Hari Kesehatan Mental Sedunia: Hak Asasi Manusia Universal yang Sering Terlupakan

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read

jfid – Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day) adalah peringatan tahunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan advokasi global terhadap isu-isu kesehatan mental. Peringatan ini diprakarsai oleh Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (WFMH), sebuah organisasi non-pemerintah yang beranggotakan lebih dari 150 negara.

Namun, tahukah Anda bahwa peringatan ini baru dimulai pada tahun 1992? Ya, baru sekitar tiga dekade lalu, dunia mulai menyadari pentingnya kesehatan mental sebagai bagian dari kesehatan keseluruhan manusia. Sebelumnya, kesehatan mental sering dianggap sebagai hal yang tabu, tidak penting, atau bahkan tidak ada.

Peringatan ini digagas oleh Wakil Sekretaris Jenderal WFMH saat itu, Richard Hunter, yang merupakan seorang aktivis kesehatan mental dari Inggris. Ia mengalami gangguan bipolar sejak usia 22 tahun dan sempat dirawat di rumah sakit jiwa. Ia kemudian menjadi salah satu pendiri dan direktur Mind, sebuah organisasi amal kesehatan mental terkemuka di Inggris.

Hunter ingin membuat peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia sebagai cara untuk mengedukasi masyarakat tentang kesehatan mental dan menghapus stigma negatif yang melekat pada orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental. Ia juga ingin memberikan dukungan dan harapan bagi mereka yang berjuang melawan gangguan kesehatan mental.

Peringatan ini mulai memiliki tema khusus pada tahun 1994, dengan tema pertama adalah “Meningkatkan Kualitas Hidup”. Sejak itu, setiap tahunnya WFMH menetapkan tema yang berbeda-beda sesuai dengan isu-isu kesehatan mental yang relevan dan mendesak. Beberapa tema yang pernah dipilih antara lain adalah “Kesehatan Mental dan Hak Asasi Manusia”, “Kesehatan Mental dan Budaya”, “Kesehatan Mental dan Perdamaian”, “Kesehatan Mental dan Pendidikan”, dan lain-lain.

Tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023 adalah “Mental Health is a Universal Human Right“, yang berarti “Kesehatan Mental adalah Hak Asasi Manusia Universal”. Tema ini dipilih untuk menekankan bahwa setiap orang berhak mendapatkan akses, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak kesehatan mentalnya tanpa diskriminasi atau marginalisasi.

Kampanye peringatan pada 2023 ini ingin menjadikan kesehatan mental sebagai salah satu kerangka hak asasi manusia. Hal ini penting karena masih banyak negara yang belum memiliki kebijakan, hukum, atau layanan yang memadai untuk menjamin kesehatan mental warganya. Selain itu, masih banyak pula tantangan yang dihadapi oleh orang-orang dengan masalah kesehatan mental, seperti stigma sosial, kekerasan, kemiskinan, pelanggaran hak asasi manusia, dan kurangnya dukungan.

Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tidak hanya diperingati satu hari saja, tetapi melibatkan serangkaian kegiatan yang berlangsung sepanjang tahun. Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan antara lain adalah seminar, diskusi, pameran, konser, lomba, kampanye media sosial, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk menginformasikan, menginspirasi, dan memobilisasi masyarakat untuk peduli terhadap isu kesehatan mental.

Ada beragam cara yang bisa dilakukan untuk memperingati momen ini, seperti mengikuti seminar online, membuat forum-forum diskusi, menyebarkannya lewat media sosial, atau melakukan donasi untuk masalah kesehatan mental. Yang terpenting adalah kita semua bisa berpartisipasi dan berkontribusi untuk meningkatkan kesehatan mental kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.

Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah momentum yang penting untuk mengkampanyekan isu kesehatan mental. Kesehatan mental adalah hak asasi manusia universal yang harus dihormati, dilindungi, dan dipenuhi. Kesehatan mental adalah aset berharga yang harus dijaga dan dikembangkan. Kesehatan mental adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article