikawa, dan salah satu bandara Ishikawa ditutup.
Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa atau luka-luka akibat gempa dan tsunami.
Namun, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan bahwa pihak berwenang masih menaksir tingkat kerusakan dan memerintahkan kementerian terkait untuk mengambil langkah-langkah darurat. Dalam komentarnya kepada pers, Kishida juga memperingatkan warga untuk bersiap menghadapi bencana lebih lanjut.
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sering terjadi di Jepang, yang terletak di kawasan “cincin api” Pasifik yang rentan terhadap aktivitas seismik dan vulkanik.