Kekuatan Militer Indonesia di Bawah Kepemimpinan Prabowo Subianto

Deni Puja Pranata By Deni Puja Pranata
8 Min Read
Kekuatan Militer Indonesia Di Bawah Kepemimpinan Prabowo Subianto
Kekuatan Militer Indonesia Di Bawah Kepemimpinan Prabowo Subianto
- Advertisement -

jfid – Prabowo Subianto adalah seorang tokoh militer dan politik yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan Indonesia. Sebelumya, ia pernah menjadi Danjen Kopassus dan Panglima Kostrad, serta tiga kali mencalonkan diri sebagai presiden. Bagaimana kiprahnya dalam membangun kekuatan militer Indonesia?

Peringkat militer Indonesia di tahun 2023 berada di peringkat 13 dari 145 negara dalam daftar militer terkuat di dunia versi Global Fire Power (GFP) tahun 2023.

Skor indeks kekuatan Indonesia adalah 0.2221, di mana skor 0.0000 adalah yang tertinggi.

Indonesia juga menjadi negara dengan militer terkuat di Asia Tenggara, mengalahkan Vietnam, Thailand, Singapura, dan negara-negara lainnya di kawasan ini. 

Ad image

Indonesia memiliki keunggulan dalam hal jumlah tenaga militer, aset militer, dan armada laut. Berikut adalah beberapa data terkait hal-hal tersebut:

| Kategori | Jumlah |

| — | — |

| Tenaga militer aktif | 400.000 |

| Tenaga militer cadangan | 400.000 |

| Penduduk layak dinas militer | 112 juta |

| Pesawat tempur | 40 |

| Helikopter tempur | 10 |

| Tank | 332 |

| Kendaraan lapis baja | 1.430 |

| Kapal perang | 221 |

| Merchant marine | 9.879 |

Prabowo lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951 dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar. Ayahnya adalah seorang ekonom dan politisi yang pernah terlibat dalam pemberontakan PRRI di Sumatera Barat. Karena itu, Prabowo menghabiskan masa kecilnya di luar negeri, seperti Malaysia, Swiss, dan Inggris.

Prabowo memulai karier militernya pada tahun 1974 setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang. Ia bergabung dengan Kopassandha, pasukan khusus Angkatan Darat yang kemudian menjadi Kopassus. Ia terlibat dalam berbagai operasi militer, seperti Tim Nanggala di Timor Timur, Operasi Mapenduma di Papua, dan Operasi Sintas Jaya di Aceh.

Pada tahun 1995, Prabowo menjadi Danjen Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal. Ia memimpin pasukannya dalam menghadapi ancaman separatis dan teroris, serta membantu misi perdamaian PBB di Kamboja dan Bosnia. Ia juga mendirikan Detasemen 81, unit khusus anti-teror yang bertanggung jawab atas penangkapan tokoh-tokoh radikal seperti Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir.

Pada tahun 1998, Prabowo naik pangkat menjadi Letnan Jenderal dan menjabat sebagai Panglima Kostrad. Namun, jabatan ini tidak bertahan lama karena ia dicopot oleh Presiden BJ Habibie akibat dugaan keterlibatannya dalam penculikan aktivis pro-demokrasi menjelang jatuhnya rezim Soeharto. Prabowo kemudian pensiun dari militer dan beralih ke dunia politik.

Sebagai seorang politisi, Prabowo pernah bergabung dengan Partai Golkar dan menjadi Ketua Dewan Pembina pada tahun 2004. Ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri pada pemilu 2009, tetapi kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.

Pada tahun 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerindra dan menjadi Ketua Umumnya. Ia mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2014 dan 2019, tetapi kalah dari pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla serta Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Meski begitu, ia tetap menjadi salah satu tokoh oposisi yang kritis terhadap pemerintah.

Salah satu isu yang sering diangkat oleh Prabowo adalah kekuatan pertahanan dan keamanan Indonesia. Ia mengkritik bahwa Indonesia terlalu lemah dalam menghadapi ancaman dari dalam maupun luar negeri. Ia menawarkan visi untuk membangun Indonesia sebagai negara yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.

Misi Prabowo dalam bidang pertahanan dan keamanan antara lain adalah:

– Meningkatkan anggaran pertahanan sesuai dengan standar internasional.

– Memodernisasi alutsista (alat utama sistem pertahanan) dengan mengutamakan produk dalam negeri.

– Membangun industri pertahanan nasional yang mandiri dan kompetitif.

– Meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan personel TNI.

– Membangun sistem pertahanan rakyat semesta yang melibatkan seluruh komponen bangsa.

– Meningkatkan kerjasama pertahanan dengan negara-negara sahabat, terutama di kawasan ASEAN.

Capaian dan Tantangan

Pada Oktober 2019, Prabowo diangkat oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju. Ini merupakan pertama kalinya seorang mantan calon presiden menjadi menteri di bawah pemerintahan yang mengalahkannya dalam pemilu. Prabowo mengatakan bahwa ia menerima tawaran tersebut demi kepentingan nasional.

Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo telah melakukan beberapa langkah untuk mewujudkan visi dan misinya. Beberapa capaian yang dicatat oleh Prabowo antara lain adalah:

– Membeli 36 unit jet tempur Rafale dari Prancis dan delapan unit helikopter serang Apache dari AS untuk memperkuat armada udara Indonesia.

– Membeli dua unit kapal selam dari Korea Selatan dan empat unit kapal perang dari Denmark untuk memperkuat armada laut Indonesia.

– Membangun pabrik senjata dan amunisi di Boyolali, Jawa Tengah, yang merupakan kerjasama antara PT Pindad dan perusahaan Turki, SSB.

– Membangun pabrik pesawat terbang di Bandung, Jawa Barat, yang merupakan kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia dan perusahaan Korea Selatan, KAI.

– Meningkatkan anggaran pertahanan dari Rp 131 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 137 triliun pada tahun 2021, meski masih jauh dari target 1,5 persen dari PDB.

– Meningkatkan kesejahteraan personel TNI dengan menaikkan gaji, tunjangan, dan fasilitas kesehatan.

– Meningkatkan kerjasama pertahanan dengan negara-negara sahabat, seperti AS, Rusia, China, India, Jepang, Australia, dan negara-negara ASEAN.

Namun, Prabowo juga menghadapi beberapa tantangan dalam menjalankan tugasnya sebagai Menteri Pertahanan. Beberapa tantangan yang dihadapi oleh Prabowo antara lain adalah:

– Mengatasi ketergantungan Indonesia terhadap impor alutsista dari negara-negara asing, yang dapat berisiko terhadap kedaulatan dan kemandirian nasional.

– Mengembangkan industri pertahanan nasional yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

– Mengatasi permasalahan internal TNI, seperti kasus pelanggaran HAM, korupsi, nepotisme, dan politisasi.

– Mengatasi ancaman non-tradisional, seperti terorisme, radikalisme, separatisme, narkoba, siber, dan bencana alam.

– Mengatasi ancaman tradisional, seperti sengketa wilayah laut dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, dan China.

Prabowo Subianto adalah seorang tokoh militer dan politik yang memiliki visi dan misi untuk membangun kekuatan militer Indonesia. Sebagai Menteri Pertahanan, ia telah mencatat beberapa capaian dalam bidang pertahanan dan keamanan.

- Advertisement -
Share This Article