Apakah Perceraian Merusak Mental Anak?

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
5 Min Read
silhouette, rope, couple
Photo by Tumisu on Pixabay
- Advertisement -

jfid – Perceraian orang tua adalah salah satu pengalaman paling menyakitkan dan traumatis yang bisa dialami oleh anak-anak.

Bagaimana tidak, tiba-tiba mereka harus menghadapi kenyataan bahwa orang-orang yang paling mereka cintai dan percayai tidak lagi bersama, bahkan mungkin saling bermusuhan.

Anak-anak yang mengalami perceraian orang tua sering merasa bingung, sedih, marah, bersalah, cemas, dan takut akan masa depan mereka.

Perceraian orang tua tidak hanya memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi anak-anak, tetapi juga kesehatan mental mereka.

Ad image

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami perceraian orang tua memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, perilaku antisosial, rendah diri, dan bahkan bunuh diri.

Selain itu, perceraian orang tua juga dapat mempengaruhi prestasi akademik, hubungan interpersonal, dan kesejahteraan emosional anak-anak.

Namun, apakah semua anak yang mengalami perceraian orang tua pasti mengalami dampak negatif tersebut? Ternyata tidak.

Ada beberapa faktor yang dapat memoderasi atau mengurangi dampak perceraian orang tua terhadap kesehatan mental anak-anak, seperti:

  • Usia anak. Anak-anak yang lebih muda cenderung lebih rentan terhadap dampak perceraian orang tua, karena mereka belum memiliki kematangan kognitif dan emosional untuk memahami dan mengatasi situasi tersebut. Anak-anak yang lebih tua mungkin lebih mampu beradaptasi, tetapi juga dapat mengalami stres dan konflik batin yang lebih besar, terutama jika mereka harus memilih antara tinggal dengan salah satu orang tua atau berganti-ganti tempat tinggal.
  • Jenis kelamin anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan dan laki-laki dapat bereaksi berbeda terhadap perceraian orang tua. Anak perempuan cenderung lebih ekspresif dan mencari dukungan dari orang lain, sedangkan anak laki-laki cenderung lebih tertutup dan menyalurkan emosi mereka melalui perilaku agresif atau bermasalah. Anak perempuan juga lebih rentan terhadap depresi, sedangkan anak laki-laki lebih rentan terhadap gangguan perilaku.
  • Kualitas hubungan orang tua. Perceraian orang tua tidak selalu berarti hubungan orang tua menjadi buruk. Ada beberapa orang tua yang tetap menjaga komunikasi dan kerjasama yang baik setelah bercerai, dan ada juga yang justru menjadi lebih konflik dan permusuhan. Kualitas hubungan orang tua setelah bercerai dapat memengaruhi kesehatan mental anak-anak, karena anak-anak akan merasa lebih aman dan nyaman jika orang tua mereka tetap saling menghormati dan mendukung, daripada jika orang tua mereka sering bertengkar dan menyakiti satu sama lain.
  • Dukungan sosial. Anak-anak yang mengalami perceraian orang tua membutuhkan dukungan sosial yang kuat dari keluarga, teman, guru, dan orang-orang yang peduli terhadap mereka. Dukungan sosial dapat membantu anak-anak merasa tidak sendirian, dihargai, dan didengarkan. Dukungan sosial juga dapat memberikan sumber informasi, saran, bantuan, dan penghiburan bagi anak-anak yang menghadapi kesulitan akibat perceraian orang tua.
  • Sikap dan perilaku anak. Anak-anak yang mengalami perceraian orang tua dapat memiliki sikap dan perilaku yang berbeda-beda terhadap situasi tersebut. Ada yang bersikap pasif, ada yang aktif, ada yang menyalahkan diri sendiri, ada yang menyalahkan orang tua, ada yang berusaha mengerti, ada yang menolak, dan seterusnya. Sikap dan perilaku anak terhadap perceraian orang tua dapat memengaruhi kesehatan mental mereka, karena akan menentukan bagaimana mereka menginterpretasi dan menghadapi realitas yang mereka hadapi.

Dari faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa perceraian orang tua tidak selalu merusak mental anak, tetapi juga tidak selalu tidak berdampak.

Setiap anak dapat mengalami dampak yang berbeda-beda, tergantung pada banyak faktor yang memengaruhi mereka.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk memberikan perhatian, kasih sayang, dan bantuan yang dibutuhkan oleh anak-anak yang mengalami perceraian orang tua, agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat, kuat, dan bahagia.

- Advertisement -
Share This Article