Dosen STIP-AP Medan Tingkatkan Ketahanan Pangan melalui Urban Farming

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read

jfid – Pandemi Covid-19 membawa berbagai perubahan dalam kehidupan kita. Mengenakan masker, rutin mencuci tangan, menghidari kerumuman, menjaga jarak dan tetap tinggal di rumah menjadi hal yang lazim dilakukan untuk memutus rantai penularan Covid-19. Rekreasi yang sering dilakukan masyarakat pada hari libur pun harus diminimalisir agar terhindar dari serangan virus corona. Alhasil, banyak diantara masyarakat yang memilih berkebun untuk mengisi waktu luang.

Bagi masyarakat perkotaan, keterbatasan lahan tidak lagi menjadi penghalang untuk berkebun karena dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya berkebun metode hidroponik, aquaponik, aeroponik, vertikultur atau tambulampot. Kegiatan berkebun atau aktivitas pertanian di sekitar perkotaan disebu t urban farming.

Pemilihan jenis tanaman dalam berkebun tentu mengikuti selera masing-masing pelaku. Salah satu Dosen pada Program Studi Budidaya Perkebunan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP), Sakiah melakukan urban farming dengan menanam beberapa jenis sayur dan buah yakni selada, kaylan, kangkung, bayam, seledri, terong, cabai, dan tomat. Penanaman bawang merah dari biji juga dilakukan namun masih dalam tahap uji coba media tanam yang tepat.

Saat di jumpain awak media ini di kediaamannya, Sakiah memberikan penjelasan “Dari kebun urban farming ini kami panen sayuran yang sehat dan segar, hasilnya kami konsumsi sendiri, berbagi dengan saudara dan tetangga. Kami ingin berperan meningkatkan ketahanan pangan dimasa pandemi ” Tuturnya pada Hari Rabu(15/02)

Sakiah yang juga lulusan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan fokus kelimuan Kesuburan Tanah memaparkan, urban farming yang dilakukannya menggunakan media tanam tanah dan kohe kambing. Sedangkan pemupukan menggunakan pupuk organik yang diolahnya sendiri dari sisa sayuran, buah dan cucian beras. “Saya membuat pupuk organik cair dari cucian beras yang difermentasi dengan EM4, pupuk cair dari buah-buahan dan kompos dari sayuran dan nasi. Pupuk ini yang saya gunakan untuk memupuk sayur dan buah yang kami tanam. ” tandas Dosen yang juga gemar menulis karya ilmiah pada Jurnal Nasional Terakreditasi ini.

Untuk memupuk tanaman di kebun urban farmingnya cukup dengan pupuk organik tersebut sehingga tidak lagi mengeluarkan biaya pembelian pupuk kimia.

Praktik 3 R (reuse, reduce, recycle)
Praktik mengolah limbah dapur menjadi pupuk organik merupakan tindakan yang bijaksana, hal ini akan meminimalisir volume limbah rumah tangga, mengubah sampah menjadi bermanfaat dan menghasilkan produk pupuk organik. Dalam penerapan prinsip 3 R, jika dilakukan oleh setiap rumah tangga dan dikelola bersama sama dengan baik maka ini menjadi peluang bisnis bagi masyarakat.

Sakiah juga mengungkapkan kelebihan dari urban farming “Selain turut mewujudkan ketahanan pangan keluarga, bagi saya aktivitas urban farming menyehatkan fisik dan psikis. Ada rasa bahagia bisa berbagi dengan sesama, bahagia bisa mengimplementasikan ilmu yang saya miliki dalam praktik urban farming dan
Mari berbagi pengalaman, kita manfaatkan sumber daya yang ada di sekitar kita” Tukasnya menutup pembicaraan. (Ari)

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

TAGGED:
Share This Article