jfid – Jalur Gaza, 30 Oktober 2023 – Jet-jet tempur Israel membombardir daerah dekat tiga rumah sakit di Jalur Gaza pada Senin pagi, menimbulkan kekhawatiran dan kecaman dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan komunitas internasional. Salah satu rumah sakit yang terancam adalah Rumah Sakit Al-Quds, yang menjadi tempat berlindung bagi sekitar 12.000 pengungsi Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak.
Serangan udara Israel terjadi ketika para pekerja medis di Gaza terus berjuang untuk merawat para korban yang datang akibat pengeboman terpisah. Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan bahwa beberapa rudal menghantam sekitar Kompleks Medis Al-Shifa, yang menampung jumlah korban luka dan staf medis terbesar di seluruh Jalur Gaza.
Serangan terpisah juga terjadi untuk kedua kalinya di sekitar Rumah Sakit Al-Quds di lingkungan Tal Al-Hawa. Direktur Rumah Sakit Indonesia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pemboman Israel menyebabkan “kerusakan dan cedera serius”.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku sangat khawatir atas ancaman Israel untuk mengevakuasi Rumah Sakit Al-Quds di Jalur Gaza. Tedros menegaskan fasilitas dan tenaga kesehatan dilindungi hukum internasional dan tak boleh diserang.
“Kami tegaskan kembali, tidak mungkin mengevakuasi rumah sakit penuh pasien tanpa membahayakan nyawa mereka,” kata Tedros melalui media sosialnya¹. “Di bawah hukum humaniter internasional, fasilitas kesehatan harus selalu dilindungi,” ujarnya.
Pada Minggu (29/10), Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan bahwa Israel megancam mereka untuk mengevakuasi Rumah Sakit Al-Quds yang terletak di Tel Al-Hawa, selatan Jalur Gaza. Militer Israel diyakini berencana mengebom rumah sakit tersebut. PRCS menjawab bahwa tidak mungkin memindahkan orang-orang yang sakit dan terluka.
Para pejabat Palestina mengatakan Israel berusaha menimbulkan kekacauan dalam sistem kesehatan Gaza dengan secara langsung mengancam rumah sakit dengan evakuasi dan pemboman, atau dengan membom daerah-daerah terdekat.
Serangan Israel ke Jalur Gaza dilaporkan telah membunuh 8.005 orang, sebagian besar anak-anak dan perempuan. Sementara itu, di Israel, 700 orang tewas akibat serangan roket dari Hamas.
Konflik antara Israel dan Hamas pecah sejak 7 Oktober lalu, setelah Hamas meluncurkan lebih dari 5.000 roket ke arah Israel sebagai respons atas ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina selama 75 tahun.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk melakukan balas dendam besar-besaran dan menghancurkan kemampuan militer dan kepemimpinan Hamas.
Upaya perdamaian internasional masih belum membuahkan hasil. Dewan Keamanan PBB telah mengadakan beberapa pertemuan darurat untuk membahas krisis tersebut, tetapi belum mengeluarkan resolusi apapun karena veto dari Amerika Serikat, sekutu utama Israel.
Beberapa negara Muslim, termasuk Turki, Iran, Malaysia, dan Pakistan, telah menyatakan dukungan mereka untuk Palestina dan mengecam agresi Israel.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau MBS juga telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan mengatakan negaranya menyatakan dukungan untuk Palestina.