UEA Bertahan di Jalur Damai dengan Israel

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
6 Min Read
Uea Bertahan Di Jalur Damai Dengan Israel
Uea Bertahan Di Jalur Damai Dengan Israel
- Advertisement -

jfid – Di tengah-tengah kemarahan dan kecaman dunia atas serangan Israel ke Gaza yang menewaskan ribuan warga sipil, ada satu negara Arab yang tetap mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan Israel: Uni Emirat Arab (UEA).

UEA adalah salah satu dari empat negara Arab yang menandatangani Perjanjian Abraham pada tahun 2020, sebuah kesepakatan yang ditengahi oleh AS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Kesepakatan ini dianggap sebagai terobosan sejarah, tetapi juga sebagai pengkhianatan oleh sebagian besar rakyat Palestina dan negara-negara Arab lainnya.

Namun, UEA tidak berniat untuk memutuskan hubungan dengan Israel, meskipun mendesak agar kekerasan di Gaza dihentikan dan koridor kemanusiaan dibuka. Apa alasan di balik keputusan ini? Dan apa untung ruginya bagi UEA?

Ad image

Menurut empat sumber yang mengetahui kebijakan pemerintah UEA, ada dua hal utama yang mendorong UEA untuk tetap berada di jalur damai dengan Israel: keuntungan strategis dan teknologi.

Keuntungan Strategis: Menghadapi Iran

UEA, bersama dengan Bahrain dan Arab Saudi, memiliki ketidakpercayaan mendalam, bahkan ketakutan yang besar terhadap tetangganya, Iran.

Iran dianggap sebagai ancaman utama bagi keamanan dan stabilitas kawasan, terutama karena program nuklir dan rudalnya, serta dukungannya terhadap kelompok-kelompok militan di Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, dan Gaza.

Israel, sebagai musuh bebuyutan Iran, menjadi sekutu alami bagi UEA dalam menghadapi ancaman tersebut. Dengan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, UEA berharap dapat meningkatkan kerjasama keamanan dan intelijen, serta mendapatkan dukungan dari AS, yang merupakan sekutu utama Israel.

Selain itu, UEA juga ingin memainkan peran moderat dalam kawasan, dengan menjadi jembatan antara Israel dan negara-negara Arab lainnya.

UEA berharap bahwa dengan menangguhkan rencana aneksasi Israel di Tepi Barat, kesepakatan normalisasi dapat membuka peluang untuk dialog yang lebih luas dan perdamaian yang adil dan abadi bagi Palestina.

Keuntungan Teknologi: Meningkatkan Inovasi

UEA adalah negara yang kaya akan minyak, tetapi juga sadar akan perlunya diversifikasi ekonominya dan mengurangi ketergantungannya pada sumber daya alam yang terbatas.

UEA ingin menjadi pusat inovasi dan teknologi di kawasan, dengan mengembangkan sektor-sektor seperti energi terbarukan, kesehatan, pendidikan, pertahanan, dan ruang angkasa.

Israel, sebagai negara yang dikenal sebagai “bangsa startup”, memiliki banyak hal yang dapat ditawarkan kepada UEA dalam hal teknologi.

Israel memiliki industri teknologi yang maju dan dinamis, dengan banyak perusahaan rintisan, penelitian ilmiah, dan paten yang dihasilkan.

Israel juga memiliki keunggulan dalam bidang-bidang seperti cyber, kecerdasan buatan, pertanian, dan kedokteran.

Dengan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, UEA berharap dapat meningkatkan kerjasama teknologi dan investasi, serta memanfaatkan potensi pasar Israel yang besar.

UEA juga ingin menarik bakat-bakat dan tenaga ahli dari Israel, serta memfasilitasi pertukaran ilmiah dan budaya.

Risiko dan Tantangan: Menghadapi Kritik dan Tekanan

Meskipun UEA memiliki banyak alasan untuk menjaga hubungan baik dengan Israel, langkah ini juga menimbulkan risiko dan tantangan bagi negara Teluk yang relatif muda ini. UEA harus menghadapi kritik dan tekanan dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri.

Di dalam negeri, UEA harus menjaga citra dan legitimasinya di mata rakyatnya, yang mungkin memiliki simpati dan solidaritas yang kuat terhadap Palestina. UEA harus meyakinkan rakyatnya bahwa kesepakatan normalisasi tidak mengorbankan hak-hak dan aspirasi Palestina, tetapi justru membantu mencapainya.

Di luar negeri, UEA harus berurusan dengan reaksi negatif dari negara-negara Arab lainnya, terutama yang masih mempertahankan sikap keras terhadap Israel. UEA harus menjelaskan bahwa kesepakatan normalisasi bukan berarti mengabaikan atau mengkhianati Palestina, tetapi justru merupakan langkah strategis untuk mempengaruhi Israel.

Selain itu, UEA juga harus waspada terhadap kemungkinan sabotase atau serangan dari kelompok-kelompok radikal yang menentang hubungan dengan Israel, seperti Iran atau Hamas. UEA harus meningkatkan kewaspadaan dan keamanannya, serta berkoordinasi dengan sekutu-sekutunya untuk mencegah dan mengatasi ancaman tersebut.

Kesimpulan: UEA Memilih Jalur Damai dengan Israel

UEA adalah salah satu dari sedikit negara Arab yang memilih untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, meskipun menghadapi kritik dan tekanan dari berbagai pihak.

UEA melihat keuntungan strategis dan teknologi yang dapat diperoleh dari kerjasama dengan Israel, serta harapan untuk membawa perdamaian dan stabilitas di kawasan.

UEA juga mengambil risiko dan tantangan yang mungkin timbul dari langkah ini, baik di dalam maupun di luar negeri. UEA harus menjaga citra dan legitimasinya, menjelaskan posisi dan kebijakannya, serta mengantisipasi dan mengatasi ancaman yang mungkin muncul.

UEA bertahan di jalur damai dengan Israel, dengan keyakinan bahwa ini adalah pilihan yang terbaik bagi kepentingan dan masa depannya.

- Advertisement -
Share This Article