jfid – Lima anggota Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) yang melakukan kunjungan ke Israel adalah Gus Syukron Makmun, Dr. Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania, Kunjungan ini memicu kontroversi di kalangan masyarakat dan organisasi PBNU.
Mereka bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang memicu kritik dari berbagai pihak, termasuk dari PBNU sendiri.
Apa yang mereka lakukan di Israel?
Kelima Nahdliyin ini melakukan serangkaian pertemuan resmi dan tidak resmi, termasuk dengan pejabat tinggi Israel.
Mereka menyatakan tujuan utama kunjungan adalah untuk mendiskusikan isu-isu perdamaian dan keadilan di kawasan tersebut.
Namun, langkah ini dianggap tidak tepat oleh banyak pihak karena situasi geopolitik yang sensitif.
Di mana tepatnya mereka melakukan kunjungan?
Kunjungan ini melibatkan pertemuan di berbagai lokasi di Israel, termasuk di kantor presiden dan tempat-tempat penting lainnya di Jerusalem dan Tel Aviv.
Informasi lebih detail mengenai lokasi spesifik pertemuan mereka tidak dipublikasikan secara luas demi alasan keamanan dan kerahasiaan.
Mengapa PBNU mengatakan mereka tidak mengerti geopolitik?
Ketua PBNU, Savic Ali, mengkritik keras kunjungan tersebut, mengatakan bahwa tindakan mereka menunjukkan ketidakmengertian terhadap kompleksitas geopolitik di Timur Tengah, khususnya terkait konflik Israel-Palestina.
Savic Ali menegaskan bahwa langkah tersebut tidak sejalan dengan kebijakan resmi PBNU yang mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan.
Kapan kunjungan tersebut terjadi?
Kunjungan ini terjadi pada awal Juli 2024, di tengah situasi ketegangan yang meningkat antara Israel dan Palestina.
Tanggal pasti kunjungan tidak diumumkan secara resmi, tetapi diketahui bahwa mereka berada di Israel selama beberapa hari dalam minggu kedua bulan Juli.
Bagaimana reaksi masyarakat dan PBNU terhadap kunjungan tersebut?
Reaksi terhadap kunjungan ini sangat beragam. Banyak masyarakat Nahdliyin merasa kecewa dan marah, menganggap langkah tersebut sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip perjuangan Palestina.
PBNU sendiri menyatakan akan memanggil kelima orang tersebut untuk memberikan penjelasan lebih lanjut dan mempertimbangkan tindakan disipliner terhadap mereka.
Secara keseluruhan, kunjungan ini memperlihatkan perpecahan pandangan di kalangan Nahdliyin tentang bagaimana cara terbaik untuk mendukung perdamaian di Timur Tengah.
Meskipun dimaksudkan untuk mencari solusi damai, tindakan ini dianggap tidak bijaksana mengingat situasi politik yang sangat sensitif.