PDIP Dibasis NU dan Ambruknya Platform Kebudayaan di Pilkada Sumenep

Rasyiqi
By Rasyiqi
2 Min Read
Tugu Sapi yang Roboh di Kabupaten Sumenep
Tugu Sapi yang Roboh di Kabupaten Sumenep

jf.id – Ambruknya tugu sapi di lapangan Giling sebagai simbol rapuhnya kebudayaan. Ekskalasi politik di Pilkada Sumenep 2020 semakin hangat. Isu kebudayaan yang jarang di explor, kini mulai menggelinding sebagai wacana politik.

Ibnu Hajar, menyebut, sentralisasi kekuasaan politik pasca orde Lama hingga pasca reformasi tak memiliki platform kebudayaan. Titik reformasi sebagai tanda kebangkitan politik dari para pelaku yang berhamburan serta lahir secara prematur.

“Semua Bakal calon yang ada tak memiliki Platform kebudayaan. Jargon politik yang ditawarkan, seperti jualan. Mensejahterakan rakyat, memakmurkan rakyat, semua tidak memiliki relasi dengan kebudayaan,” tegas Ibnu Hajar. Selasa (7/1/2020).

Ibnu Hajar, menambahkan, jika kekuasaan selalu di Import. Itu sudah berlaku sejak era orde baru. Dimana Golkar, kala itu sebagai penguasa tunggal di Pusat Pemerintahan dan memberikan mandat penunjukan sebagai kepala Daerah atau Bupati.

“Ini Geger Budaya, Culture shock. Dan saya memandang tidak satupun dari Bacalon Bupati Sumenep yang ada, memiliki Platform Kebudayaan,” terang Ibnu Hajar.

Dilain hal, Darul Hasyim Fath, menegaskan. Jika satu-satunya partai politik yang memiliki asosiasi dengan kebudayaan adalah PDIP.

“Yang punya Manifesto sejarah berkebudayaan sebagai jalan politik adalah PDIP,” terang Darul Hasyim Fath. Jumat (3/1/2020).

Namun, wacana berbeda muncul dari Direktur Riset dan development Galaksi, Rasyqi menyebut, jika Sumenep sebagai daerah yang memiliki kultur Nahdiyin yang kuat.

“Sumenep, Dimana-mana Pesantren, dimana-mana santri. Jika kebudayaan sebagai Panglima, itu sudah ada sejak zaman pra kemerdekaan. Siapa yang berani menentang kehendak Kyai?,” terang Rasyqi. Kamis (9/1/2020).

Direktur Riset dan development Galaksi, membantah pernyataan Ibnu Hajar, jika semua bacalon Bupati Sumenep tidak memiliki Platform Kebudayaan.

“Upaya Fattah Jasin untuk membangun Dewan Kesenian Sumenep, apakah bukan Platform Kebudayaan? Mungkin kita perlu berhati-hati dalam memberikan pandangan sebelum melakukan pengamatan secara utuh terhadap semua bacalon Bupati Sumenep yang ada,” tutupnya.

Laporan: Deni Puja Pranata

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article