jfid – Tes usia mental pertama kali dikembangkan oleh psikolog Prancis Alfred Binet pada awal abad ke-20.
Binet dan rekannya Théodore Simon menciptakan tes ini pada tahun 1905 untuk mengukur kemampuan intelektual anak-anak dengan membandingkan kinerja mereka dengan anak-anak lain pada usia yang berbeda.
Konsep dasar tes ini adalah untuk menentukan “usia mental” seorang anak berdasarkan kinerja mereka dalam tes kognitif, yang kemudian dibandingkan dengan usia kronologis mereka (JRank Psychology, 2024).
Pada tahun 1916, psikolog Stanford, Lewis Terman, mengadaptasi tes Binet untuk digunakan di Amerika Serikat dan menamainya Skala Intelijen Stanford-Binet.
Tes ini memperkenalkan formula IQ yang menghitung rasio antara usia mental dan usia kronologis, dikalikan dengan 100 (Verywell Mind, 2024).
Mekanisme Tes Usia Mental
Tes usia mental bekerja dengan menilai kemampuan kognitif individu melalui serangkaian pertanyaan dan tugas yang dirancang untuk mengukur berbagai aspek kecerdasan, seperti penalaran verbal, kemampuan matematika, memori kerja, dan kecepatan pemrosesan.
Hasil dari tes ini menunjukkan usia mental yang mencerminkan tingkat kinerja kognitif individu dibandingkan dengan rata-rata kinerja pada usia tertentu (Encyclopedia.com, 2024).
Contohnya, seorang anak berusia 10 tahun yang memiliki kinerja setara dengan rata-rata anak berusia 12 tahun akan memiliki usia mental 12, dan IQ-nya dihitung sebagai (12/10) x 100 = 120 (Britannica, 2024).
Penggunaan dan Perkembangan Tes Usia Mental
Tes usia mental awalnya banyak digunakan dalam konteks pendidikan untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan bantuan khusus atau yang memiliki potensi kecerdasan di atas rata-rata.
Namun, dengan berkembangnya pemahaman tentang kecerdasan, penggunaan tes usia mental mulai berkurang.
Tes modern seperti Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) dan Stanford-Binet sekarang mengukur berbagai domain kognitif untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan intelektual seseorang (IResearchNet, 2024).
Keakuratan dan Relevansi Tes Usia Mental
Keakuratan dan relevansi tes usia mental dalam penilaian kognitif telah menjadi subjek diskusi panjang.
Meskipun tes ini telah memberikan dasar penting bagi pengembangan tes kecerdasan lainnya, beberapa ahli mengkritik bahwa tes usia mental tidak cukup menggambarkan kompleksitas kecerdasan manusia.
Tes ini cenderung mengabaikan faktor-faktor non-kognitif seperti motivasi, lingkungan sosial, dan kesehatan mental yang juga mempengaruhi kinerja individu (Verywell Mind, 2024).
Selain itu, tes usia mental seringkali dianggap kurang akurat dan bias terhadap kelompok budaya tertentu.
Pengukuran yang hanya berdasarkan kemampuan kognitif tanpa mempertimbangkan latar belakang sosial dan budaya bisa menyebabkan hasil yang tidak adil dan diskriminatif (Encyclopedia.com, 2024).
Relevansi Kontemporer
Saat ini, pendekatan penilaian intelektual telah berkembang untuk mencakup penilaian yang lebih holistik.
Tes kecerdasan modern menilai berbagai kemampuan kognitif dan non-kognitif untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh tentang potensi dan kebutuhan individu.
Penggunaan usia mental sebagai satu-satunya indikator kecerdasan telah berkurang, digantikan dengan pendekatan yang lebih multifaset dan kontekstual (IResearchNet, 2024).
Secara keseluruhan, meskipun konsep usia mental telah berperan penting dalam sejarah penilaian kognitif, pendekatan ini memiliki keterbatasan signifikan dalam hal akurasi dan relevansi di dunia modern.
Penilaian yang lebih komprehensif dan sensitif terhadap konteks sosial dan budaya menjadi penting untuk menggambarkan kemampuan intelektual individu dengan lebih adil dan akurat.