Gempa Sumedang: Misteri Sesar Aktif yang Belum Terpetakan

Shofiyatul Millah
6 Min Read
Gempa Sumedang: Misteri Sesar Aktif yang Belum Terpetakan
Gempa Sumedang: Misteri Sesar Aktif yang Belum Terpetakan
- Advertisement -

jfid – Malam pergantian tahun 2023 menjadi 2024 seharusnya menjadi momen penuh sukacita bagi warga Sumedang, Jawa Barat.

Namun, harapan itu sirna ketika bumi bergetar hebat, mengguncang kota yang terkenal dengan tahu dan batagor ini.

Gempa berkekuatan magnitudo 4,8 terjadi pada pukul 20.34 WIB, Minggu (31/12/2023), menyusul dua gempa sebelumnya yang terjadi pada siang hari dengan magnitudo 4,1 dan 3,4.

Akibat gempa malam itu, puluhan rumah warga mengalami kerusakan, termasuk rumah sakit dan sekolah.

Ad imageAd image

Salah satu warga yang merasakan dampak gempa adalah Rina (35), ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara.

Dia mengaku kaget ketika mendengar suara gemuruh dan merasakan getaran kuat yang membuat barang-barang di rumahnya bergoyang.

“Saya lagi di dapur, mau masak makan malam. Tiba-tiba saya dengar suara ‘bruk-bruk’ dari atap, terus rumah goyang kencang. Saya langsung lari keluar, teriak ‘gempa, gempa!’. Anak-anak saya juga ikut keluar, tapi suami saya masih di dalam, dia lagi mandi,” cerita Rina kepada Liputan6.com, Senin (1/1/2024).

Rina mengatakan, gempa berlangsung sekitar 10 detik, tapi terasa sangat lama bagi dirinya. Dia mengaku takut jika gempa berulang dan lebih besar lagi.

“Saya sampai nggak bisa tidur semalaman, takut ada gempa susulan. Apalagi rumah saya retak-retak, takut roboh,” ujarnya.

Rina bukan satu-satunya warga yang merasakan ketakutan akibat gempa.

Banyak warga lain yang memilih menginap di luar rumah, di tenda-tenda darurat yang disediakan oleh pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Sumedang, Ade Sopyan, hingga Senin siang, ada sekitar 300 warga yang mengungsi di tenda-tenda darurat.

Mereka berasal dari beberapa kelurahan dan desa yang terdampak gempa, seperti Situ, Cimanggung, Cibeusi, dan Cisarua.

“Kami sudah menyiapkan tenda-tenda darurat di beberapa titik, seperti di lapangan sepak bola, di halaman kantor kelurahan, dan di halaman masjid. Kami juga sudah menyalurkan bantuan berupa makanan, air minum, selimut, dan masker,” kata Ade.

Ade mengatakan, pihaknya masih melakukan pendataan terhadap jumlah korban dan kerusakan akibat gempa.

Hingga saat ini, ada sekitar 50 rumah yang rusak, baik ringan maupun berat. Selain itu, ada juga kerusakan pada fasilitas umum, seperti RSUD Sumedang, SMPN 1 Sumedang, dan terowongan kembar Tol Cisumdawu.

“Kami masih melakukan pendataan dan penilaian kerusakan. Kami juga masih melakukan pemantauan terhadap potensi gempa susulan. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada, serta tidak mudah percaya dengan isu-isu yang tidak jelas sumbernya,” ujarnya.

Penyebab Gempa: Sesar Aktif yang Belum Terpetakan

Lantas, apa penyebab gempa yang mengguncang Sumedang? Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, gempa dipicu oleh sesar aktif yang belum terpetakan.

“Jadi gempa ini terletak persis di kota Sumedang sesuai dengan lokasi kerusakan yang terjadi, sehingga gempa tersebut dipicu oleh sesar aktif yang belum terpetakan,” kata Daryono dalam konferensi pers, Senin dini hari.

Daryono mengatakan, kejadian gempa bumi ini menjadi perhatian serius pihaknya untuk mempelajari titik sesar gempa yang belum terpetakan demi meminimalisir banyaknya korban jiwa.

Dia mencontohkan gempa Cianjur (Jawa Barat, 2022) sebagai bencana yang sesar gempanya belum terpetakan sebelumnya.

“Karena sesar-sesar yang ada itu jauh dari pusat kota Sumedang, sehingga ini perlu mendapatkan perhatian kita untuk aktivitas sesar ini untuk antisipasi kedepannya untuk perencanaan pembangunan ke depan di Sumedang,” katanya.

Daryono menjelaskan gempa dangkal yang terjadi di Sumedang cukup berbahaya apabila titik pusat gempa berada di pemukiman padat penduduk dengan kekuatan berskala besar dan tidak tahan gempa.

“Karena kedalamannya yang sangat dangkal, terjadi persoalan karena banyaknya sekali rumah-rumah yang dibangun tidak tahan gempa,” kata dia.

Daryono mengimbau masyarakat memperhatikan aspek ketahanan terhadap gempa apabila mendirikan bangunan, mengingat wilayah itu terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi menengah hingga tinggi.

“Ke depan wilayah Sumedang perlu membangun rumah tahan gempa dan memiliki rujukan yang sesuai apabila terjadi gempa besar, sehingga rumah tahan gempa jadi solusi aman saat terjadi gempa,” kata Daryono.

Selain itu, masyarakat juga diminta waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam, karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran dan runtuhan batu.

“Masyarakat diminta tidak percaya berita bohong atau hoaks mengenai prediksi gempa yang lebih besar, pastikan informasi gempa berasal dari BMKG,” ujarnya.

- Advertisement -
Share This Article