Alas Purwo, G-Land, dan Eksotika tak Pernah Purna

Nurul Ludfia Rochmah
5 Min Read

jfid – G-land adalah nama pesisir pantai di daerah selatan Banyuwangi yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Untuk menuju ke pantai tersebut, kita harus melewati hutan belantara yang dikenal sebagai Alas Purwo. Perjalanan menuju Alas Purwo bisa menggunakan motor, mobil, atau bus. Perjalanan menuju ke Alas Purwo dan G-Land menyisakan kesan yang layak dibagikan dalam bentuk cerita.

Saya berangkat dengan enam orang teman, satu mobil, pukul delapan pagi dari Banyuwangi Kota. Perjalanan memakan waktu kurang lebih dua setengah jam. Perjalanan cukup lancar sehingga pukul sepuluh lebih tiga puluh menit kami sampai di pos penjagaan Pancur. Setelah meminta izin, kami memasuki alas menuju pos perhutani di dekat Pantai Pancur yang jauhnya kurang lebih sepuluh kilometer. Sampai di pos, mobil harus diparkir. Kami harus memesan tropper yang bisa mengantar kami ke Pantai Plengkung. Jarak dari pos menuju Pantai Plengkung sejauh delapan kilometer dengan kondisi jalan yang cukup baik.

Alas Purwo memang identik dengan kisah dan petualangan yang berbau mistis. Kisah itu tentang hutan yang masih perawan, banyaknya situs sejarah dan pura atau tempat pemujaan, banyak tempat ritual yang dipercaya dapat digunakan untuk ‘ngalap berkah’ dan masih banyak yang lain. Sopir tropper yang kami tumpangi, Pak Yuda, mulai mengisahkan cerita dan pengalamannya sepanjang perjalanan kami ke Plengkung.

Sepanjang perjalanan Pak Yuda bercerita bahwa apa ada di Alas Purwo ini berkaitan dengan adat, kebiasaan, kepercayaan, yang dipatuhi oleh masyarakat sekitar Alas Purwo. Pelanggaran terhadap hal-hal yang sudah dipercayai akan berakibat kurang baik terhadap pelanggarnya. Hubungan antara manusia dan lingkungannya benar-benar dijunjung tinggi di sini.

Di tengah perjalanan, Pak Yuda sempat menghentikan troppernya karena ada enam orang, tiga laki-laki dan tiga perempuan yang berjalan kaki. Melihat barang bawaannya Pak Yuda memperkirakan rombongan tersebut akan melakukan ritual. Mungkin karena sudah sering menjumpai hal semacam itu sebelumnya ia menduga rombongan tersebut salah jalan. Dugaan Pak Yuda betul. Rombongan itu akan ke Goa Gajah dan jalan yang mereka tempuh berlawanan arah. Pak Yuda menyarankan agar mereka kembali saja ke pos dan bertanya pada petugas, arah jalan ke Goa Gajah. Ia juga memberi alternatif, jika memang ingin ritual, daerah dekat situ yang bisa dijangkau adalah Padhas Ireng. Mereka menuruti saran Pak Yuda. Menurut Pak Yuda, perjalanan di dalam Alas Purwo tidak boleh main-main. Meminta bantuan dari petugas kehutanan adalah cara yang paling aman karena para petugas tersebut sudah memahami karakteristik Alas Purwo. Salah jalan di dalam Alas Purwo bisa berakibat tidak bisa pulang.

Di bagian inti Alas Purwo, hutan Jati dengan tinggi minimal 10 meter mendominasi. Begitu memasuki area Pantai Plengkung hutan bambu yang banyak dijumpai. Pantai ini benar-benar eksotik. Ia menghadap ke laut lepas. Ombaknya berlipat-lipat dan memiliki ketinggian fantastis. Kabarnya ombak ini nomor dua terindah di dunia setelah Pantai Hawaii di AS. Grajagan Land atau G-land memiliki G-spot ombak yang bergulung seperti tabung. Ombak seperti ini seperti surganya para peselancar.

Bagi Para Peselancar kelas dunia bisa menjajal tiga macam ombak di Plengkung. Ada many track waves, speedish waves, dan kong waves. Many track waves untuk peselancar pemula dengan ketinggian ombak 2-4 meter. Speedish waves untuk peselancar sedang dengan ketinggian ombak 5-7 meter. Kong waves untuk peselancar profesional dengan ketinggian ombak 8 meter lebih. Tentang peselancar dan ombak indah lebih mudah ditemui di bulan Agustus. Sekarang November, hujan sering turun, masih musim pandemi, pengunjung Alas Purwo dan peselancar G-Land sepi. Heliped di pinggir pantai sepi dari raung helikopter yang membawa peselancar kelas dunia.

Beberapa home stay pinggir pantai lengang meski tetap tampak ‘mengundang’ tamu untuk menginap dan menikmati kuning pasir Pantai Plengkung yang memesona. Hutan Bambu dan Hutan Jati menutupi matahari sore dan menyisakan pendar cahaya juga meninggalkan pesan agar cepat kembali berkunjung ke sana.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

TAGGED:
Share This Article