jfid – Musisi dan aktivis media sosial Anji Manji baru saja kehilangan sosok ayahnya, Hartiyo, yang meninggal dunia pada Selasa (16/1/2024) sekitar pukul 03.12 WIB.
Hartiyo mengembuskan napas terakhir di usia 73 tahun setelah mengidap penyakit stroke.
Bagi Anji, kematian ayahnya adalah pukulan berat yang harus ia terima di awal tahun ini.
Anji, yang lahir dengan nama Erdian Aji Prihartanto, adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia mengaku dekat dengan ayahnya sejak kecil.
Hartiyo adalah sosok yang memberikan dukungan dan inspirasi bagi Anji untuk menekuni dunia musik.
“Bapak saya suka musik, dia yang ngajarin saya main gitar. Dia juga yang selalu mendukung saya untuk berkarier di musik,” kata Anji saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Anji mengawali karier musiknya dengan mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol pada tahun 2004, tetapi tidak lolos audisi.
Pada tahun 2005, ia bergabung sebagai vokalis grup musik Drive, yang kemudian mengeluarkan beberapa album dan singel populer.
Namun, pada tahun 2011, Anji memutuskan untuk keluar dari Drive karena konflik dengan manajemen.
Ia kemudian merintis karier solo dan merilis beberapa lagu yang menjadi hits, seperti “Dia”, “Bidadari Tak Bersayap”, dan “Menunggu Kamu”.
Selain sebagai penyanyi, Anji juga dikenal sebagai aktivis media sosial yang kerap mengkritik berbagai isu sosial dan politik.
Ia memiliki kanal YouTube bernama Dunia Manji, yang menampilkan konten-konten edukatif, inspiratif, dan kritis.
Anji juga sering berkolaborasi dengan tokoh-tokoh publik, seperti Sujiwo Tejo, Young Lex, dan Andre Hehanussa.
Salah satu konten yang paling viral adalah wawancaranya dengan Habib Rizieq Shihab pada tahun 2020.
Anji mengatakan, ayahnya selalu memberikan masukan dan saran untuk konten-konten yang ia buat.
Hartiyo juga sering menjadi narasumber atau bintang tamu dalam video-video Anji. “Bapak saya itu orangnya cerdas, banyak wawasan, dan punya pandangan yang luas. Saya sering diskusi dan minta pendapatnya tentang berbagai hal. Dia juga suka ikut-ikutan bikin video sama saya,” ujar Anji.
Namun, sejak akhir tahun 2023, kesehatan Hartiyo mulai menurun. Ia didiagnosa menderita stroke, yaitu gangguan otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.
Stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan bicara, gangguan penglihatan, atau bahkan kematian.
Menurut data Kementerian Kesehatan, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia, dengan angka kematian mencapai 15 persen dari total kematian.
Anji mengaku sempat kaget dan sedih ketika mengetahui kondisi ayahnya. Ia berusaha memberikan perawatan dan pengobatan terbaik untuk Hartiyo.
Ia juga berharap ayahnya bisa segera pulih dan kembali normal.
“Saya sempat bingung dan takut, karena stroke itu penyakit yang berbahaya. Tapi saya tetap berdoa dan berusaha untuk menjaga bapak saya. Saya berharap dia bisa sembuh dan bisa beraktivitas lagi seperti biasa,” ungkap Anji.
Sayangnya, harapan Anji tidak kesampaian. Hartiyo menghembuskan napas terakhir di rumah sakit, dikelilingi oleh keluarga tercinta.
Anji mengungkapkan rasa duka dan kehilangannya melalui media sosial. Ia juga membagikan foto-foto kenangan bersama ayahnya, yang menunjukkan kedekatan dan kehangatan mereka.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Selamat jalan, Bapak. Terima kasih untuk segalanya. Saya akan selalu mencintai dan mengenang Anda,” tulis Anji.
Meski berduka, Anji tetap berusaha untuk tegar dan menerima kenyataan. Ia mengaku mendapat banyak dukungan dan doa dari keluarga, sahabat, dan penggemarnya.
Ia juga berjanji untuk melanjutkan perjuangan dan cita-cita ayahnya, terutama di bidang musik dan media sosial.
“Saya harus kuat dan sabar. Saya juga harus bersyukur, karena bapak saya sudah tenang di sisi Allah. Saya akan meneruskan apa yang sudah bapak saya mulai. Saya akan membuat bapak saya bangga,” pungkas Anji.