Kripik Mazami, Hasil Kreasi Perempuan Nagekeo

honing alvianto bana
4 Min Read

jfid – Masa Pandemi Covid-19 adalah masa yang paling sulit bagi semua orang. Namun, di tengah kehidupan yang serba berat akibat hantaman pandemi ini, kita dipaksa untuk tetap menghasilkan sesuatu demi tetap berjalannya roda kehidupan.

Pandemi yang berlangsung cukup lama dan tak menentu ini, banyak perempuan ikut merasakan lambat dan lesuhnya perpuataran ekonomi. Namun, berbeda dengan beberapa perempuan dari Kelurahan Lape memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan produktif, dengan berjualan aneka olahan makanan.

Seperti yang dilakukan oleh Erlin Owa dan beberapa temannya dari Kelurahan Lape, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo. Ia bersama dua orang temannya memanfaatkan situasi saat ini untuk memulai usaha di bidang makanan olahan. Pasalnya, kini banyak warga yang lebih memilih membeli makanan secara online.

Erlin mengisahkan bahwa ia awalnya memilih berjualan makanan olahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, menurutnya, ia tak ingin waktu luang mereka terbuang begitu saja. Oleh karena itu, mereka memilih berjualan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga dan menghilangkan rasa bosan.

Perempuan kelahiran Ende, 10 Agustus 1990 ini memulai usahanya sejak bulan Januari 2022. Bermodal uang dua ratus ribu, Erlin memberanikan diri berinovasi membuat snack dengan beberapa variasi rasa.

Bermodal uang tabungannya, ia mulai mengeksplorasi resep membuat snack untuk menambah pemasukan. “Kalau ditanya bagaimana memulai dan berapa modalnya, ya awalnya hanya ingin menambah pemasukan untuk keluarga dengan berjualan saat ada turnamen sepak bola di desa kami. Selain itu, usaha ini adalah cara saya untuk mengisi waktu luang saat berada di rumah. Awalnya, saya hanya bermodalkan uang tabungan sebesar Rp 200 ribu untuk memulai usaha sejak awal bulan Januari lalu dengan nama produk kripik pisang gulung Mazami. Puji Tuhan, saat ini produk kami sudah memiliki beberapa pelanggan di Kelurahan Lape, Kecamatan Aesesa dan sekitarnya,” katanya, Senin, 4 April 2022.

Ada beberapa varian rasa dari kripik pisang Mazami ini, yakni rasa balado, rasa pedas manis, rasa manis, dan original.

Erlin mengaku, sejauh ini tantangan terberat  mereka adalah bersaing dengan beberapa produk makanan olahan lainnya, sebab produk seperti ini sudah banyak di pasaran.

Erlin Owa
Erlin Owa sedang memegang kripik olahannya

“Saya seringkali harus bernegosiasi dengan para pelanggan lewat media sosial seperti Facebook dan Wa. Tak jarang, kami berikan beberapa bungkus produk kami agar dicoba secara cuma-cuma terlebih dahulu, setelah itu, kami meminta masukan dari mereka,” cerita Erlin.

Saat ini mereka baru menjual dengan beberapa varian rasa saja, tapi kedepan mereka berencana dapat menjual produk olahan mereka dengan harga yang juga bervariasi, tergantung kemasan dan besar-kecilnya bungkusan. “Kami biasanya menjual dengan harga 5.000 rupiah per bungkus,” kata Erlin.

Vilan noi, salah seorang teman yang ikut bersama membantu Erlin menjual kripik pisang Mazami berkata bahwa sasaran atau pasar utama yang mereka tuju adalah para guru, tenaga kesehatan, dan para PNS disekitar Kecamatan Aesesa. “Kami selama ini menargetkan untuk kalangan guru dan tenaga kesehatan disekitar Kecamatan Aesesa.  Puji Tuhan, responnya baik, bahkan kami saat ini kami berencana akan bekerja sama dengan beberapa kios terdekat disekitar sini” tutur Vilan.

Ia pun mengatakan sebagai pemula dibidang bisnis snack, hal yang mereka kedepankan adalah menjaga kualitas produk sembari terus melakukan inovasi sehingga dapat menjaga loyalitas pelanggan dan memperluas bisnis.

“Mudah-mudahan saja ini bisa menjadi bekal di kemudian hari untuk menjadi lebih berkembang dan besar,” ucap Vilan dengan senyuman khas orang Boawae.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article