Ad image

Inflasi Inggris: Dari Puncak 10% ke Stabilitas 2%

ZAJ By ZAJ - Content Creator, SEO Expert, Data Analyst, Writer
9 Min Read
100 US dollar banknote
- Advertisement -

jfid – Inflasi adalah salah satu indikator ekonomi yang paling banyak dibicarakan dan dipantau, terutama ketika naik atau turun secara signifikan.

Inggris mengalami lonjakan inflasi yang tajam pada tahun 2023, yang kemudian mengalami penurunan dan stabilisasi pada awal 2024.

Saya akan menggali perjalanan inflasi Inggris dari puncak 10% menuju stabilitas 2%, menganalisis faktor-faktor penyebab, dampak terhadap perekonomian, serta pelajaran yang dapat diambil.

Krisis Inflasi Inggris

Pada awal tahun 2023, Inggris menghadapi lonjakan inflasi yang signifikan. Inflasi utama mencapai 10,1% pada Maret 2023, angka tertinggi yang tercatat sejak Agustus 2022.

Inflasi ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk krisis biaya hidup yang melonjak, dampak dari perang Rusia-Ukraina, serta kenaikan suku bunga yang diterapkan oleh Bank of England.

Namun, pada April 2023, terjadi penurunan pertama di bawah angka 10% sejak Agustus 2022, dengan inflasi utama menurun menjadi 8,7%.

Penurunan ini mencerminkan dampak awal dari kebijakan moneter dan penurunan biaya energi.

Penurunan lebih lanjut berlanjut hingga akhir 2023, dengan inflasi mencapai 3,4% pada Maret 2024, dan akhirnya stabil di 2% pada Juni 2024.

Faktor Penyebab Inflasi Tinggi

Krisis Biaya Hidup

Salah satu penyebab utama inflasi tinggi di Inggris adalah krisis biaya hidup. Kenaikan harga bahan bakar dan kebutuhan pokok mempengaruhi daya beli masyarakat.

Selama periode inflasi tinggi, harga energi melonjak tajam, mempengaruhi biaya hidup dan konsumsi.

Ketidakstabilan harga bahan baku dan energi, yang sebagian besar dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dan gangguan rantai pasokan, berkontribusi pada lonjakan harga barang dan jasa.

Kenaikan Suku Bunga

Untuk mengatasi inflasi yang melambung tinggi, Bank of England mengambil langkah agresif dengan menaikkan suku bunga.

Kenaikan suku bunga ini bertujuan untuk menekan permintaan dan mengurangi tekanan inflasi.

Meskipun langkah ini diperlukan untuk mengendalikan inflasi, dampaknya terhadap perekonomian juga cukup signifikan.

Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya pinjaman bagi individu dan bisnis, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi kondisi keuangan masyarakat.

Pengaruh Perang Rusia-Ukraina

Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada Februari 2022, memiliki dampak besar terhadap ekonomi global, termasuk Inggris.

Perang ini menyebabkan lonjakan harga energi dan bahan baku, karena Rusia adalah salah satu produsen utama gas alam dan minyak.

Ketegangan geopolitik yang meningkat juga berdampak pada ketidakstabilan pasar global, memperburuk inflasi di banyak negara, termasuk Inggris.

Dampak Inflasi pada Perekonomian

Kenaikan Pengangguran

Inflasi tinggi berkontribusi pada peningkatan tingkat pengangguran. Pada Mei 2023, tingkat pengangguran di Inggris naik menjadi 4%, setelah beberapa bulan sebelumnya berada di bawah angka tersebut.

Kenaikan biaya hidup dan suku bunga yang lebih tinggi mempengaruhi daya beli dan konsumsi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Beberapa sektor mengalami kesulitan, yang mengarah pada pengurangan tenaga kerja dan pemecatan.

Pemogokan Pekerja

Inflasi tinggi juga memicu pemogokan pekerja di berbagai sektor. Banyak pekerja, terutama di sektor publik dan swasta, melakukan pemogokan untuk menuntut kenaikan upah yang sesuai dengan kenaikan harga barang dan jasa.

Pemogokan ini mencerminkan ketegangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Inggris selama periode inflasi tinggi.

Kenaikan upah menjadi isu utama dalam perundingan tenaga kerja, karena pekerja berusaha untuk menjaga daya beli mereka di tengah tekanan inflasi yang meningkat.

Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi Inggris mengalami tekanan berat akibat inflasi tinggi. Inflasi yang melonjak mempengaruhi daya beli masyarakat dan konsumsi domestik.

Sektor-sektor tertentu, seperti perumahan dan ritel, mengalami dampak negatif yang signifikan, sementara sektor-sektor lain, seperti energi dan bahan baku, mungkin mengalami keuntungan jangka pendek.

Ketidakpastian ekonomi dan risiko resesi menjadi perhatian utama bagi pembuat kebijakan dan pelaku pasar.

Penurunan Inflasi

Penurunan Biaya Energi

Salah satu faktor kunci dalam penurunan inflasi adalah penurunan biaya energi. Pada April 2023, biaya energi di Inggris turun sebesar 12%, yang berkontribusi pada penurunan inflasi tahunan.

Penurunan harga energi ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga gas alam dan listrik, serta upaya pemerintah dan sektor swasta untuk melindungi konsumen dari fluktuasi harga yang tajam.

Penurunan biaya energi membantu meredakan tekanan inflasi dan memberikan sedikit kelegaan bagi rumah tangga dan bisnis.

Dampak Meredanya Perang Rusia-Ukraina

Dampak perang Rusia-Ukraina mulai mereda seiring dengan upaya diplomatik dan perubahan dinamika pasar global.

Harga energi dan bahan baku yang sebelumnya melonjak mulai menurun, memberikan kontribusi pada penurunan inflasi.

Meskipun dampak perang ini masih ada, meredanya ketegangan geopolitik membantu meredakan tekanan inflasi yang sebelumnya sangat tinggi.

Pengurangan Harga Listrik dan Gas

Pengurangan harga listrik dan gas juga memainkan peran penting dalam penurunan inflasi.

Harga listrik dan gas berkontribusi pada penurunan inflasi tahunan sebesar 1,42 poin persentase pada bulan April 2023.

Penurunan ini membantu mengurangi tekanan inflasi secara keseluruhan, meskipun harga energi masih berkontribusi terhadap inflasi, tetapi dengan intensitas yang lebih rendah.

Kebijakan Bank of England

Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank of England juga berkontribusi pada penurunan inflasi.

Meskipun kenaikan suku bunga yang agresif memiliki dampak jangka pendek pada pertumbuhan ekonomi, kebijakan ini mulai menunjukkan efektivitasnya dalam mengendalikan inflasi.

Suku bunga yang lebih tinggi membantu mengurangi permintaan dan menurunkan tekanan harga, meskipun juga meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis.

Pelajaran dari Krisis Inflasi

Perjalanan inflasi Inggris dari puncak 10% ke stabilitas 2% memberikan beberapa pelajaran penting:

Pentingnya Kebijakan Moneter yang Responsif

Kebijakan moneter yang responsif dan proaktif sangat penting dalam mengendalikan inflasi.

Bank of England menunjukkan perlunya menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi, meskipun dampaknya pada pertumbuhan ekonomi dan kondisi keuangan harus diperhitungkan dengan cermat.

Fleksibilitas dan Adaptasi dalam Kebijakan Energi

Penurunan biaya energi dan pengurangan harga listrik serta gas menunjukkan pentingnya fleksibilitas dalam kebijakan energi.

Pemerintah dan sektor swasta harus dapat beradaptasi dengan perubahan pasar global dan mengimplementasikan langkah-langkah untuk melindungi konsumen dari fluktuasi harga yang tajam.

Pengaruh Faktor Global terhadap Inflasi

Dampak perang Rusia-Ukraina menyoroti bagaimana faktor-faktor global dapat mempengaruhi inflasi domestik.

Ketergantungan pada pasar energi global dan ketidakstabilan geopolitik menunjukkan perlunya kebijakan ekonomi yang mampu menghadapi ketidakpastian global.

Pengelolaan Dampak Sosial dan Ekonomi

Dampak sosial dan ekonomi dari inflasi tinggi, seperti kenaikan pengangguran dan pemogokan pekerja, menunjukkan perlunya strategi untuk mengelola dampak inflasi pada masyarakat.

Kebijakan yang seimbang diperlukan untuk melindungi daya beli masyarakat sambil menjaga pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan

Perjalanan inflasi Inggris dari puncak 10% ke stabilitas 2% adalah contoh bagaimana ekonomi dapat mengalami fluktuasi yang tajam dan bagaimana kebijakan serta faktor global berinteraksi untuk mempengaruhi perekonomian.

Penurunan inflasi yang terjadi pada awal 2024 menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang responsif dan penurunan biaya energi dapat memberikan kelegaan bagi perekonomian.

Namun, pelajaran dari krisis ini juga menekankan pentingnya pengelolaan dampak sosial dan ekonomi serta fleksibilitas dalam kebijakan energi untuk menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.

- Advertisement -
Share This Article