Seblak, Si Pedas Beraroma Kencur yang Berasal dari Parahyangan

Qonita Alfiya By Qonita Alfiya
4 Min Read
Seblak, Si Pedas Beraroma Kencur yang Berasal dari Parahyangan
Seblak, Si Pedas Beraroma Kencur yang Berasal dari Parahyangan
- Advertisement -

jfid – Seblak, makanan khas Sunda yang terbuat dari kerupuk yang direbus dengan bumbu pedas, kini menjadi salah satu jajanan yang populer di berbagai daerah.

Seblak memiliki rasa yang gurih dan menyegarkan, serta tekstur yang kenyal dan lembut.

Seblak juga memiliki berbagai variasi, baik dari bahan tambahan maupun cara penyajiannya. Namun, tahukah Anda siapa orang pertama yang menciptakan seblak?


Sejarah seblak tidak tercatat dengan jelas, namun ada beberapa versi yang beredar di masyarakat.

Ad image

Salah satu versi yang paling umum adalah bahwa seblak berasal dari daerah Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1970-an.

Saat itu, ada seorang pedagang kaki lima yang menjual kerupuk mentah dengan harga murah. Kerupuk mentah ini biasanya dibeli oleh orang-orang yang tidak mampu untuk membeli kerupuk goreng.


Suatu hari, ada seorang pembeli yang meminta pedagang tersebut untuk merebus kerupuk mentah yang ia beli dengan air panas.

Pedagang itu pun menuruti permintaan pembeli itu dan merebus kerupuk mentah dengan air panas di dalam panci.

Kemudian, pedagang itu menambahkan bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, kencur, cabai, garam, dan penyedap rasa.

Hasilnya, kerupuk mentah yang direbus itu berubah menjadi seblak, makanan yang memiliki rasa pedas dan gurih.

Pembeli itu sangat menyukai seblak yang dibuat oleh pedagang itu dan meminta untuk dibuatkan lagi.

Pedagang itu pun mulai menjual seblak sebagai menu baru di gerobaknya.

Tidak lama, seblak menjadi populer dan banyak diminati oleh masyarakat. Seblak kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Jawa Barat dan bahkan ke luar pulau Jawa.

Versi lain yang juga sering diceritakan adalah bahwa seblak berasal dari daerah Garut atau Cianjur Selatan, Jawa Barat, yang sudah ada sebelum zaman kemerdekaan.

Makanan ini disebut dengan nama kurupuk léor, yang berarti kerupuk lemas.

Konon, makanan ini lahir saat krisis pangan yang melanda selatan Parahyangan akibat penjajahan.

Orang-orang saat itu menggunakan kerupuk sebagai pengganti nasi dan merebusnya dengan bumbu-bumbu yang tersedia.

Namun, tidak ada bukti atau sumber yang kuat yang mendukung versi ini.

Sebagian orang menganggap bahwa kurupuk léor dan seblak adalah dua makanan yang berbeda, meskipun memiliki kesamaan dalam bahan dan cara pengolahan.

Kurupuk léor dianggap lebih sederhana dan tidak memiliki variasi seperti seblak. Kurupuk léor juga tidak sepopuler seblak, yang baru mulai dikenal luas sekitar tahun 2000-an.


Siapapun orang pertama yang menciptakan seblak, yang pasti makanan ini telah menjadi bagian dari kuliner Indonesia yang kaya dan beragam.

Seblak telah mengalami banyak perkembangan dan inovasi, baik dari segi bahan, rasa, maupun penyajian.

Seblak kini tidak hanya dijual oleh pedagang kaki lima, tetapi juga oleh restoran, kafe, hingga waralaba.

Seblak juga tidak hanya dimakan sebagai camilan, tetapi juga sebagai sarapan, makan siang, hingga makan malam.

Seblak telah menunjukkan bahwa makanan sederhana bisa menjadi makanan yang lezat dan digemari oleh banyak orang.

Seblak juga membuktikan bahwa kerupuk, yang biasanya hanya dianggap sebagai pelengkap, bisa menjadi bahan utama yang mengenyangkan dan menyehatkan.

Seblak, si pedas beraroma kencur yang berasal dari Parahyangan, kini telah menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang patut dibanggakan.

- Advertisement -
Share This Article