jurnalfaktual.id,-LEMBAH Sapirubuh, memang terasa asing di telinga kita. Tempat itu hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Bukan karena terpatnya yang tersembunyi sekaligus medannya yang sangat sulit dan terjal.
“Saya dari Banyumas, Pak. Ke Sapirubuh untuk melakukan ritual berburu berkah 1 Suro.” tutur Mis (42) merupakan satu di antara ratusan orang yang ingin ngalap berkah di petilasan Sri Aji Joyoboyo, raja Kediri pertama itu.
Sayangnya, bukti historis tidak mendukung bahwa Sapirubuh tempat persemedian Joyoboyo. Ia berada di Desa Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar. Untuk menuju tempat itu dari Blitar naik angkot ke Lodoyo kemudian ngojek ke Ngeni. Di Pasar.Ngeni orang-orang sudah mengenal di mana letak Sapirubuh.
Lembah Menakjubkan
Sebenarnya lembah Sapirubuh merupakan alur sungai yang diapit dua tebing menjulang setinggi 100 meteran. Sungguh, eksotik. Lebih-lebih nenyusuri sungai dengan dasar bebatuan granit yang keras, pendatang akan takjub mengamatinya.
“Di situ dulu Sri Aji Joyoboyo bersemedi berbulan-bulan. ” ujar Mbah Marni (62) yang “dituakan” di lembah itu. Bahkan lelaki tua itu pun menambahkan Sapirubuh berasal dari kata sapi dan rubuh.
“Dulu banyak sapi yang digembalakan penduduk di tebing sana itu. Tetapi tiba-tiba ternak itu berjatuhan ke lembah. Mungkin kuwalat lantaran di bawahnya ada “wong agung” yang sedang bertapa. Sampai sekarang pantangan menggembalakan ternak di sekitar sini. ” Mbah Marni bercerita panjang lebar.
Wahyu Keprabon
Warga sekitar tidak menampik anggapan bahwa lembah Sapirubuh dijadikan tempat ngalap berkah untuk berburu wisik keberuntungan. Lebih spesifik lagi bahwa Sapirubuh tempat untuk berburu “turunnya wahyu keprabon”.
“Banyak yang bersemedi dengan maksud untuk ngundhuh wahyu. Ya, ada yang ingin jadi lurah, DPR, bahkan ada yang macung bupati segala. Ya rata-rata konon sukses, ” imbuh Mbah Marni.
Sesat
Laku sesat itu memang sulit dilarang. Karena tujuan mereka konon cuma rekreasi, atau sekadar mencari ketenangan di lembah itu.
“Masa orang mau piknik dilarang ?” cetus Subur (55) tokoh warga setempat. “Asal tidak berbuat neko-neko misalnya bersembunyi dari kejaran aparat penegak hukum, atau berlaku asusila di situ. Sebab boleh percaya boleh tidak, barang siapa berbuat tidak senonoh di tempat wingit Sapi rubuh insha Allah bakal celaka. Ini serius !” tegas Subur lagi.
Lembah Sapirubuh memang cantik,vdab eksotik. Seolah berada di negeri “antah berantah” dengan keheningan prima. Dan, jangan kaget kalau pergi ke sana sering terdengar suara orang sedang mengaji atau berdzikir. Itu bukan suara barang gaib, tetapi memang berdzikir sungguhan. Mereka (biasanta) duduk bertafakur di atas batu-batu gilang bermunajat pada Sang Khalik Allah Swt. Apakah pasti berhasil ? Wallahu’alam bizawab…
Tentang Penulis: Herry Santoso seorang pemikir dan intelektual kelahiran Blitar.