Showing Artistic SMA Al-Ma’arif NU Bonder Angkat Tema “History Of Princess Mandalika”

Syahril Abdillah
5 Min Read
Penampilan Showing Artistic SMA Al-Ma'arif NU Bonder Angkat Tema "History Of Princess Mandalika (Foto: Redaksi)
Penampilan Showing Artistic SMA Al-Ma'arif NU Bonder Angkat Tema "History Of Princess Mandalika (Foto: Redaksi)

Lombok Tengah,- SMA Al-Ma’arif NU Bonder menggelar “showing Artistic” dengan mengangkat tema ” history of princess mandalika” dengan menggunakan narasi Bahasa Inggris. Rabu, 11/12/2019.

Showing Artistic ini latar panggungnya di setting dengan empat buah batu karang dan laut sebagai tempat terjadinya peristiwa Putri Mandalika menceburkan dirinya tatkala sang putri sulit memilih salah satu dari pangeran yang meminangnya.

Acara ini di saksikan oleh Pengurus Yayasan, seluruh Dewan Guru lingkup Yayasan, siswa/i serta para santri serta sebagian masyarakat Desa setempat.

Peserta “showing artistic” yang terdiri dari siswa/i SMA Al-Maarif NU Bonder ini seluruhnya menggunakan pakaian adat Suku Sasak sebagai simbol menjaga kearifan lokal ditengah perkembangan revolusi industri 4.0.

“filosofinya sederhana, pakaian adat sebagai simbol bahwa kami keluarga besar SMA Ma’arif Bonder komitmen menjaga kearifan lokal budaya, sedangkan setting dengan menggunakan Bahasa Inggris adalah simbol bahwa siswa/i kami siap menyambut revolusi industri 4.0” tutur Kepala Sekolah, Abd. Rahim, M.Pd.I.

Showing Artistic ini menceritakan tentang sosok Putri Mandalika Lombok “history of Princess Mandalika” dimana, diceritakan bahwa ada sosok putri Mandalika yang cantik nan jelita diperebutkan oleh Pangeran-Pangeran di Lombok.

“diangkat dari legenda rakyat suku Sasak, “putri mandalika” akan tetapi anak-anak kami mementaskannya dengan translate Bahasa Inggris” lanjut Abd. Rahim, M.Pd.I.

Guru dan para Siswa SMA Al-Ma’arif NU Bonder (Foto: Redaksi)

Dalam Naskah yang di translate ke Bahasa Inggris oleh peserta English Study Club SMA Al-Ma’arif NU Bonder, di ceritakan bahwa sang putri menceburkan diri ke Pantai Lombok Selatan karena tidak bisa memilih di antara salah satu dari semua pangeran yang melamarnya.

“i can’t choice both of them, so i will throw of my self to the sea otherwise all people Lombok Will mine of my self as “nyale” Narasi Pemeran Putri Mandalika Lombok.

Setelah menceburkan diri ke laut, Putri Mandalika di percaya menjelma menjadi “nyale” yang menjadi kepercayaan masyarakat suku Sasak, dan “nyale” ditetapkan sebagai event budaya Dinas Pariwisata Lombok Tengah.

“karena putri Mandalika bersifat bijak, maka beliau menceburkan dirinya dan menjelma menjadi “nyale” yang oleh masyarakat Lombok Tengah disebut dengan event budaya bau nyale” tandas Fatmawati, Tuttor Bahasa Inggris SMA Al-Ma’arif NU Bonder.

Menurut tuttor Bahasa Inggris setempat, Fatmawati, S.Pd, agenda Showing Artistic ini merupakan agenda akhir sekaligus pembukaan class Metting menyambut hari libur sekolah dan perekrutan peserta kursus Bahasa Inggris yang baru.

“menjelas akhir tahun ajaran, kami adakan showing artistic ini, sekaligus pembukaan clasass Metting kursus, dan ini semua adalah karya adik-adik SMA Al-Maarif NU Bonder” tandas Fatmawati.

Dari showing artistic ” history of Princess Mandalika” ini, terpisah Kepala Sekolah berpesan agar acara ini di pandang sebagai pembukaan wacana berfikir dan berwawasan.

“buta huruf di akhir zaman bukan tidak bisa baca dan tulis akan tetapi buta tekhnologi dan Bahasa, salah satunya Bahasa Inggris, saya berharap agar anak-anak kami mampu bersaing di era revolusi industri 4.0 dengan menjaga warisan budaya kita” urai Abd. Rahim, M.Pd.I, Kepala Sekolah SMA Al- Ma’arif Bonder.

Abd. Rahim berharap agar siswa/i nya mampu menjadi ikon perubahan zaman dengan tetap mengedepankan warisan Budaya.

“tradisi lama yang baik kita pertahankan, yang baru yang lebih baik kita adopsi, dan kita kembangkan, saya kira begitu” cetus Abd. Rahim.

Showing artistic ini di iringi oleh musik gamelan, musik khas suku Sasak, menambah kekhasan kearifan lokal yang di angkat menjadi tema.

“setting yang dipakai adalah setting akulturasi, antara budaya dengan kebutuhan revolusi industri 4.0, ke depan kami akan mencoba pentaskan hal-hal yang lebih artistic lagi” tandas Fatmawati, Tuttor Bahasa Inggris.

Laporan: Muh Rizwan

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article