Diskursus Rektor Asing

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read
Gambar Ilustrasi, pikiranrakyat
Gambar Ilustrasi, pikiranrakyat

Oleh: Nur Hayati

jfID – Menteri riset teknologi dan perguruan tinggi (RTPT) Mohamad Nasir yang mengusulkan pengrekrutan rektor asing menuai kontroversi dari berbagai golongan. Ada beberapa pihak yang setuju dengan usulan ini. Namun pihak lain juga ada yang tidak menyutujuinya. 

Rendahnya kualitas pendidikan yang cukup memprihatinkan menjadi alasan utama menteri riset teknologi dan pendidikan tinggi (RTPT) Mohamad Nasir mengajukan sebuah usulan untuk merekrut rektor asing demi mendongkrak ranking. Adanya usulan ini menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menyetujui hal tersebut atau tidak. Sehingga adanya usulan ini menimbulkan pro kontra diberbagai kalangan.

Usulan pengrekrutan rektor asing menururtnya merupakan upaya untuk perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam kategori perguruan tinggi negeri (PTN). Dalam hal ini ditandai dengan masuknya perguruan tinggi di Indonesia kedalam peringkat seratus besar dunia. 

Alasan yang diajukan oleh Mohamad Nasir tersebut jika dilihat dari satu sisi saja cukup masuk akal dan dapat dibenarkan. Namun bukan tidak mungkin anak bangsa tidak dapat membuat perguruan tinggi Indonesia masuk dalam peringkat seratus besar dunia. Karena tidak sedikit dari anak bangsa yang menempuh pendidikan perguruan tingginya di luar Indonesia. 

Kontroversi dalam permasalahan ini melahirkan pihak pro dan kontra. Jika melihat dari pihak pro usulan menteri riset teknologi dan pendidikan tinggi ini sangat membantu pendidikan Indonesia dalam pencitraan pendidikan di Indonesia. Sehingga kesan pertama yang didapatkan dalam hal ini adalah perguruan tinggi di Indonesia menjadi perguruan tinggi yang dapat diandalkan dan dapat bersaing dengan perguruan tinggi luar negeri, atau pun memiliki kualitas yang sama dengan perguruan tinggi luar negeri.

Melihat dari pihak kontra usulan ini sangat tidak masuk akal. Karena mereka menganggap bahwa jika seandainya usulan ini di setujui dan dilaksanakan. Maka Indonesia akan melambung tinggi tidak dengan usaha anak bangsa. Namun dalam hal ini karena adanya pengrekrutan rektor asing.

Berkaca pada Singapura merupakan ide utama dalam usulan pengrekrutan rektor asing yang diusulkan oleh menteri riset teknologi dan perguruan tinggi tersebut. Padahal Singapura merupakan negara dengan jumlah perguruan penduduk dan perguruan tinggi yang lebih sedikit dibandingkan Indonesia. Sehingga dalam pengrekrutan rektor asing di Singapura dapat masuk dalam peringkat seratus besar dunia. Namun jika dibandingkan dengan pesatnya perguruan tinggi di Indonesia maka adanya usulan tersebut akan menimbulkan masalah baru. Pasalnya pengrekrutan rektor asing tersebut akan membutuhkan banyak biaya sesuai kontrak kerjanya. Sedangkan biaya besar tersebut akan menambah hutang negara yang bertahun-tahun masih belum bisa dilunaskan. 

Bukan hanya itu saja, SDM (sumber daya manusia) di Indonesia yang cukup rendah juga merupakan permasalahan yang sampai sekarang masih belum menemukan titik terang. Hal ini bisa dilihat dari pendapatan atau honor seorang pendidik yang tidak cukup membiaya kehidupannya maupun keluarganya. Sehingga tidak salah, jika banyak yang mengatakan bahwa profesi sebagai pendidik itu tidak harus dijadikan sebagai pekerjaan utama. 

Sebenarnya permasalahan yang cukup urgen dalam masalah pendidikan khususnya perguruan tinggi di Indonesia adalah rendahnya literasi. Sehingga pendidikan Indonesia tidak dapat bersaing atau pun masuk dalam peringkat seratus besar dunia. Padahal jika minat literasi penduduk Indonesia lebih ditingkatkan maka perguruan tinggi di Indonesia tidak perlu repot-repot merekrut rektor asing hanya untuk masuk dalam seratus besar dunia.  

Meskipun perguruan tinggi di Indonesia merekrut rektor asing untuk dapat masuk dalam peringkat seratus besar dunia. Hal ini tidak akan pernah terrealisasikan karena jika hanya kepalanya saja yang berkualitas, namun kaki tangannya tidak. Maka sangat tidak mungkin perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam peringkat seratus besar dunia.

Sepertinya dalam hal ini cukup menjadi permasalahan. Usulan Muhamad Nasir menjadi sebuah pertimbangan yang harus mendapatkan kebijakan yang tidak merugikan semua pihak. Karena jika disatu sisi bila usulan tersebut di setujui oleh pemerintah maka basar kemungkinan akan menimbulkan permasalahan baru yang telah disebutkan diatas. Atau pun usulan ini diabaikan maka perguruan tinggi di Indonesia sangat sulit untuk masuk dalam seratus besar dunia.

Namun jalan tengah dapat menyelesaikan permasalahan ini adalah peningkatan literasi bagi penduduk Indonesia. Sehingga jauh kemungkinan perguruan tinggi di Indonesia akan masuk seratus besar dunia. Meskipun dalam hal ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun perguruan tinggi di Indonesia akan berkembang dengan jerih payah anak bangsa sendiri.

Tentang Penulis: Nur Hayati, Anggota Forum Lingkar Pena PP.Annuqayah Latee II Ranting Sumenep.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article