jfid – Jalur Gaza, sebuah wilayah sempit yang dikuasai oleh Hamas, kelompok militan Islam Palestina, menjadi medan perang antara Israel dan Hamas sejak Sabtu (7/10/2023). Israel melancarkan serangan udara balasan atas serangan lintas batas yang dilakukan oleh Hamas dengan roket-roketnya.
Namun, di bawah tanah Gaza, ada jaringan terowongan rahasia yang dibangun oleh Hamas untuk berbagai tujuan, mulai dari menyelundupkan barang dan senjata, menyerang pasukan Israel, hingga menyembunyikan pemimpin dan pusat komando mereka.
Terowongan-terowongan ini menjadi sasaran utama Israel, yang mengklaim telah menghancurkan lebih dari 100 km terowongan dalam serangan udara. Israel menyebut terowongan ini sebagai “Metro Gaza”, karena diyakini membentang di bawah wilayah yang panjangnya hanya 41 km dan lebarnya 10 km.
Hamas, di sisi lain, mengeklaim bahwa terowongannya membentang sepanjang 500 km dan hanya 5% yang terkena serangan. Hamas juga mengatakan bahwa terowongan ini adalah sarana pertahanan dan perlawanan mereka terhadap penjajahan Israel.
Bagaimana sebenarnya bentuk dan fungsi terowongan-terowongan ini? Apa tantangan dan risiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak dalam perang bawah tanah ini? Dan apa dampaknya bagi warga sipil Gaza yang hidup di atas tanah?
Terowongan Sebagai Senjata dan Lindungan
Pembangunan terowongan di Gaza dimulai sebelum Israel menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005. Namun Hamas menggenjot pembangunan setelah mereka menguasai Jalur Gaza dua tahun kemudian, yang mendorong Israel dan Mesir untuk mulai membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar demi alasan keamanan.
Pada puncaknya, hampir 2.500 terowongan yang berada di bawah perbatasan Mesir digunakan untuk menyelundupkan barang-barang komersial, bahan bakar dan senjata oleh Hamas serta kelompok militan lainnya. Penyelundupan menjadi kurang penting bagi Gaza setelah tahun 2010, ketika Israel mulai mengizinkan lebih banyak barang diimpor melalui perlintasannya.
Mesir kemudian menghentikan penyelundupan dengan membanjiri atau menghancurkan terowongan.
Terowongan-terowongan ini juga digunakan oleh Hamas dan faksi lainnya untuk menyerang pasukan Israel. Pada tahun 2006, Hamas menggunakan satu terowongan yang berada di bawah perbatasan dengan Israel untuk membunuh dua tentara Israel dan menangkap tentara ketiga, Gilad Shalit, yang mereka sandera selama lima tahun.
Pada tahun 2013, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menemukan terowongan sepanjang 1,6 km dan kedalaman 18 m yang dilapisi dengan atap dan dinding beton yang mengarah dari Jalur Gaza ke sepetak lahan di dekat sebuah kibbutz (permukiman) Israel setelah penduduk mendengar suara-suara aneh.
Tahun berikutnya, Israel menyebutkan perlunya memberantas ancaman serangan milisi yang menggunakan “terowongan teror” di bawah perbatasan untuk serangan besar-besaran baik udara maupun darat di Gaza.
IDF mengatakan pasukannya menghancurkan lebih dari 30 terowongan selama perang. Namun sekelompok milisi juga dapat menggunakan salah satu terowongan untuk melancarkan serangan yang menewaskan empat tentara Israel.
“Terowongan lintas batas ini cenderung sederhana, artinya hampir tidak ada fortifikasi. Terowongan ini digali untuk satu tujuan saja, yaitu untuk menyerang wilayah Israel,” kata Dr Daphné Richemond-Barak, pakar perang bawah tanah yang mengajar di Universitas Reichman di Israel.
“Terowongan di dalam Gaza berbeda karena Hamas menggunakannya secara rutin. Terowongan ini mungkin lebih nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Terowongan tersebut pastinya dilengkapi dengan fasilitas untuk menunjang kehadiran yang lebih lama dan berkelanjutan.”
“Para pemimpin bersembunyi di sana, mereka memiliki pusat komando dan kendali, mereka menggunakannya untuk transportasi dan jalur komunikasi. Mereka dilengkapi dengan listrik, penerangan, dan rel. Anda dapat lebih banyak bergerak dan berdiri.”
Dia berkata Hamas tampaknya telah “menyempurnakan seni” pembangunan dan peperangan terowongan dalam beberapa tahun terakhir, setelah belajar banyak dengan mengamati taktik pejuang pemberontak Suriah di Aleppo dan militan jihadis dari kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam (ISIS) di Mosul.
Terowongan di dalam Gaza diyakini berada hingga 30 m di bawah permukaan tanah dan memiliki pintu masuk yang terletak di lantai rumah, masjid, sekolah, dan bangunan umum lainnya untuk memungkinkan militan menghindari deteksi.
Membangun jaringan terowongan juga harus dibayar oleh penduduk setempat. IDF telah menuduh Hamas mengalihkan jutaan dolar yang diberikan ke Gaza sebagai bantuan, untuk membayar terowongan serta puluhan ribu ton semen yang seharusnya digunakan untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam perang sebelumnya.
Terowongan Sebagai Sasaran dan Tantangan
Ada kemungkinan bahwa terowongan lintas batas digunakan oleh militan Hamas dalam serangan akhir pekan lalu di Israel, yang menewaskan sedikitnya 1.300 orang, sebagian besar warga sipil, dan lebih dari 150 lainnya disandera. Ada laporan bahwa pintu keluar terowongan ditemukan di dekat kibbutz Kfar Aza, tempat puluhan warga sipil dibantai.
Jika itu terkonfirmasi, berarti terowongan tersebut dibangun di bawah penghalang beton di bawah tanah yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi anti-terowongan canggih, yang baru selesai dipasang oleh Israel pada akhir tahun 2021.
Dr Richemond-Barak mengatakan ini akan mengejutkan, namun dia menekankan bahwa tidak ada sistem deteksi terowongan yang sempurna.
“Inilah sebabnya terowongan telah digunakan sejak dahulu kala dalam perang, karena tidak ada cara untuk mencegahnya.”
Terowongan-terowongan ini juga menjadi sasaran utama Israel, yang mengklaim telah menghancurkan lebih dari 100 km terowongan dalam serangan udara. Israel menyebut terowongan ini sebagai “Metro Gaza”, karena diyakini membentang di bawah wilayah yang panjangnya hanya 41 km dan lebarnya 10 km.
Israel mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk menghancurkan infrastruktur militer Hamas dan mengurangi kemampuan mereka untuk meluncurkan roket ke Israel. Israel juga mengatakan bahwa mereka berusaha untuk meminimalkan korban sipil dengan memberikan peringatan sebelum melakukan serangan.
Namun, menghancurkan terowongan juga akan mengakibatkan banyak korban jiwa – baik di antara pasukan Israel di lapangan, warga sipil Palestina, maupun para sandera, dia memperingatkan.
“Hamas sangat pandai menggunakan perisai manusia. Begitu serangan sudah dekat dan mereka mengetahuinya, mereka akan menempatkan warga sipil yang tidak bersalah di atas gedung. Ini telah memaksa Israel untuk membatalkan serangan berkali-kali,” kata Dr Richemond-Barak.
“Setelah menguasai teknik ini, Hamas dapat dengan mudah menggunakannya dalam konteks terowongan dan dengan mudah menyandera orang Israel, Amerika, dan lainnya di dalamnya.”
Selama konflik tahun 2021, serangkaian serangan udara dahsyat di Kota Gaza menyebabkan tiga bangunan tempat tinggal runtuh dan menewaskan 42 orang.
IDF mengatakan pihaknya menyasar terowongan bawah tanah, namun ketika terowongan tersebut runtuh, fondasi bangunan juga ikut runtuh.