jfid – Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan jatuh cinta pada Sumenep. Aku yang lahir dan besar di Jakarta, kota metropolitan yang penuh dengan hiruk pikuk dan polusi, selalu bermimpi untuk menjelajahi tempat-tempat eksotis di Indonesia. Aku selalu ingin melihat keindahan alam yang masih asri dan sejarah yang masih hidup di tanah airku.
Aku mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpiku itu ketika aku mendapat tugas dari majalah tempat aku bekerja untuk membuat reportase tentang pariwisata di Madura. Aku ditugaskan untuk mengunjungi Sumenep, kabupaten terluas di Madura, yang terdiri dari daratan dan pulau-pulau kecil. Aku tidak tahu banyak tentang Sumenep, selain nama-nama tempat wisatanya yang terdengar asing di telingaku.
Aku berangkat ke Sumenep dengan pesawat dari Jakarta ke Surabaya, lalu melanjutkan perjalanan dengan bus dan kapal feri ke Pulau Madura. Aku merasa seperti masuk ke dunia yang berbeda ketika aku sampai di Sumenep. Aku disambut oleh udara yang segar, langit yang biru, dan pemandangan yang hijau. Aku merasa seperti kembali ke masa lalu, ketika Indonesia masih belum tercemar oleh modernisasi.
Aku menginap di sebuah hotel sederhana di pusat kota Sumenep. Aku memutuskan untuk mulai menjelajahi tempat-tempat wisata di Sumenep keesokan harinya. Aku menyewa seorang pemandu wisata lokal yang bernama Rudi. Rudi adalah seorang pemuda yang ramah dan ceria, yang mengaku sebagai keturunan kerajaan Sumenep. Dia mengatakan bahwa dia sangat bangga dengan sejarah dan budaya Sumenep, dan ingin membagikannya kepada orang-orang dari luar.
Rudi membawaku ke berbagai tempat wisata di Sumenep yang menakjubkan. Aku merasa seperti berada di surga ketika aku melihat pantai-pantai berpasir putih dan air laut yang biru di Gili Labak dan Gili Iyang. Aku merasa seperti berada di laboratorium alam ketika aku melihat hutan mangrove dan biota laut yang kaya di Pulau Sempu. Aku merasa seperti berada di museum hidup ketika aku melihat masjid, museum, dan makam-makam raja-raja Sumenep yang megah dan artistik.
Aku tidak hanya melihat, tapi juga merasakan Sumenep. Aku mencicipi kuliner khas Sumenep yang lezat dan pedas, seperti soto madura, nasi serpang, sate kerang, dan pecel lele. Aku berinteraksi dengan penduduk setempat yang ramah dan sopan, yang menyapa dan tersenyum padaku tanpa ragu. Aku belajar tentang adat istiadat dan tradisi Sumenep yang unik dan khas, seperti karapan sapi, keris pusaka, batik madura, dan lain-lain.
Aku tidak tahu kapan tepatnya aku jatuh cinta pada Sumenep. Mungkin saat aku melihat matahari terbenam di pantai Lombang, dengan warna-warna merah jingga yang memantulkan cahayanya di air laut. Mungkin saat aku mendengar suara adzan berkumandang dari menara Masjid Agung Sumenep, dengan nada-nada merdu yang menyentuh hatiku. Mungkin saat aku merasakan udara sejuk dan segar di Gili Iyang, dengan aroma laut dan tanah yang menyegarkan napasku.
Aku tidak mau meninggalkan Sumenep. Aku ingin tinggal lebih lama di surga tersembunyi ini. Aku ingin menulis lebih banyak tentang keindahan dan kekayaan Sumenep. Aku ingin membagikan pengalaman dan perasaanku tentang Sumenep kepada orang-orang yang belum pernah mengenalnya. Aku ingin membuat orang-orang jatuh cinta pada Sumenep, seperti aku.
Aku harap catatan ini bisa membuat kamu tertarik dan penasaran dengan Sumenep. Sumenep adalah surga tersembunyi yang menanti untuk kamu jelajahi. Jangan ragu untuk menjadikan Sumenep sebagai destinasi wisata kamu selanjutnya. Kamu pasti akan terpesona dengan pesona Sumenep yang tak terlupakan.
Aku tunggu kamu di Sumenep, ya..