Profil dan Biodata Buya Syakur, Ulama Kharismatik Indramayu yang Wafat di Usia 75 Tahun

ZAJ
By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
4 Min Read
Profil dan Biodata Buya Syakur, Ulama Kharismatik Indramayu yang Wafat di Usia 75 Tahun
Profil dan Biodata Buya Syakur, Ulama Kharismatik Indramayu yang Wafat di Usia 75 Tahun
- Advertisement -

jfid – Dunia pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU) berduka. KH Syakur Yasin atau yang akrab disapa Buya Syakur, ulama kharismatik asal Indramayu, Jawa Barat, meninggal dunia pada Rabu, 17 Januari 2024, pukul 02.00 WIB.

Beliau menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Mitra Plumbon, Cirebon, Jawa Barat, setelah mengalami sakit sejak beberapa hari sebelumnya.

Buya Syakur lahir pada 2 Februari 1948 di Desa Tulungagung, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan, Kertasemaya, Indramayu, yang didirikan oleh ayahnya, KH Yasin.

Pesantren ini dikenal sebagai salah satu pusat pengembangan ilmu Al-Qur’an dan bahasa Arab di Jawa Barat.

Sejak kecil, Buya Syakur menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Hasbullah, salah satu pendiri NU.

Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren tersebut, beliau melanjutkan studinya di sejumlah negara Timur Tengah, seperti Mesir, Libya, dan Tunisia.

Di Mesir, beliau menempuh pendidikan sarjana di Universitas Al-Azhar, Kairo, pada tahun 1971. Selama menjadi mahasiswa di sana, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kairo.

Di Libya, beliau menyelesaikan pendidikan Ilmu Al-Qur’an pada tahun 1977. Di Tunisia, beliau menyelesaikan pendidikan sastra Arab pada tahun 1979 dan pendidikan magister dalam bidang sastra linguistik pada tahun 1981.

Setelah itu, beliau sempat menjadi staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia.

Selain itu, beliau juga pernah mengikuti program pertukaran pelajar di Oxford University, Inggris, pada tahun 1985.

Di sana, beliau belajar tentang sejarah dan peradaban Islam. Beliau juga pernah mengunjungi beberapa negara lain, seperti Pakistan, India, Malaysia, Singapura, dan Thailand, untuk menimba ilmu dan berdakwah.

Buya Syakur dikenal sebagai ulama yang memiliki wawasan luas, kharismatik, dan rendah hati¹². Beliau sering memberikan pengajian, ceramah, dan konsultasi keagamaan, baik secara langsung maupun daring.

Beliau juga aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, seperti NU, Muhammadiyah, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Buya Syakur meninggalkan seorang istri, Nyai Hj. Siti Aminah, dan tujuh orang anak, yaitu KH. Ahmad Syakur Yasin, KH. Muhammad Syakur Yasin, KH. Abdul Syakur Yasin, KH. Ali Syakur Yasin, KH. Zainal Syakur Yasin, KH. Fauzi Syakur Yasin, dan Nyai Hj. Siti Khadijah. Beliau juga memiliki puluhan cucu dan cicit.

Jenazah Buya Syakur dimakamkan di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Cadangpinggan, Indramayu, pada Rabu, 17 Januari 2024, pukul 10.00 WIB, setelah disalatkan di Masjid Agung Indramayu.

Ribuan santri, warga, dan tokoh masyarakat menghadiri prosesi pemakaman tersebut.

Ucapan duka cita atas meninggalnya Buya Syakur mengalir dari berbagai pihak, termasuk Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Semoga almarhum Buya Syakur husnul khatimah, diterima di sisi Allah SWT, dan mendapatkan tempat yang mulia di surga. Aamiin.

- Advertisement -
TAGGED:
Share This Article