jfid – Fashion adalah salah satu fenomena sosial yang paling menarik dan dinamis dalam kehidupan manusia.
Fashion adalah istilah umum untuk gaya populer atau praktik, khususnya dalam pakaian, sepatu, aksesoris, riasan, dan tatanan rambut.
Fashion dapat mencerminkan identitas, kepribadian, selera, dan nilai seseorang, serta menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain.
Fashion juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti budaya, sejarah, politik, ekonomi, teknologi, dan media massa.
Namun, di balik pesona dan keindahan fashion, terdapat juga sisi gelap yang seringkali terabaikan atau dianggap biasa saja.
Fashion, terutama dalam konteks industri mode, juga merupakan alat untuk mengeksploitasi tubuh perempuan demi meraih keuntungan.
Fashion tidak hanya menawarkan pilihan dan variasi, tetapi juga menetapkan standar dan norma tentang apa yang dianggap cantik, menarik, dan pantas.
Fashion, dengan demikian, dapat membatasi, mengendalikan, dan bahkan merusak tubuh perempuan, baik secara fisik maupun psikologis.
Salah satu contoh nyata dari eksploitasi tubuh perempuan oleh fashion adalah praktik diet ekstrem, operasi plastik, dan penggunaan obat-obatan untuk menurunkan berat badan yang dilakukan oleh banyak model dan selebriti.
Hal ini dilatarbelakangi oleh tuntutan industri mode yang menghendaki tubuh perempuan yang kurus, ramping, dan proporsional, sesuai dengan ukuran pakaian yang dibuat oleh para desainer.
Tubuh perempuan yang tidak sesuai dengan standar tersebut akan dianggap tidak layak, tidak profesional, dan tidak menarik.
Akibatnya, banyak perempuan yang rela mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan mereka untuk memenuhi standar tersebut, bahkan dengan cara yang tidak sehat dan berbahaya.
Selain itu, fashion juga dapat menimbulkan ketidakpuasan, ketidakpercayaan diri, dan gangguan citra tubuh pada perempuan.
Hal ini disebabkan oleh paparan media massa yang terus-menerus menampilkan gambar-gambar tubuh perempuan yang ideal, yang seringkali tidak realistis, tidak alami, dan tidak mencerminkan keragaman tubuh perempuan yang sebenarnya.
Media massa juga seringkali memberikan pesan-pesan yang implisit atau eksplisit bahwa tubuh perempuan harus selalu sempurna, tanpa cacat, dan sesuai dengan tren fashion yang ada.
Hal ini dapat membuat perempuan merasa tidak puas, tidak percaya diri, dan bahkan membenci tubuh mereka sendiri, serta berusaha untuk mengubahnya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh fashion.
Fashion, oleh karena itu, bukan hanya sekadar gaya atau mode kostum, tetapi juga definisi cantik, bentuk tubuh, warna kulit, dan sebagainya.
Fashion dapat menjadi alat untuk mengekspresikan diri, tetapi juga dapat menjadi alat untuk mengeksploitasi diri.
Fashion dapat menjadi sumber kebahagiaan, tetapi juga dapat menjadi sumber penderitaan. Fashion dapat menjadi teman, tetapi juga dapat menjadi musuh.
Lantas, bagaimana kita dapat menikmati fashion tanpa menjadi korban dari eksploitasi tubuh perempuan? Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan kesadaran kritis terhadap fashion dan dampaknya terhadap tubuh perempuan.
Kita harus mampu membedakan antara fashion sebagai ekspresi dan fashion sebagai eksploitasi. Kita harus mampu memilih fashion yang sesuai dengan kebutuhan, kenyamanan, dan kebahagiaan kita, bukan dengan standar dan norma yang dipaksakan oleh industri mode.
Kita harus mampu menghargai dan mencintai tubuh kita apa adanya, bukan dengan cara yang ditentukan oleh fashion.
Selain itu, kita juga dapat berperan aktif dalam mengubah paradigma fashion yang mengeksploitasi tubuh perempuan menjadi fashion yang menghormati dan menghargai tubuh perempuan.
Kita dapat mendukung dan mempromosikan fashion yang inklusif, beragam, dan berkelanjutan, yang tidak hanya menampilkan satu jenis tubuh perempuan, tetapi juga berbagai jenis tubuh perempuan yang ada.
Kita dapat mendukung dan mempromosikan fashion yang etis, adil, dan bertanggung jawab, yang tidak hanya menguntungkan para produsen dan konsumen fashion, tetapi juga menghormati hak dan kesejahteraan para pekerja fashion, terutama perempuan.
Kita dapat mendukung dan mempromosikan fashion yang kreatif, inovatif, dan bermakna, yang tidak hanya mengikuti tren fashion yang ada, tetapi juga menciptakan tren fashion yang baru.
Fashion adalah fenomena yang kompleks dan kontradiktif, yang dapat menjadi sumber kebaikan atau keburukan, tergantung pada bagaimana kita memaknai dan memanfaatkannya.
Fashion adalah pilihan, bukan paksaan. Fashion adalah ekspresi, bukan eksploitasi. Fashion adalah sahabat, bukan musuh. Fashion adalah seni, bukan industri. Fashion adalah kita, bukan mereka.