jfid – Anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada setiap orang tua. Namun, mendidik anak bukanlah perkara mudah.
Banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh orang tua dalam membimbing anak agar tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas, dan bahagia.
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah pola asuh atau parenting yang diterapkan oleh orang tua.
Pola asuh adalah cara orang tua memberikan perlindungan, perawatan, dan pengarahan kepada anak dalam proses tumbuh kembangnya.
Pola asuh yang baik dapat membantu menumbuhkan rasa kepedulian, kejujuran, kemandirian, dan keceriaan pada diri anak.
Cara pengasuhan yang baik juga dapat mendukung kecerdasan dan melindungi anak dari rasa cemas, depresi, pergaulan bebas, serta penyalahgunaan minuman beralkohol dan narkoba.
Namun, pola asuh yang baik tidak bisa diterapkan secara instan dan seragam. Setiap anak memiliki karakteristik, kebutuhan, dan potensi yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, orang tua perlu mempelajari dan menyesuaikan pola asuh yang sesuai dengan kondisi anak.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa ada beberapa jenis pola asuh yang umum dikenal, yaitu:
– Pola asuh otoriter, yaitu pola asuh yang menuntut anak untuk patuh dan tunduk pada aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa memberikan ruang untuk berdiskusi atau bernegosiasi.
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung keras, kaku, dan tidak fleksibel. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini biasanya menjadi penurut, pasif, dan kurang percaya diri.
– Pola asuh permisif, yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak tanpa memberikan batasan atau konsekuensi yang jelas.
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung lemah, lunak, dan tidak konsisten. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini biasanya menjadi manja, egois, dan kurang bertanggung jawab.
– Pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang menghargai pendapat dan perasaan anak, tetapi tetap memberikan arahan dan bimbingan yang tepat.
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung hangat, sabar, dan kooperatif. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini biasanya menjadi mandiri, kreatif, dan percaya diri.
Dari ketiga jenis pola asuh di atas, pola asuh demokratis dianggap sebagai pola asuh yang paling ideal dan efektif untuk membentuk karakter positif pada anak.
Namun, pola asuh demokratis juga tidak bisa diterapkan secara sembarangan. Orang tua perlu memperhatikan beberapa hal penting dalam menerapkan pola asuh ini, antara lain:
Menjadi panutan yang baik bagi anak.
Anak adalah peniru ulung. Mereka akan meniru apa yang dilihat dan didengar dari orang tua.
Oleh karena itu, orang tua harus menunjukkan perilaku yang baik, misalnya dengan selalu berkata jujur, berperilaku sopan, dan membantu orang lain.
Jangan terlalu memanjakan anak.
Anak memang perlu diberi kasih sayang, tetapi tidak berarti harus dituruti segala kemauannya. Orang tua harus bisa membedakan mana hal yang perlu dituruti dan mana yang tidak.
Jika anak berbuat salah, orang tua harus memberikan teguran dan hukuman yang sesuai, tetapi tidak dengan cara memarahi atau memukul.
Luangkan waktu untuk anak setiap hari.
Anak membutuhkan perhatian dan kebersamaan dengan orang tua. Orang tua harus menyediakan waktu khusus untuk berinteraksi dengan anak, misalnya dengan sarapan bersama, mengantarnya ke sekolah, atau berbincang sebelum tidur.
Hal ini dapat meningkatkan ikatan emosional dan kepercayaan antara orang tua dan anak.
Tumbuhkan sifat kemandirian pada anak.
Anak perlu diajarkan untuk bisa mandiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Orang tua bisa memberikan kepercayaan, kesempatan, dan apresiasi kepada anak untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya, misalnya merapikan mainan, menyiapkan bekal, atau mengerjakan PR.
Jika anak berhasil, berikan pujian. Jika anak gagal, berikan dukungan dan motivasi.
Menerapkan peraturan yang jelas dan konsisten.
Anak perlu tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta apa konsekuensinya. Orang tua harus membuat peraturan yang jelas dan konsisten, serta menjelaskan alasan di baliknya.
Misalnya, anak harus tidur sebelum jam 9 malam karena besok harus bangun pagi untuk sekolah, atau anak tidak boleh bermain gadget terlalu lama karena bisa merusak mata.
Menerapkan pola asuh yang baik memang tidak mudah. Setiap orang tua pasti pernah mengalami kesalahan dan kegagalan dalam mendidik anak.
Namun, hal itu bukan berarti orang tua harus menyerah dan putus asa. Orang tua harus terus belajar dan berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak.
Jika orang tua mengalami kesulitan dalam menerapkan pola asuh yang baik, jangan ragu untuk meminta bantuan dan saran dari orang lain, seperti keluarga, teman, guru, atau ahli.
Hal ini dapat membantu orang tua untuk mendapatkan pandangan dan solusi yang lebih objektif dan tepat.
Pola asuh yang baik adalah investasi terbaik yang bisa diberikan orang tua kepada anak.
Dengan pola asuh yang baik, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang positif, cerdas, dan bahagia.