Dialog Publik HMI, Akhdiansyah : Tiga Tantangan Aktualisasi Nilai Pancasila

Lalu Nursaid
2 Min Read
Foto : Anggota DPRD NTB dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ahkdiansyah pada acara Dialog Publik Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badko Bali Nusra, di Aula Musium NTB.
Foto : Anggota DPRD NTB dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ahkdiansyah pada acara Dialog Publik Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badko Bali Nusra, di Aula Musium NTB.

jfid – Tantangan memahami dan mempraktekkan nilai-nilai Pancasila dalam perkembangan globalisasi. Sampai saat ini belum menemukan pendekatan yang tepat untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda, pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara sekaligus perekat bangsa.

Hal itu disampaikan oleh anggota DPRD NTB dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ahkdiansyah pada acara Dialog Publik Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badko Bali Nusra, dengan tema, “Aktulisasi Nilai Pancasila dalam Menyongsong Indonesia Maju 2045”, Kamis, 10 Juni 2021 yang berlangsung di Aula Musium NTB.

Tiga pembicara lain pada acara tersebut, Raihan Anwar, anggota DPRD NTB, M.Zaky Mubarok, KAHMI NTB dan Taufan, dosen hukum Universitas Mataram.

Pria dengan panggilan akrabnya Guru To’i ini, Ia memaparkan tiga tantangan terkini mengaktulisasi nilai-nilai Pancasila kepada puluhan peserta dialog publik yang berasal dari unsur mahasiswa dan ormas keagamaan.

Tiga tantangan aktualisasi nilai Pancasila itu diantaranya Modernisasi, Revolusi Industri 4.0 dan Gerakan Transnasional. Modernisasi itu melahirkan digitalisasi. Sekarang hampir semua kegiatan manusia bisa dilakukan secara digital dengan memanfaatkan perangkat elektronik dan internet.

“Dengan begitu kebutuhan akan kerja-kerja fisik manusia semakin berkurang. Ini tantangan sekaligus peluang,” katanya.

Dari tiga tantangan itu, lanjutnya, tantangan yang nomor tiga menurutnya sangat berpotensi memecah belah masyarakat. Itu disebapkan dampak dari ideologi kelompok-kelompok gerakan transnasional yang selalu ingin memonopoli kebenaran (truth claim).

“Kelompok ini selalu merasa benar, versi merekalah yang paling benar. Kelompok diluar mereka semua dianggap salah dan tidak benar,” ungkapnya.

“Kehadiran Pancasila itu justru memberikan ruang kelompok-kelompok lain untuk saling menghormati perbedaan. Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Gus Dur, syarat Indonesia itu utuh dan maju harus menghargai dan menghormati perbedaan” jelas Guru To’i menambahkan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article